Satria, kita dulu hanyalah dua orang asing.

Aku yang tidak mengenalmu, begitu juga kamu yang tidak mengetahui namaku.

Kalau boleh memilih, saat awal pertemuan kita dahulu, aku hanya ingin memilih menjadi temanmu saja.

Teman yang selalu tertawa setiap kali mendengar bahasa2mu yg selalu membuat bibir ini tertarik satu centi dimasing2 ujungnya.

Temanmu yang akan selalu bertepuk tangan setiap kali melihatmu menggolkan bola di hamparan lapangan hijau itu.

Dan temanmu yang akan selalu dengan setia mengulurkan air mineral setiap kali dahagamu merajuk untuk diperhatikan.

Dan aku sangat membenci rasa yang pernah ada diantara kita. Rasa yg menghalangi keakraban diantara kita berdua.

Aku iri pada mereka semua, yg dengan mudahnya dapat menggenggam erat tanganmu. Menatap matamu dalam waktu yg begitu lama.

Aku begitu cemburu.

Satria, engkau yang datang lalu pergi lagi.

Kalau aku boleh memilih. Aku tidak akan jatuh cinta padamu. Kalau pada akhirnya aku harus melepas apa yang tidak ingin kulepas.

Lalu, satu hal yg aku takutkan itupun benar2 terjadi. Kita, yg tidak lagi saling bertegur sapa. Kita yg tidak lagi saling menanyakan kabar. Apakah diantara kita baik2 saja.

Satria, terimakasih untuk segala kenangan2 yg engkau berikan. Kini, aku yang juga menyenangi kenangan.

Terlebih, bila kenangan2 itu adalah bersamamu.

Satria, bila kita berjumpa lagi.

Mari kita menjadi orang asing kembali.

Biarlah rasa yang kubenci itu merunduk malu bersembunyi pada dahan yang tertutup rerimbunan daun yang hijau dan menyegarkan.

Lara Senja