Aku tidak menghubungimu, bukan berarti aku tak lagi memiliki rasa padamu.

Aku berhenti mengikuti bayangmu, bukan karena tak ada lagi perasaan berbeda dalam kalbuku.

Percayalah, rasaku masih sama seperti dahulu.

Saat aku menerima bunga asmara darimu.

Saat aku mulai menyadari ada sebuah rasa tak biasa padamu.

Hanya saja, aku harus berhenti dipersimpangan jalan ini.

Aku harus berfikir kembali

Dan berfikir lebih keras lagi, jalan mana yg harus kupintasi.

Karena pasti akan sulit bagiku untuk menghilangkan namamu dalam singgasana hatiku.

Akan sulit bagiku untuk melupakan segala kenangan2 yg pernah kita lalui bersama.

Aku masih selalu menatapmu dengan segala pesonamu. Dan rasaku padamu, tak berubah sedikitpun. Baik-baik sajalah. Meski aku tak ada disampingmu. Meski kini, engkau bukan milikku. Namun, rasaku tetaplah utuh, seperti dahulu. Dan tanpa jeda.

Kita yg saling mencintai tanpa memiliki. Dan merindukan tanpa pelukan.

Kita yg saling mencintai dalam diam, dan merindukan saat senja mulai melata malam.

Dan, maafkan aku atas segala tindakan yang melampaui batas dahulu. Karena saat itu aku berfikir, bahwa engkau adalah salah satu harta berharga yang kumiliki.

-Alus Musyhar Laily-

Dalam Kemasan " HAND. Rasaku adalah Rasamu "