Alustitadiana

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

SANG SOPIR

Siang itu tepat pukul 11.00 acara sosialisasi pemetaan mutu yang berlokasi di Jayagiri Lembang berakhir sudah. Begitu acara selesai saya langsung ke kamar dan berkemas membereskan barang-barang. Tak lama kemudian saya mengambil handphone yang ada di saku baju dan memesan angkutan online. Tak lama kemudian di aplikasi termuat nama sopir dan nomor mobil serta berapa jumlah yang harus saya bayar.

Sekitar 10 menit kemudian tibalah kendaraan yang dipesan. Terlihat seorang sopir dengan usia sekitar 30 tahunan. Saya menanyakan dimana harus duduk. Apakah di depan? Atau ditengah? Sang sopir pun menjawab terserah ibu. Akhirnya saya memilih untuk duduk di tengah. Selama perjalanan ternyata banyak hal-hal yang tidak terduga yang saya dapat.

Pembicaraan dimulai ketika sang sopir menanyakan tujuan saya kemana? Ketika saya jawab mau ke sebuah travel di Jalan Setiabudhi yang memiliki rute Bandung – Karawang, dia langsung bilang kalau dia pernah tinggal di Karawang di Pesantren. Yang saya pikir adalah pesantren di salah satu kecamatan di Kabupaten Karawang, yaitu sebuah pesantren yang mendidik di bidang agama. Ternyata dugaan saya salah. Yang dimaksud dengan pesantren adalah sebuah Lembaga Pemasyarakatan yang ada di Jalan Rawa Gabus Karawang.

Sang sopir bercerita bahwa dia di vonis penjara selama 9 tahun karena kasus pembunuhan yang dia lakukan terhadap salah seorang anggota Lembaga Swadaya Masyarakat di kota Bandung. Dia dipindah ke Lembaga Pemasysrakatan yang ada di Karawang tahun 2012. Selama empat tahun dia menjalani hukuman di tempat tersebut. Karena selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan menunjukkan perilaku yang baik, maka diangkat menjadi sopir kepala Lembaga Pemasyarakatan.

Berkat perilakunya yang baik itulah dia mendapatkan surat pembebasan bersyarat. Sehingga dari 9 tahun penjara, dia hanya menghabiskan waktu 4 tahun saja. Di akhir tahun 2016 dia akhirnya bisa menghirup udara bebas kembali. Sambil dia bercerita sebetulnya dalam hati saya was-was juga karena sudah banyak cerita miring tentang sopir angkutan online. Tapi hal itu tidak saya tunjukkan. Sang sopir sesekali melihat ekspresi muka saya lewat kaca spion mungkin dia takut saya ketakutan mendengar ceritanya.

Dengan perasaan sedikit takut saya menanyakan apakah dia kenal dengan pegawai yang ada di lembaga pemsyarakatan tersebut? Karena kebetulan saya pernah ikut mengajar Pramuka di LP tersebut walaupun hanya sekali (saya menyebutkan dua nama pegawai lembaga pemasyarakatan tersebut yang kebetulan saya kenal ketika ada kegiatan Kursus Mahir Tingkat Dasar). Dia menjawab kalau salah satu yang saya sebutkan adalah orang yang mengurus pembebasan bersyaratnya. Bahkan dia lagsung menelepon orang tersebut untuk memberitahukan bahwa dia sedang bersama saya ketika itu.

Pegawai Lembaga Pemasyarakatan itu bilang bahwa memang sang sopir adalah mantan narapidana yang ada di LP Karawang. Tapi dia bebas bersyarat dengan ketentuan wajib lapor sebulan sekali. Sang sopir berkelakuan baik selama menjalani masa hukumannya.

Sang sopir setelah menelepon bercerita kembali bahwa selama enam bulan kebebasannya, empat bulan dia habiskan di rumah tanpa kemana-mana dan tanpa kegiatan apa pun. Itu karena ibunya melarang kemana-mana karena khawatir anaknya akan kembali salah bergaul dan kembali melakukan hal-hal yang melanggar hukum. Akhirnya setelah empat bulan berlalu ibunya membelikannya sebuah mobil untuk dipakai usaha transportasi online. Dengan catatan sang sopir bekerja hanya dari pagi sampai sore hari saja.

Sang sopir berkata bahwa ternyata dunia ini sempit ya.. secara tidak sengaja bisa bertemu dengan saya dan kebetulan kenal dengan orang yang dia kenal. Sang sopir merasa selama di penjara dia banyak merenungi perbuatan yang telah dilakukannya. Dia menyesal telah menghilangkan nyawa seseorang hanya karena masalah asmara. Dia benar-benar kapok dan tidak akan mengulangi perbuatannya tersebut.

Dari obrolan selama perjalanan itu banyak hal yang bisa saya dapat. Ternyata saya harus lebih bijaksana dalam menilai orang lain. Seseorang yang baru keluar dari sebuah lembaga pemasyarakatan tidak semuanya akan kembali melakukan kesalahan yang sama sepanjang mereka dikasih kesempatan oleh kita untuk kembali kemasyarakat dan tidak memandang mereka sebelah mata. Mereka justru akan kembali ke dunia kelam mereka ketika kita mengucilkannya dan menganggap mereka orang yang bersalah selamanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Deg-degan membacanya bu. Keren.

05 Jun
Balas

Terima kasih komentarnya...saya juga sama ketika itu deg-degan pa

08 Jun



search

New Post