MENGGENAL BATIK MEGA MENDUNG IKONIK ASAL CIREBON

Seperti yang teman-teman ketahui setiap daerah memiliki ikonik nya masing-masing, dan ini
adalah salah satu ikonik dari daerah saya CIREBON. Cirebon sendiri letak nya berada di daerah
pesisir timur provinsi Jawa Barat dan sekaligus salah satu perbatasan Jawa Barat dan Jawa
tengah, dan Cirebon ini memiliki nama dengan sebutan kota Udang yang mana udang yang
sangat kecil-kecil atau di sebut rebon.
Asal usulPenamaan batik Mega Mendung ini sendiri berasal dari dua kata yaitu Mega yang artinya
langit atau awan dan Mendung yang memiliki arti langit yang gelap,meredup atau mendung
saat hujan akan turun. Dan batik ini Memiliki motif utama yaitu awan, gradasi yang umumnya
terdapat pada batik ini menyimbolkan tujuh lapis langit dengan keindahannya.
Dengan keunikan motif ternyata ada sebuah cerita dibaliknya yang dimana memiliki unsur
budaya tionghoa, pada kala itu banyaknya orang Tionghoa yang datang ke Cirebon lewat
pelabuhan Muara Jati. Tercatat sejarah, pada abad ke-16, Sunan Gunung Jati yang kala itu
menyebarkan agama Islam di Cirebon, menikahi seorang putri dari keturunan Tionghoa yaitu
Putri Ong Tien.
Karenanya, banyak sekali benda atau hiasan yang dibawa dari Tiongkok seperti kain, keramik,
dan piring dengan hiasan motif awan. Pernikahan dua tokoh ini pun yang menyatukan
akulturasi budaya antara budaya masyarakat Cirebon dan Tionghoa.
Konsep mengenai awan juga berpengaruh di dunia kesenirupaan Islam pada abad ke-16, yang
digunakan kaum Sufi untuk ungkapan dunia yang besar atau alam bebas. Para pembatik
keraton menuangkan budaya dan tradisi Cina ke dalam motif batik yang mereka buat, tetapi
dengan sentuhan khas Cirebon, jadi ada perbedaan antara motif mega mendung dari Cina
dan yang dari Cirebon.
Makna & Filosofi
1. Menenangkan,Keteduhan,Kemegahan
Mega merupakan frase dari Awan yang megah dan besar sehingga penggunanya bisa terlihat
berwibawa. Sedangkan untuk Mendung sendiri memiliki arti tenang dan meneduhkan.
Filosofi tersebut banyak dipercaya oleh masyarakat Cirebon bahwa pengguna batik mega mendung
akan terlihat megah, berwibawa namun tetap teduh dan kalem.
2. 7 komposisi Warna
Simboliknya, motif Mega Mendung memiliki 5 hingga 7 lapis warna. Alasannya, lima lapis
warna menunjukkan simbol rukun Islam yang ada 5. Sementara 7 warna menunjukkan 7
lapisan langit sebagaimana yang dilewati Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam saat
melakukan isra’ mi’raj.
Lebih lanjut lagi, warna dasar yang menjadi pondasi utama dari batik ini yaitu merah dan juga
biru. Selain itu ada 7 warna lainnya yang menjadi pelengkapnya beberapa di antaranya yaitu
ungu, oranye, coklat, putih, hitam, hijau, dan juga kuning.
3. Dunia atas
Mega Mendung memiliki unsur taosisme, yakni pemahaman dari Tiongkok tentang dunia atas
yang berkaitan dengan ketuhanan. Dunia atas yang luas yang digambarkan dengan
sekumpulan awan dengan warna gradasi dan garis yang tegas.
4. Kebebasan
mega mendung sendiri memiliki makna kebebasan yang tanpa batas. Biasanya terwujud
dalam jarak antar awan yang berjauhan di dalam setiap motif batiknya. Selain itu, warna biru
juga disebut-sebut.melambangkan warna langit yang luas, bersahabat dan tenang. Warna ini
juga melambangkan pembawa hujan yang dinanti-nantikan sebagai pembawa kesuburan dan
pemberi kehidupan..Warna.biru.yang.digunakan.mulai.dari.biru.muda sampai dengan warna
biru tua. Biru muda menggambarkan makin cerahnya kehidupan dan biru tua
menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan dan memberi kehidupan.
Contoh batik mega mendung Cirebon

Motif Mega Mendung klasik memiliki gradasi warna
biru dan dasar merah. Gradasinya selalu ganjil yakni 7-9 warna. Makna 9 sendiri berarti 9 wali
(walisongo) yang menyebarkan Islam di Indonesia. Motif klasik umumnya dibuat dengan teknik tulis
tanpa ada motif pengisi (isen-isen) atau hiasan lain. Coraknya murni berupa awan dan asli
dikembangkan dari Cirebon tanpa ada pengaruh Tiongkok. Saat ini motif Mega Mendung klasik sudah jarang karena harganya yang mahal dan langka. Koleksi batik Mega Mendung klasik bisa ditemukan di museum Belanda

Cirebon dikenal sebagai kota udang. Julukan ini
berasal dari kata Cai (air) dan rebon (udang kecil). Posisi Cirebon yang berada di pesisir pantai dengan hasil tangkapan laut yang melimpah, menginspirasi masyarakat setempat untuk membuat Mega Mendung dengan kombinasi hewan laut seperti udang, cumi-cumi, dan ikan.

Cibulan merupakan salah satu daerah di Kabupaten
Kuningan, Jawa Barat sekitar 60 menit dari Cirebon. Salah satu sentra batik di wilayah memiliki motif
khas Cibulanan yang merupakan modifikasi corak Mega Mendung di masa kini.
Proses produksinya yang dahulu dikerjakan secara batik tulis dan batik cap, dengan pertimbangan
ekonomis, akhirnya diproduksi secara besar-besaran dengan cara disablon (printing) di pabrikpabrik. Walaupun kain bermotif mega mendung yang dihasilkan dengan proses seperti ini sebenarnya tidak bisa disebut dengan batik.
Wujud motif mega mendung pun yang dulunya hanya dikenal dalam wujud kain batik, sekarang bisa ditemui dalam berbagai macam bentuk barang. Ada yang berupa hiasan dinding lukisan kaca, produk-produk interior seperti ukiran kayu maupun produk-produk peralatan rumah tangga seperti sarung bantal, sprei, taplak dan lain-lain.
Terimakasi kepada yang terhormat ibu Afrida BR., Dra., M.S. dosen Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang atas motivasinya dan bimbinganya agar artikel ini bisa terealisasikan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar