Allah ga nyiptain sesuatu makhluk pun dengan sia-sia. Bahkan seekor serangga berbulu dan bersayap sekalipun. Dia berlalu lalang di sekeliling kita pun sering tak kita hiraukan.

Bagaimana bila tiba-tiba sang serangga merangsek di bagian tubuh kita? Lihat eh ngerasa ada ruang terbuka dikira pintu menuju singgasana kalee yaa.

Na sungguh ini yang kualami di pagi buta. Krusek krusek krusek. Rasa di telingaku. Kukacau-kacau kupingku dengan jari jemariku yang tak lentik. Kubuka mataku lebar. Ada sedikit cahaya dari penerangan kamar anakku. Kutujukan penglihatanku pada jam di dinding yang tak jua protes dengan gelapnya pagi. Belum lagi jam empat. Krusek krusek terus menggerogoti kupingku. Bangkitlah aku. Mana bisa kutidur lagi. Perlahan aku duduk. Menapakkan kaki ke lantai sambil terus tangan ini mengitik-itik lubang telinga.

Aha haruskah kuulangi perlakuan di kala itu. Kala aku hamil anak pertamaku. Ada tawon masuk ke kupingku. Herannya aku tersugesti untuk memasukkan air ke lubang kupingku. Persis bila kuping kita kemasukkan air.

Dapur kutuju. Air dalam termos kutuang. Kutunggu hingga suam-suam kuku.

Azan Subuh mulai berkumandang. Sejenak hilang. Cahaya redup. Dan gelap. Ternyata listrik mati eh dipadamkan. Biar irit.

Dan kemana krusek-krusek itu. Kemana. Engkau raib begitu saja.

Hikmahnya: krusek-krusek itu membangunkanku. Mau bangun pagi? Yuk krusek-krusek. Huaaaaaaaaa.