#TantanganGurusiana hari ke-5

Tahun Baru Teman Berkurang Satu

Oleh: Lestari AS

Pagi ini tetiba aku teringat dengan teman sekantor yang telah tiada. Tepat dua puluh empat hari yang lalu beliau dipanggil ke pangkuan Sang Penguasa Alam Semesta.

Pagi tanggal 1 Januari itu tiada sesuatu pun terlintas di pikiranku saat aku sedang asyik menyiapkan aneka menu sarapan pagi. Kuiris-iris bumbu, kusiangi bayam cabut dan kupotong sepapan tempe. Iya hari itu aku akan memasak sayur bayam dan tempe mendoan.

Aku memang termasuk kelompok emak-emak yang kemana saja tidak bisa lepas dari gawai. Untuk jaga- jaga bila ada info penting yang harus segera diselesaikan.

Baru saja kumasukkan bumbu ke panci yang kujerang ketika tampak notifikasi pesan dari WhatsApp. Segera kubuka dan ternyata sudah penuh komentar dari sebuah pesan di grup guru staf di sekolah.

Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Telah meninggal dunia teman kita bapak Iswanto pada pukul 08.30. Demikian isi pesan singkat tersebut dari teman guru lain yang kebetulan bertetangga dengan almarhum. Kaget, terkejut, dan rasa tak percaya bercampur menjadi satu.

Iya, beliau memang sakit tetapi kan tidak secepat ini. Yaa Allah. Aku hanya bisa berandai-andai. Segera aku tersadar lagi ketika Kepala Sekolah mengirim pesan secara pribadi," Bu, segera pesan karangan bunga."

Ah, iya baru saja terpikirkan. Ini adalah bagian dari tugas tambahanku sebagai wakil kepala sekolah urusan Humas. Aku pun segera menghubungi suami untuk minta seseorang memesan karangan bunga tersebut.

Belum selesai dengan satu tugas sudah muncul pesan lain. Pemakaman akan dilaksanakan pada pukul sebelas. Kembali aku hubungi suami untuk segera pulang dan bersama-sama berangkat takziyah.

Tanggal 1 Januari sudah jamak di kalangan kita adalah hari macet. Jalan-jalan menuju dan dari objek wisata bisa dipastikan tidak ada yang lengang. Semua ditakdirkan dilalui rupa-rupa kendaraan bermotor dari roda dua hingga roda dua puluh.

Rumahku hanya berjarak kisaran sepuluh menit menuju rumah bapak Iswanto yang dekat dengan berbagai objek wisata di wilayah kecamatan Bandungan. Alhamdulillah tidak ada kemacetan yang berarti terlebih kami memilih moda transportasi roda dua sehingga bisa meliuk-liuk di antara padatnya lalu lintas.

Sekejap sudah bisa kusambangi rumah beliau. Di ujung sana temanku menulis," Masih terjebak macet di pasar Jimbaran, jeng." Kututup gawaiku dan aku pun langsung bersilaturahmi dengan nyonya rumah yang tak lain adalah istri bapak Iswanto.

Beliau menuturkan bapak Iswanto sehari sebelumnya mengajak anak istri sekeluarga untuk bepergian ke Pacitan. Satu di antara objek wisata yang dituju adalah Goa Rong. Kemudian pagi sebelum kejadian itu beliau jalan-jalan sambil mendorong kereta bayi cucunya.

Sepulangnya beliau bersiap untuk sarapan ketika tiba-tiba beliau mengalami gagal nafas dan mengantarkannya menuju peristirahatan terakhir.

Aku pun menarik kesimpulan ada kemungkinan bapak Iswanto kelelahan atau ini adalah serangan jantung ketiga. Menurut info yang pernah saya terima serangan ketiga fatal adanya dan mengakibatkan kematian.

Satu per satu teman kami berdatangan. Beruntung pemakaman diundur setelah salat duhur sehingga kami teman-teman satu sekolah bisa mengantarkan beliau ke alam keabadian.

Selamat jalan temanku semoga amal kebaikanmu menemanimu dalam kuburmu, meninggalmu husnul khatimah dan Allah mengampuni semua dosa dan kesalahanmu.

#tantangan menulis