SITI AMALIA

guru matematika yang suka membaca dan menulis....

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengajarkan Karakter dengan Cara yang Menyenangkan

Mengajarkan Karakter dengan Cara yang Menyenangkan

Pendidikan adalah ilmu yang setiap tahun selalu baru dan berkembang. Oleh karenanya setiap tahun pula guru harus belajar. Guru harus tanggap terhadap perubahan siswa dan segala hal. Sejatinya guru belajar dari murid-murid. Murid-murid adalah gurunya para guru. Dari murid-muridlah guru belajar menjadi lebih baik. Baik dalam pembelajaran di kelas, maupun dalam pembelajaran membimbing siswa. Begitu juga orang tua belajar dari anak-anaknya. Kesamaan guru dan orang tua adalah sama-sama belajar dari pengalaman hidup.

Namun dalam pembelajaran terkadang siswa sulit mendengarkan nasihat gurunya. Siswa mengganggap guru sebagai musuh atau makhluk mengerikan yang wajib dijauhi. Menurut Ibu Claudya Ingkiriwang, seorang pakar pendidikan, guru dapat menanamkan nilai-nilai baik kepada siswa pada saat bermain.

Bermain sebenarnya adalah pekerjaan yang serius karena semua kemampuan otak bekerja. Penelitian terdahulu menyebutkan otak berlembang pada saat golden age yaitu pada usia 0 - 5 tahun. Namun penelitian terkini menjelaskan hal yang mencengangkan yaitu otak kita walau sudah tua bisa melakukan evolusi. Otak kita tidak berhenti berkembang seumur hidup. Hal ini, menurut Ibu Claudya, terbukti dengan penderita penyakit stroke yang masih bisa berpikir dalam masa sakitnya. Begitu juga dengan pencandu narkoba yang sudah recovery, kondisi otaknya mengalami penyembuhan dan kenaikan.

Dalam perkembangan otak siswa di sinilah peran guru sangat penting. Guru memegang peranan penting dalam membuat otak siswa berkembang atau tidak. Semuanya dari kata-kata atau ucapan guru kepada siswa dan perilaku guru. Apakah guru ketika mendapati siswa bermasalah akan mengeluh, mengucapkan kata-kata tak pantas, meremehkan? Ataukah membimbing siswa menemukan solusi? Atau memberikan jalan kemudahan untuk siswa menyelesaikan masalahnya?

Di sini akar permasalahannya. Ibu Claudya mencontohkan diagram alur pemecahan masalah manusia. Manusia bila menjumpai masalah apa yang akan ia lakukan? Apakah mencari solusinya? Atau mencari pelarian? Bila manusia stres maka ia bisa jadi banyak makan, atau belanja, atau jalan-jalan, atau mencari pelarian baik itu sementara atau selamanya dengan berbuat hal yang tak sepantasnya. Hal-hal demikian tak menyelesaikan masalah. Masalah akan selesai bila dicari solusinya dengan kepala dingin. Bukan dengan makan bakso atau coklat, maupun jalan-jalan, apalagi dengan merokok, miras dan narkoba.

Kecerdasan seseorang dalam menyelesaikan masalah dilihat dari perilakunya yang tak mengeluh ketika tertimpa masalah. Keluhan akan masalah muncul saat harapan berbeda dengan kenyataan. Solusi agar keluhan terminimalisir, menurut Ibu Claudya, adalah dengan mengubah ekspektasi kita mengenai kehidupan menjadi lebih berat. Tanamkan dalam benak kita dan siswa-siswa kita bahwa hidup itu berat. Jangan berkeinginan agar hidup menjadi lebih mudah. Memohonlah kepada Tuhan agar kita selalu dikuatkan dalam mengarungi hidup yang berat.

Siswa kita ketika mendapati persoalan hidup, jangan diberi kemudahan. Karena hakikatnya kemudahan di masa sekarang adalah kesulitan di masa mendatang. Kesulitan saat ini pada hakikatnya adalah kemudahan di masa mendatang. Di sini siswa dibimbing guru berlatih mencari solusi, kemampuan untuk bertahan hidup.

Dalam menanamkan kebaikan kepada siswa, guru dapat melakukan banyak hal salah satunya dengan cara story telling. Story telling dapat menyeimbangkan otak kanan dan kiri. Selain itu dengan cara melakukan permainan. Ketika siswa bermain kondisi otaknya dalam keadaan alfa. Hal ini sangat mudah ditanamkan hal-hal positif.

Hal yang perlu dikritisi sebagai landasan yang menurut saya fundamental adalah keterkaitan dengan Tuhan sebagai Penolong pertama dan utama dalam setiap masalah manusia. Sebelum mencari solusi, guru sebaiknya membimbing siswa untuk meminta petunjuk pada Tuhan akan semua masalah yang menimpanya. Agar setiap langkahnya dituntun dan diberkahi oleh Tuhan, seberat apapun itu. Sehingga serumit apapun masalah yang dihadapi, tak ada pikiran negatif untuk mencari solusi yang bertentangan dengan jalan Tuhan.

Semoga kita sebagai pendidik dapat membimbing murid-murid kita mengasah kecerdasan memecahkan masalahnya.

(Seminar Mengajarkan Karakter dengan Cara yang Menyenangkan oleh Ibu Claudya Ingkiriwang, Jungle Land Sentul Bogor, 31 Agustus 2017)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Baguuus ...... trimaksih Bu Siti Amalia, jadi dapat ilmu baru ni.

05 Sep
Balas



search

New Post