Waktu kecil, saya memang bercita-cita untuk menjadi seorang guru. Tetapi, saya tidak pernah terpikirkan sekalipun untuk menjadi seorang guru anak berkebutuhan khusus. Perjalananlah yang membawa saya berada di posisi ini dan itu sangat saya syukuri sebagai guru .

Dari semua anak dikelas, ada seorang anak yang paling berat saya tangani. Sebut saja namanya Hafiz.yang tidak bisa secara global diperhatikan,saya sebagai guru harus fokus memeprhatikan. Hafis adalah seorang anak berkebutuhan khusus termasuk klasifikasi berat menurut saya,dimana saya mengajar disebuah sekolah biasa negeri .Saat itu,Hafiz lain dari anak yang lain,susah diatur dan tidak mau diam,bahkah emosinya pun meledak apabila sesuatu hal membuat nya tidak suka. Emosinya dilepaskan keteman sebelah bangkunya,sesuatu hal yang sangatlah membutuhkan waktu dan tenaga bagi anak ini membentuk pribadinya. Terbayang bagaimana nantinya Hafis yang berparas tampan bahkan tampan sekali, dia mewarisi kerupawanan ibunya. Ketampanan dan wajah polosnya tidak membuat orang lain tau akan prilaku nya dalam kelas.

Saya sebagai wali kelas memanggil orang tua,ternyata Hafiz dididik dalam lingkungan keluarga yang keras.anak usia 7 tahun sudah terbiasa menerima hal yang tidak sepatutnya seperti,emosi orang tua atau kakek nya pernah ditampar,di perlakukan seperti anak yang sudah besar.sungguh pilu sekali.

Secara pelan-pelan saya pun merangkul Hafiz dan mengajak orang tua kerjasama walaupun sangat lah membutuhkan kesabaran.

"Tak ada ciptaannya yang sia-sia begitu juga dengan anak seperti Hafiz anak special yang patut disayang menjadi anak yang seperti prilaku anak berkebutuhan khusus (part 1)