GODAAN PENULIS

Gebyar literasi di Jakarta telah membakar semangat di jiwa. Semangat untuk menulis lebih banyak dan produktif. Tidak menyia-nyiakan waktu, segera merapikan beberapa buku literatur. Mengatur meja kerja, posisi kursi, kipas angin, tas dsb. Berusaha menciptakan suasana kerja yang nyaman untuk menulis. Wah, perasaan melambung, seakan-akan sudah jadi Asma Nadia.

Saat mulai bekerja, membuka laptop di meja. Beberapa kata ditulis dengan cepat. Tidak sengaja di ujung ruangan melihat cucian yang menumpuk. Cucian itu tiba-tiba mempengaruhi pikiran. Merayap, membayang, menggelitik rasa keibuan yang menggebu. Pikiran berusaha menyatukan kembali konsentrasi yang mulai buyar. Layar laptop tetap bersih, tidak bertambah sedikit pun kalimat baru. Sudut mata melirik ke cucian. Ya Allah, baju anakku belum dicuci. Gedubrak...laptop kututup tanpa berpikir kembali.

Waktu telah menunjukkan jam 20.00 WIB. Ku lirik Al yang sedang bermain mobil-mobilan dengan asyiknya. Tergoda, kubuka laptop kembali. Bisakah menulis saat dia belum tidur? Tanyaku dalam hati.

“Al, tidur yuk.”

“Ah, Ibuk. Lagi asyik. Sebentar lagi ya.” Jawab Al sambil merajuk manja. Ah, kesempatan emas untuk meneruskan ide yang tersumbat tadi pagi. Beberapa paragraf telah tertulis di laptop. Tiba-tiba...

“Ibuuuk.Sakit.” teriak Al keras sambil menangis keras.

Laptop segera kututup. Segera kuamankan TKP dengan cepat. Menyelesaikan badai kecil yang menderu di sekeliling rumah. Tak terasa acara mendongengi Al dan ritual tidur telah mengikis waktu yang terus berlalu. Ups, waktu telah menunjukkan jam 22.00. Al telah tidur. Meneruskan tulisan kembali?Atau tidur? Kemudian bangun sepertiga malam untuk ritual menulis yang disarankan pak Eko?

Ternyata kelelahan mulai merambah. Ah, enaknya merebahkan kepala ke bantal. Mengistirahatkan badan di atas kasur terasa luar biasa nikmat. Tidak lupa alarm disetel ulang. Berazzam untuk dapat bekerja lebih efektif saat bangun dari tidur.

Alarm menjerit jam 02.00 WIB, memanggil bagai bayi yang segera meminta digendong. Alhamdulillah, telah selesai semua. Segera menuju laptop yang telah menunggu dalam sepi. Beberapa kalimat terketik dengan lancar. Ternyata benar, saat inilah yang paling tepat untuk menaburkan ide dan menuai pendapat. Mudah-mudahan tidak ada gangguan lagi. Tiba-tiba.. Sret..sret...

“Nak, ambilkan Ibu air panas. Tenggorokan terasa kering.” Oh, Ibu mertuaku yang lagi sakit terbangun. Segera kuambilkan apa yang diminta. Saat kuhempaskan kembali ke tempat duduk untuk meneruskan kembali kerja yang tertunda.

“Nak, jangan lupa. Tadi Al bilang. Besok pagi akan berenang bersama guru nya.“kata Ibu lirih. Ups, segera berdiri. Berderap pergi ke dapur. Segera menyiapkan sarapan dan bekal untuk semua keluarga. Beberapa waktu berlalu. Rumah sudah sepi setelah beberapa anggota keluarga memulai aktifitas pagi masing-masing.

Waktunya berangkat ke sekolah. Sebelum pergi ke sekolah, melihat agenda tugas yang harus diselesaikan.

AGENDA HARI INI:

- Menulis gurusiana

- Mengerjakan rapot

- Menabung tulisan untuk buku 1708

- Mengerjakan akreditasi

- Bersih-bersih rumah

- Masak

Sedih melihat catatan tugas yang tertempel di dinding. Oh, betapa waktu berlalu begitu cepat. Demi waktu.Sesungguhnya manusia dalam keadaan rugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh. Dan orang-orang yang saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.