Alangkah Lucunya Pagi Ini
Lelucon atau hal menggelikan yang bisa memancing tawa bisa terjadi kapan saja. Bisa pagi hari, setengah siang, atau saat terik menyengat, di tengah hujan lebat, bahkan di tengah malam buta. Penyebab kelucuan pun bermacam-macam. Yang jelas, tertawa itu sehat.
Kalau kita mau jujur, hal yang menyebabkan tertawa itu tidak hanya tentang kelucuan. Bisa jadi karena hal yang tidak kita inginkan. Kekecewaan, misalnya. Seperti yang pernah saya alami.
Pagi ini saya bermaksud untuk menservis sepeda motor. Jarak dealer dengan rumah tidak terlalu jauh, hanya sekitar 2km. Karena itu saya putuskan untuk berangkat sendiri dan bukan suami. Biasanya untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan kendaraan diurusi sendiri oleh suami. Karena pagi ini suami sudah berangkat ke sawah dan pertimbangan jarak yang tidak terlalu jauh maka saya pun berangkat sendiri ke dealer.
Sesampai di sana, belum banyak "pasien" yang ingin diservis. Saya pun segera menemui teknisi bagian servis. Sayangnya saya tidak sempat membaca namanya yang dijahit di baju seragamnya. Mas itu pun meminta buku servisnya. Dengan agak terkejut saya pun merogoh tas saya untuk mencari buku yang dimaksud, yang seingat saya tidak saya masukkan dalam tas. Benar saja, saya tidak bisa menemukan buku servis yang diminta Mas bertopi putih itu.
Saya mencoba bernegosiasi agar dibolehkan untuk menservis tanpa buku servis, tapi pihak dealer tidak mengizinkan.
"Lha terus solusine piye Mas?" tanya saya kemudian.
"Njenengan pulang dulu, mengambil buku servisnya," kata Mas ganteng itu sambil tidak mau lepas dari gawainya.
Hmm..! Anak muda! Sangat tidak sopan ketika berbicara dengan orang lain tetap tidak bisa lepas dari gawainya. Pandangannya terpaku pada gawai. Keberadaan saya di hadapannya tak dia perhatikan sedikit pun.
Saya pun beranjak dari ruang teknisi itu dan segera berlalu melintasi jalan A Yani menuju tempat penjahit langganan saya. Minggu lalu saya mendapat jatah kain seragam dari sekolah dan hari ini sudah ada di tas saya. Tak berapa lama saya sudah sampai di rumah kecil, bersih, rapi, penuh bunga-bunga, milik Mas Mad, penjahit langganan saya.
Dengan ditemani dua orang pekerja, Mas Mad sedang fokus memotong kain motif batik. Saya lirik sekilas, garapannya numpuk juga. Seperti biasa, saya pun mengeluarkan kain jatah dari sekolah dan mengeluarkan gawai. Model yang sudah disepakati bersama tersimpan di gawai saya. Mas Mad pun meminta saya mengirimkan gambarnya ke gawainya. Saya pun melakukannya.
"Kira-kira jadinya kapan, Mas?" tanya saya.
"Nanti kalau sudah jadi saya kabari, Bu," jawab Mas Mad sambil terus menggunting kain motif batik itu.
Hmm..! Saya pun tertegun lagi untuk beberapa saat. Bukan karena Mas Mad belum bisa memberikan kepastian hari dan tanggalnya, melainkan dia tetap asyik menggunting kain tanpa memperhatikan saya. Padahal saya sedang berbicara dengan dia. Ah, ya sudahlah!
Akhirnya saya pun pulang ke rumah dengan senyum-senyum sendiri di sepanjang jalan. Untung saya memakai masker. Tidak ada orang yang tahu kalau saya senyum-senyum sendiri. Seandainya ada yang tahu, lak dikira saya orang yang nggak bener. Benar-benar lucu kejadian pagi ini! Alhamdulillah, saya masih bisa tersenyum. Semoga besok juga masih ada yang bisa membuat saya tersenyum lagi.
Nganjuk, 26/01/2021
Hari ke-368
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Aku pembaca tahu dikau senyum-senyum sendiri. Hihihi. Keren ceritanya Bun
Hehehe.. untungnya ketutup masker ya Bun. Terima kasih apresiasinya.
Mungkin mereka tak paham bagaimana harusnya layanan prima pada pelanggan. Mungkin juga lupa belajar memberi kenyamanan rasa pada orang lain. Untunglah pelanggannya supersabar. Disenyumin ajah!
Senyum juga ibadah, Enin sayang. Hehehe.. terima kasih support dan apresiasinya.
Mari tersenyum selalu. Sehat dan sukses selalu bu Amini
Senyum adalah ibadah. Terima kasih apresiasinya Bunda.
Keren bun
Terima kasih Bunda.
Hehehehe.. Saya ikut senyum-senyum bacanya Bunda. Keren Bunda. Sukses selalu
Hehehe.. pengalaman, Bunda. Semoga ada hikmahnya.
Saya temani, Bu
Terima kasih Mbak
saya juga senyum senyum sendiri bacanya membayangkan Bunda kesal hehehe
Kesal tapi bahagia, Bun.. hehe. Terima kasih apresiasinya.
Mantap bun. Senyum itu memanjangkan usia
Terima kasih support dan apresiasinya Bunda cantik. Salam sehat dan sukses selalu.
Harus banyak sabar, Bu. Itulah pentingnya pendidikan karakter. Senyum tapi perih, heheh...
Hehehe.. semoga ikhlas ya Bun. Terima kasih apresiasinya.
Tetap semangat. Saya juga kadang menjahitkan baju di Kang Mad, Jatirejo itu. Koq sama namanya. Nama Mad memang banyak. He he.
Mungkin orang yg sama. Hehehe..
Tetaplah tersenyum karena itu sedekah yang tak memberatkan asyikk deh bun
Terima kasih apresiasinya Bunda cantik.
Mantap Bunda sukses selalu.
Terima kasih apresiasinya Bunda cantik.
Mantap bunda, sukses selalu
Terima kasih apresiasinya, Bunda.
Tetap tersenyum supaya hati tidak lelah ya bu..salam sukses selalu..
Insyaallah. Terima kasih apresiasinya Bu.
Dua kali senyum oleh pelayanan tidak prima. Keren sabarnya