Pada Suatu Waktu
Wisnu dan Sania dipertemukan oleh takdir. Mereka tak pernah bisa menolak atau memilih kepada siapa mereka dipertemukan. Mereka berdua tak punya kuasa apa-apa.
Kemudian mereka dihadiahi rasa yang tak pernah mereka pahami seberapa penting hal itu buat hidup mereka. Wisnu dan Sania tak bisa mencegah jika rasa itu kemudian mereka simpan dalam-dalam. Toh pada akhirnya pun rasa itu tetap harus mereka simpan jauh ke relung mereka terdalam.
"Tahukah kau, rasa itu kemudian menjadi pijakan langkahku berikutnya," Sania bergumam sendiri. Setiap saat Sania lakukan itu agar hatinya tenteram.
"Yang kutahu langkahmu sendiri kian jauh dan jauh. Lalu bagaimana dengan hadiah rasa yang pernah ada? Kemana kita akan menanyakannya?"
"Sekali lagi kita dipertemukan oleh takdir. Mungkin waktulah yang mengajari kita sehingga kita bisa membaca kemana angin bertiup. Maafkan aku yang telah banyak menyusahkanmu. Maafkan aku yang telah banyak membantahmu. Di sinilah kita bisa mengurai rasa yang pernah kita simpan dalam-dalam itu, diam-diam."
"Ternyata tidak sebatas itu. Ada pesan khusus yang kau bagi untukku tentang perjalanan panjang. Rupanya pesan itu harus kau yang menyampaikannya kepadaku. Dan hanya kepadaku. Kau pasti tahu bagaimana rasanya jadi aku ketika tahu bahwa akulah yang kau pilih untuk kau beri pesan itu. Tentu saja kebahagiaan yang kurasakan tak terkatakan lagi."
"Namun karena aku dan kamu pernah dihadiahi rasa yang kemudian rasa itu kita simpan dalam-dalam, membuat aku sedikit menyalahartikan makna pesan yang kau sampaikan. Aku sedikit berulah dengan berani lebih. Sebenarnya aku tahu kamu pun ingin lebih. Tetapi manis dan harmonisnya hubunganmu dengan yang maha kuasa membuatmu makin meyakinkan aku untuk mengikuti jejakmu. Sebisaku, semampuku."
"Dan kini, kesadaran itu sepertinya datang terlambat. Aku baru mengerti apa maksud kalimat dalam pesanmu setelah kubaca berulang-ulang tulisan di pusaramu ini. Dan penyesalan pun tiada guna," tangis Sania tak terbendung lagi. Namun dia juga harus menahan agar isaknya tidak terdengar para peziarah yang lain.
"Maafkan aku yang baru menyadari tulus niatmu. Satu yang harus kau tahu, aku sangat menghormatimu. Aku ingin berteduh di balik juntaian surbanmu yang kau biarkan jatuh tergerai. Maka izinkan aku berpegangan pada ujung gamismu agar aku bisa bersamamu ke sana."
Sania pun menyudahi petualangannya bersama pusara Wisnu, orang terkasihnya yang sangat dia sayang. Sakit yang lama Wisnu idap mendadak kambuh di subuh yang sepi dan membawanya kembali ke hadapan Allah SWT.
Besok masih ada waktu untuk bercengkrama lagi meskipun sudah berbeda dimensi. Setiap hari selepas subuh dan asar Sania rajin menziarahi makam Wisnu. Bisik-bisik tetangganya tentang kebiasaannya ini tak dihiraukannya. Dia hidup, dia pun sekarat..#
#Nganjuk08122020
#tantanganharike-319
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kalimat terakhir bikin hatiku nyes, Dia hidup, dia pun sekarat kereeeen abis bunsay, sukaaaa...
Terima kasih apresiasinya Bunda cantik
Kalimat terakhir bikin hatiku nyes, Dia hidup, dia pun sekarat kereeeen abis bunsay, sukaaaa...
Salam sehat dan sukses selalu
Hati rasa teriris membaca kalimat demi kalimat yang menguntai kisah pilu ini. Ya, tak seorang pun bisa menolak saat mereka dipertemukan dan dipisahkan oleh takdir.
Benar Enin sayang, kita ini ibarat wayang. Opo jare sang dalang.. hehe. Terima kasih support dan apresiasinya. Salam sehat dan sukses selalu.
Walah...trenyuh diriku bunda...
Terima kasih apresiasinya Bunda.
Cerita yang mengharukan Bunda. Semoga sukses selalu Bunda.
Aamiin... Terima kasih support dan apresiasinya Bunda cantik. Sukses juga buat Bunda.
Ending yang memilukan. Sehati n suksesss selalu sahabat salehahku. Barokallah
Terima kasih apresiasinya, Umi cantik. Barakallah.
Mungkin berjodoh di akhirat nanti. Keren ceritanya...
Jika di dunia ini tak cukup, biarlah di surga yg luas mereka bertemu. Terima kasih apresiasinya Bunda..
Kisah yang mengharukan ibu cantik.. Keren dan sangat enak dibaca... Ibu Amini sayang memang piawai, baik puisi maupun kisah-kisah indah yang telah ditelurkan, selalu menggetarkan rasa dan menawan hati... Salam santun dan sukses selalu buat ibu cantik yang hebat..
Terima kasih support dan apresiasinya Bunda cantik. Karya Bunda tak kalah cantiknya. Bahkan lebih keren. Salam sehat dan sukses selalu.
Jika seorang pergi baru terasa rindu ya bun
Terima kasih apresiasinya Bunda
Sedih hati ini, aku merasakannya
Benarkah? Terima kasih apresiasinya Bunda cantik.