Amin Sakir

Saya adalah guru di SDN Kertagena Laok 1 Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan....

Selengkapnya
Navigasi Web
Hati yang Cemburu (4)
Gambar hasil dowlnload di Google

Hati yang Cemburu (4)

Wajah Aurel tampak makin beringas. Amarahnya sudah tak terbendung. Hatinya benar-benar membatu. Kata-kata Amel seperti angin lalu saja, sama sekali tak dihiraukan. Amel sudah kehilangan cara. Dia menyerah.

"Baiklah Aurel, tak ada gunanya aku membujukmu. Kata-kataku sama sekali tidak kamu hiraukan. Maaf Aurel, aku tidak bisa ikut dalam permainanmu. Meski persahabatan kita menjadi taruhannya. Aku tidak menyangka kamu akan sepengecut ini," suara Amel tak kalah menusuk. Amel tak kuasa menahan gejolak di dadanya.

Di satu sisi dia tidak menginginkan persahabatannya berakhir, tapi di sisi lain dia harus bersikap tegas menghindari semua kemungkinan buruk yang akan terjadi. Apapun alasannya, dia tidak ingin ada yang celaka dan dia akan terseret dalam tanggung jawab besar.

Amel terpaksa mengambil keputusan. Meski berat tapi tak ada pilihan lain. Saat kata-katanya sudah tak lagi didengar. Tidak ada gunanya dia berada di dekat Aurel. Dalam waktu sesingkat itu, dia tiba-tiba seperti orang asing dalam kehidupan Aurel.

"Aku tahu, kamu dan keluargamu bergelimang harta. Tapi bukan berarti bisa membeli semuanya dan bebas melalukan apa saja. Aku menyesal pernah bersahabat dengan kamu," kata Amel kasar sambil menahan air matanya agar tidak jatuh. Hatinya remuk redam.

Tanpa ba bi bu Amel berlari keluar dari ruangan menyesakkan itu diiringi tatapan sinis Aurel. Hatinya benar-benar kecewa dengan sikap egois Aurel.

Sambil sesekali menyeka air matanya, Amel tampak menghubungi seseorang.

"Cepat...! Di Flower Club." Terdengar suaranya mengakhiri pembicaraan.

Dalam sekejap tubuhnya sudah berada di dalam taxi yang membawanya ke arah asrama kampus, tempat dia tinggal. Matanya masih memerah dengan sisa-sisa air matanya.

"Maafkan aku Aurel, aku harus menghindar. Semoga rencanamu masih bisa tercegah," gumam Amel dalam hati. Dia pejamkan mata sambil menyandarkan kepala ke jok mobil. Hatinya penat.

__

Gadis manis berlesung pipit dengan gigi gingsulnya tampak tersenyum renyah saat lelaki macho di depannya memuji kecantikannya.

"Din, sangat beruntung Arga mendapat gadis secantik kamu," puji lelaki bermata tajam itu.

Dina, gadis berlesung pipit itu tersipu meski tak bisa menyembunyikan warna mukanya yang kemerahan.

"Ah, kamu bisa saja, Nicko !" Balasnya pendek. Meski sebagai wanita dia merasa tersanjung dengan pujian tadi. Tiba-tiba bayangan wajah Arga melintas di matanya.

" Ah, sudahlah...!" gumamnya dalam hati, membuang jauh bayangan itu. Kepalanya menggeleng pelan.

Seringai senyum misterius menyungging di bibir Nicko, cowok macho itu. Satu langkah telah dilewati. Dia sudah berhasil membuat Dina nyaman duduk di tempat itu bersamanya. Dina mulai masuk dalam perangkapnya. Dia percaya, Arga bakal hadir bersama mereka.

"By the way, gimana Din, kabar hubunganmu dengan Arga? Kalian kan pasangan paling fenomenal di kampus saat ini?" Kembali Nicko membuka pembicaraan setelah beberapa saat saling diam. Sekilas matanya melirik ke arah gadis waitress yang sedang menuju ke mejanya dengan empat gelas minuman di tangan.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post