Amin Sakir

Saya adalah guru di SDN Kertagena Laok 1 Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan....

Selengkapnya
Navigasi Web
Tafakkur pada Alam lalu Bertindak

Tafakkur pada Alam lalu Bertindak

Penulis : Amin_S

Saya merasa sangat beruntung bisa hadir di satu acara yang tepat. Acaranya bukan level wah, hanya undangan penerimaan rapot semester ganjil. Dan saya salah satu wali siswa yang hadir di situ. Acaranya terkesan sederhana tapi padat ilmu dan hikmah. Bagaimana tidak, dalam acara yang berlangsung sekira 2 jam itu, saya mendapat tambahan nutrisi pemahaman yang membuat hati saya tercerahkan.

Meski ruangan sedikit panas saya masih bisa menjaga fokus dan konsentrasi. Hampir tidak ada menit terlewat dari perhatian saya. Ada hal yang sangat menarik dalam momen itu. Dua orang menyampaikan sambutan yang saya sebut luar biasa. Pertama sambutan oleh Ketua Yayasan, KH. Afifuddin Toha dilanjutkan sambutan berikutnya oleh Bapak Faisal Bahar, M.Pd, Pengawas SMA Propinsi untuk cabang dinas Pamekasan.

Lalu apa menariknya?

Mari ikuti !

Mengenakan kain sarung plus baju koko sebagaimana tampilan khas para kyai Madura, suara lembut KH. Afifuddin Toha memulai sambutannya dengan penegasan bahwa semua lembaga yang berada di bawah naungan yayasan atau pesantrennya memiliki karakteristik khusus. Semua jenjang sekolah di dalam pesantrennya harus berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan yang dilandasi alhlaqul karimah.

"Proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah harus memfasilitasi siswa untuk berkembang sesuai tuntutan jaman namun tidak boleh menabrak tuntunan agama dan kearifan lokal.

Beliau berpesan agar sekolah benar-benar menjadi tempat siswa belajar untuk mengembangkan potensinya sehingga mampu bersaing di era global, namun ketika mereka pulang kembali ke masyarakat, hendaknya menjadi agen kebaikan. Minimal, mereka bisa bertahan dari pengaruh negatif lingkungan dan bisa memfilter dampak kemajuan jaman yang kian hari tidak tambah membaik.

Selanjutnya beliau menyebut negara Jepang sebagai contoh. Menurut K. Afif, begitu biasanya beliau dipanggil, Jepang merupakan negara yang layak ditiru. Sebagai negara yang dikenal sangat maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, namun masyarakatnya tetap memelihara tradisi agama dan kearifan lokal warisan nenek moyang.

"Jika Jepang bisa, kenapa kita tidak?" Tanya beliau, menegaskan.

Saya tidak pernah menyangka, jika sambutan K. Afif akan sebernas itu. Pilihan kata-katanya juga sangat mengena. Dengan menyisipkan istilah-istilah kekinian, sambutannya menjadi sangat menarik. Padahal setahu saya beliau bukan tipikal orang panggung yang pandai mengemas kata-kata. Saya dan masyarakat lebih sering menyebut beliau sebagai guru kitab kuning. Tapi untuk kali ini saya harus angkat dua jempol.

Bukan hanya pilihan katanya yang menarik, isi sambutannyapun membuat saya tercengang. Beliau begitu lugas membahas bagaimana kurikulum pendidikan yang seharusnya diterapkan di lingkungan pesantren bahkan di luar pesantren.

Klop sekali. Entah kebetulan atau tidak, Kurikulum yang K. Afif paparkan, sejatinya menjadi kurikulum impian saya. Perlu pembaca ketahui, dalam beberapa kesempatan saya sering berkelakar dengan teman-teman guru. Kalau misal nanti tiba-tiba takdir menyeret saya menjadi menteri pendidikan, maka hal pertama yang akan saya lakukan adalah membenahi kurikulum. Saya akan mendesain kurikulum pendidikan nasional dengan mengadopsi atau mengadaptasi kurikulum pesantren untuk diterapkan di semua jenjang sekolah.

Mungkin ada yang mengira saya memakai metode cocokologi. Tidak ! Dari dulu saya memang punya keinginan kuat dan sering membayangkan betapa dahsyatnya out put pendidikan jika menggunakan kurikulum pesantren. Kurikulum yang tidak terbatas pada pemahaman materi ajar, tapi pemahaman yang diperoleh siswa langsung bisa dipraktikkan di dalam lingkungan sekolah, asrama, atau apapun bentuknya. Ya, semacam pesantren lah !

Bergeser ke sambutan kedua yang disampaikan oleh Bapak Faisal Bahar. Beliau adalah pengawas SMA yang mengawasi 23 SMA Negeri/Swasta di Kabupaten Pamekasan. Kejutan pertama dari sambutannya adalah ketika beliau mengutip ayat Al Quran sebagai latar belakang sambutannya.

Tidak biasanya, seorang pegawai negeri memiliki kemampuan menyitir ayat al quran kemudian dikaitkan dengan dunia pendidikan.

Bagi saya, hal ini menjadi sesuatu yang istimewa.

Gagasan utama yang menjadi inti dari sambutan Pak Faisal adalah soal konsep belajar. Beliau menawarkan konsep belajar pada alam. Sebagai ciptaan Tuhan, alam tampak begitu teratur mengikuti hukumnya masing-masing. Oleh karena itu kejadian-kejadian di alam semesta bisa dipelajari, dianalisa dan diperediksi.

"Alam menyediakan lahan ilmu yang melimpah. Ajaklah siswa berfikir tentang itu." Ungkapnya.

Ada yang menggelitik pikiran saya, ketika Pak Faisal mengajukan contoh bagaimana alam menyediakan ribuan objek untuk dikaji secara keilmuan. Misalnya soal degan (kelapa muda). Pernahkah kita berfikir kenapa air degan tetap terisi penuh, meski di musim kering kerontang sekalipun? Dari mana air kelapa itu berasal?

Kalau dipikir secara logika, hal itu memang tidak masuk akal. Di saat musim kering volume air di dalam tanah akan menipis bahkan mungkin habis. Jumlah air di dalam sumurpun berkurang. Tapi faktanya, air di dalam degan selalu penuh. Bahkan kalau ditelisik dari struktur akarnya, malah semakin tidak masuk akal. Pohon kelapa hanya memiliki akar serabut berukuran pendek. Lalu dari mana pohon kelapa menghimpun air untuk mengisi buahnya. Nah, fakta-fakta alam semacam ini yang seharusnya dijadikan titik tolak proses belajar siswa. Membiasakan siswa dalam iklim belajar yang menantang kemudian diminta mencari jawabannya.

Tidak berhenti sampai di situ, Pak Faisal juga memaparkan eksperimen eksprimen yang pernah beliau lakukan. Baik saat mendapat tantangan dari dosen saat kuliah, atau karena inisiatifnya sendiri setelah menyaksikan fenomena alam yang dinilai ganjil. Menurutnya, dia pernah meneliti, maaf, warna tahi cicak. Ada dua pertanyaan yang mendahului penilitian. Pertama, kenapa warna tahi cicak selalu hitam dan putih. Lalu yang kedua, manakah yang lebih dahulu keluar antara warna hitam dan putih itu?

Luar biasa!

Dan Saya semakin terpukau ketika di ujung sambutannya Pak Faisal menggenapi testimoninya dengan mengisahkan pengalamannya saat meniliti bagaimana proses perkawinanan lalat buah (regghuh : Madura). Sebuah penelitian yang bikin geleng-geleng kepala. Tapi menurutnya, begitulah cara belajar yang baik. Belajar yang dikemas dalam tantangan yang butuh keberanian, kesabaran, dan akurasi data.

Somoga dua sambutan hebat di atas menjadi pemicu berubahnya cara kerja dunia pendidikan di Indonesia. Sehingga kelak akan melahirkan lulusan yang berkualitas, memiliki pengetahuan yang luas, memberi banyak manfaat dengan berlandaskan ajaran agama serta tetap menjunjung tinggi budaya lokal.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post