Ana Yudha

Guru...

Selengkapnya
Navigasi Web

Lorong dalam Hutan (Tagur 304 dan 286)

Hari itu kami melangkah menyusuri jalan setapak yang cukup sempit. Bongkahan batu yang cukup tajam terkadang membuatku terhuyung dan harus berhenti sejenak. Semak belukarpun turut menghambat perjalanan kami.

Namun semua itu tidak terasa karena canda dan tawa kami sepanjang perjalanan mampu menghibur dan membuat kami lupa akan susahnya medan.

Kami berempat terus menyusuri jalan. Di tengah perjalanan Umi salah satu teman kami sakit perut. Akhirnya kami duduk beberapa saat sambil menunggu keadaan membaik. Sempat kami berfikir untuk menelepon orang tua kami untuk menjemput Umi yang sedang sakit, namun niat itu kami urungkan karena Umi kembali membaik seperti semula.

Kami bertiga berpetualang untuk menghabiskan waktu liburan di rumah Irwan. Irwan mengajak kami untuk jalan-jalan di hutan dekat rumahnya. Ya, Irwan tinggal di sebuah desa yang masih asri dengan hutan yang hanya berjarak 1 km dari rumahnya.

Ketika baru beberapa meter langkah kami terhenti, semakin ke dalam kami melihat hutan tersebut begitu gelapnya. Ketakutan menghantui kami, namun aku tidak tahu seberapa khawatir teman-temanku. Seberapa dalam ketakutan mereka.

Aku hanya menyadari betapa aku takut dan semuanya terasa begitu gelap. Sempat terfikir untuk menyerah, tapi semua itu hanya akan membuatku tak mampu mengahadapi apa yang ada di depanku. Akhirnya aku lanjutkan perjalanan walau dengan penuh kegamangan. Kami melangkah dengan saling menguatkan.

Kemudian sampailah kami pada jalan yang bercabang. Kami bertiga memiliki keyakinan masing-masing untuk menuju tujuan kami. Akhirnya kami memilih jalan kami masing-masing. Dan ternyata jalan tersebut tidak berjarak terlalu jauh. Aku masih dapat melihat langkah dan bayangan teman-teman di seberang sana. Dan kami masih tetap bertahan untuk berjalan di jalan yang berbeda walau dengan tujuan yang sama.

Masing-masing jalan memiliki tantangan masing-masing. Jalan yang aku lalui ternyata tidak terlalu berliku dan terjal. Begitu juga dengan semak belukar tidak banyak mengganggu perjalanan. Bahkan banyak buah-buahan di sepanjang perjalanan yang aku lalui. Aku menikmati perjalananku walau terkadang ketakutan masih terus menghantui pikiranku.

Dari kedua temanku, aku merupakan orang pertama yang hampir menuju ke jalan keluar. Nampak sinar metahari dari celah pepohonan. Ada secercah harapan untuk dapat keluar dari jalan ini. Perjalanan ini banyak sekali mengajarkanku akan sebuah kesabaran. Sabar bukanlah suatu hal yang nikmat. Bukan sesuatu yang nyaman untuk dinikmati. Terasa sakit. Sabar itu benar-benar menyakitkan.

Namun pertahanan dalam kesabaran itulah yang mahal. Dengan berbagai macam terpaan yang ada dalam hutan itu baik angin, hujan ataupun hewan-hewan yang berada sepanjang perjalanan. Semuanya memberikan kekhawatiran dan ketakutan masing-masing. Hingga akhirnya aku bertemu kembali dengan ketiga temanku yang memiliki masing-masing cerita. CUkup menarik dan memili warna yang berbeda. Tinggal beberapa langkah lagi kami akan keluar dari hutan ini.

Sweet home, 14/10/2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post