Andamdewi

Seorang guru di SMK N 5 Pangkalpinang...

Selengkapnya
Navigasi Web

Mengapa Menolak Kemudahan

#Tantangan Menulis Gurusiana 365 Hari, Hari Ke-38

Masih seputar dampak kehidupan dengan adanya wabah corona yang melanda dunia. Berbagai segi kehidupan seolah terpuruk. Kehadiran virus covid-19 ini seakan dianggap mengobrak abrik tatanan kehidupan manusia yang telah dibangun dari masa ke masa.

Bahkan hingga saat ini pun belum tersiar kabar akan hadirnya vaksin yang tangguh membunuh virus tersebut. Opini-opini tentang covid-19 bermunculan saling beradu antara fakta dan kebohongan. Yang pada akhirnya semua kembali pada kondisi yang tetap sama. Alih-alih bukan solusi tapi justru ketegangan dan suasana yang mamanas akibat keegoisan argumen masing-masing.

Wabah yang didaulat menjadi bencana global ini jika dipandang itu sebagai "musibah", tentu sama dengan jenis-jenis musibah lainnya. Seperti kematian, gempa bumi, banjir, gunung meletus, kebakaran, gedung runtuh, badai, angin topan, angin puting beliung, kecelakaan, dan lain sebagainya. Sama halnya dengan wabah virus covid-19 ini, ia adalah musibah. Dimana saat musibah itu menimpa, kita akan selalu menenangkan jiwa, berusaha dengan sekuat tenaga melapangkan dada serta meneguhkan keyakinan bahwa itu adalah kehendak Sang Pencipta. Dan saat Sang Maha Pencipta menghendaki musibah itu datang ke kehidupan kita, maka berikutnya keyakinan akan kasih sayang Allah Swt akan tumbuh, bahwa Allah Swt pasti selalu menitipkan rahasia kebaikan yang ingin Dia titipkan dibalik musibah tersebut. Begitulah kita meyakini itu dari dulu, kini, dan nanti. Yakin bahwa Allah Swt tidak pernah membuat hambanya sulit, melainkan kemudahan. Bahkan hingga saat ini tentu masih tertanam dalam hati bahwa Allah Swt tidak pernah memberikan ujian atau musibah diluar batas kemampuan hambanya.

Dalam dunia pendidikan, dampak yang ditimbulkan dari wabah corona ini adalah dengan penutupan besar-besaran institusi pendidikan. Hingga diterapkannya sistem pembelajaran jarak jauh. Baik itu Daring, Luring, ataupun PTM dengan sistem kunjungan khusus untuk daerah yang tidak terjangkau sarana dan prasarana digital. PJJ yang bergandengan tangan dengan konsep "Merdeka Belajar" dan "Belajar Bermakna". Merdeka Belajar dimana sekolah diberi kebebasan menentukan strategi yang sesuai untuk diterapkan dengan sistem BDR (Belajar Dari Rumah). Implementasi Belajar Bermakna dimana sekolah merancang konsep pembelajaran secara bersama dan membangun kolaborasi antar guru. Berkolaborasi untuk satu komitmen yang sama terhadap capaian kompetensi. Suatu konsep yang jika diimplementasikan dengan kerjasama yang kuat akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas, diantaranya adalah, berpikir kritis, kemampuan analistis, mampu memecahkan masalah, dan mandiri.

Memang itu bukanlah hal yang mudah namun dengan niat, berfikit positif, dan kerjasama tim yang baik tidak mustahil hal itu akan terwujud. Keberhasilan penerapan konsep itulah yang akan diterapkan secara berkelanjutan walaupun pandemi telah berlalu

Kemudahan yang terlihat dengan adanya kolaborasi itu adalah guru tidak perlu disibukkan dengan penugasan-penugasan yang biasanya dilakukan secara mandiri. Suatu proyek sudah merupakan gabungan dari beberapa kompetensi yang saling terintegrasi. Sehingga para siswapun tidak selalu dicecar dengan tagihan berbagai macam tugas. Kemampuan analistis, kritis, dan kemampuan memecahkan masalah itulah yang melatih siswa mampu menganalisis sebuah assemen.

Paparan berupa materi dikemas dalam bentuk video, menjadikan peserta didik dapat mengulang-ulang paparan materi yang disampaikan dalam video tersebut. Atau mengemas tema penting dari suatu materi dengan aplikasi -aplikasi lucu seperti tik tok. Efek audio visual dipercaya memberi daya ingat yang baik kepada peserta didik. Bagi yang sudah terbiasa dengan aneka medsos dan aplikasi-aplikasi alay anak muda tentu itu bukanlah hal yang sulit.

Berangkat dari moment pandemi ini strategi dan konsep pembelajaran menjadi solusi dalam dunia pendidikan.Namun tidak sedikit yang masih belum menerima konsep baru tersebut. Alih-alih disebabkan karena masih enggan move on dari pola lama. Pola yang sesungguhnya menguras energi guru dan peserta didik yang berujung pada capaian kompetensi yang sifatnya kognitif.

[Allah telah menawarkan kemudahan dibalik musibah corona ini. Jika atas kehendak-Nya kemudahan itu lahir maka alasan apa yang mengatasnamakan Tuhan untuk suatu penolakan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post