Andri Ananta

Lahir dan tinggal di Kuningan. Menyelesaikan SD s.d. SMA di Kuningan (SDN 3 Purwawinangun, SPENSA, SMANDA). Menyelesaikan S1 jurusan Bahasa dan Sast...

Selengkapnya
Navigasi Web
BAPAKKU BUKAN SUPERMAN

BAPAKKU BUKAN SUPERMAN

Pukul empat sore ini seperti biasa kami sudah rapi-rapi. Aku dan adik sudah lekas-lekas mandi sedari setengah jam lalu. Setelahnya biasanya kami duduk-duduk di teras depan. Seperti biasa menunggu bapak pulang.

Beberapa saat kemudian, bunyi klakson vespa di ujung jalan berbunyi nyaring. Tett..tett…tetttt…. Lekas-lekas kami berdiri.

“De itu Bapak pulang. Ayo lariii…,” kataku sambil langsung kenakan sandal dan segera berlari.

Tina adikku pun segera berlari. Kami pun beradu cepat. Karena sudah kebiasaan tak tertulis, jikalau siapa yang cepat duluan, maka pemenangnya bisa membonceng di jok belakang vespa bapak. Dan yang kalah harus berboncengnya berdiri di depan. Berdiri di antara stang vespa dengan bapakku yang duduk di jok depan.

Kami bergantian menang. Kadang aku, kadang pula adikku yang menang. Sebenarnya pula bukan urusan siapa menang siapa kalah. Kami tak pernah berkompetisi seperti itu. Adakalanya aku mengalah dan membiarkan adikku sampai duluan. Tapi kadang pula adikku yang mengalah jika dia berhari-hari menang terus. Aku tahu adikku pura-pura lama nyari sendal. Dan aku tahu sebenarnya dia membiarkanku supaya jadi pemenangnya.

Biasanya pula bapakku, setelah kedua anaknya menclok di tempatnya masing-masing, segera melajukan motornya tak langsung menuju rumah. Tapi memutar dulu ke arah stadion bola yang ada di sekitar komplek. Bapak berkeliling dengan vespanya membawa kedua anaknya yang saling bersenda gurau. Yang membuat kami senang, jika bapak punya rezeki, maka bapak suka berhenti dulu di halaman stadion itu. Bapak mengajak kami jajan di situ. Tapi jika bapak tak berhenti di stadion dan terus saja berkeliling melajukan motornya, maka kami mafhum bahwa bapak sedang tak punya uang. Tak masalah bagi kami, kami tak merajuk.

Inilah bapakku. Bagiku bapak adalah superman. Jika teman-temanku selalu mengagungkan superman yang orang amerika itu, maka aku yakinkan bahwa bapakkulah yang superman. Bapak terhebat di dunia. Bapak yang baik hati. Bapak yang memahami apa maunya anak-anaknya.

Adikku, Tina, umurnya delapan tahun, kelas 2 SD. Sementara aku, 10 tahun, kelas 4 SD. Aku bangga pada adik. Pintar dan cerdas. Selalu ranking 1 di kelasnya. Dia anak yang cemerlang di kelasnya dan tentu saja di keluargaku. Kami tentu bangga pada adikku.

Sementara aku, mungkin tak secemerlang adikku. Belum pernah aku juara kelas. Tapi tentu saja tak bodoh-bodoh amat juga. Walaupun tak dapat ranking yang bagus di kelas, bapakku tak pernah sedikit pun mengeluh dengan prestasiku. Atau minimal dia bertanya kenapa tak dapat rangking, bapak tak pernah mengeluhkan itu. Tak seperti bapak temanku yang selalu marah jika anaknya tak dapat ranking, bapakku tak pernah marah. Kukira aku yakin benar bahwa bapakku itu superman.

Sang superman ini pun tak pernah membanding-bandingkan kedua anaknya. Tak pernah sedikitpun bapak membandingkan prestasi adikku dengan aku. Tak pernah sedikitpun menyampaikan bahwa adikku lebih pandai dari aku. Tak pernah!

Walaupun sebenarnya kadang aku agak cemburu juga jika bapak menghadiahi adik yang dapat ranking itu. Kadang aku berpikir kenapa tidak secara sembunyi-sembunyi saja ngasih hadiahnya supaya tak terlihat olehku. Rupanya bapak tak demikian, dia selalu terbuka. Aku paham, bukankah kalau bapak ngasih hadiah kepada salah satu anaknya secara sembunyi-sembunyi malah dapat memunculkan masalah baru. Bagaimana jika suatu hari anak yang satunya tahu bahwa bapaknya telah memberikan hadiah pada anaknya yang lain secara sembunyi-sembunyi? Maka di kemudian hari aku paham dengan hal itu.

Tapi kalau dimengerti lebih lanjut, bapak sebenarnya berkeadilan juga. Walaupun aku tak pernah dapat ranking, bapak selalu memberikan hadiah berupa hal lainnya. Suatu hari aku menyampaikan pada bapak bahwa aku tertarik pada pelajaran di sekolah tentang pentingnya makan sayuran. Sayuran itu sehat dan penting bagi tubuh. Kukabarkan pada bapak akan hal itu.

“Pak…, Anang ingin nanem sayuran kayak yang bu guru katakan di sekolah.”

Bapak mengangguk senang. Kulihat bapak tersenyum bangga. “Bocah bagus…,” kata bapak sembari mengelus rambutku.

Maka besoknya bapak bawa pot-pot plastik dan bibit sayuran banyak sekali. Segeralah bapak membimbingku mengajari bagaimana caranya menanam sayuran yang benar. Bapakku memang superman!

Tapi se-superman-sepermannya bapak, tentulah pernah marah juga. Bapak paling tak suka kalau anak-anaknya pemalas. Bapak bilang malasnya orang itu dimulai dari bangun tidur. Barang siapa orang yang lalai bangun tidur maka rezekinya akan seret. Sudah marah tak kepalang bapakku jika mendapatkan anaknya malas-malasan bangun pagi. Superman akan murka! Ayam saja bangun pagi, masa manusia kalah sama ayam!

Seperti biasa sore ini, seperti halnya sore-sore sebelumnya, kami duduk-duduk di teras. Badan adikku sudah wangi, sudah mandi. Aku pun demikian. Kulihat wajah adikku, Tina, berseri-seri. Bedak bayi teroles di pipinya, tebal. Lucu. Kujawil pipinya. Adikku teriak sambil memukulku.

“De, kayaknya bapak mudah-mudahan bapak dapat rejeki hari ini ya. Supaya kita bisa jajan makan rujak di stadion.”

“Iya Kak… Tapi Dede duduknya di jok belakang ya?”

“Ih, gak bisa… lari dong yang cepet.”

“Tapi Kakak jangan licik.”

“Iya iya… Kamu nanti larian duluan, nanti kakak ngejar dari belakang.”

Sepuluh menit berlalu. Pukul empat lebih sepuluh. Suara klakson vespa tak ada juga terdengar dari arah ujung jalan. Adik terlihat gelisah. Turun dari duduknya di teras, lalu bergegas ke depan halaman rumah. Ditengoknya ke arah ujung jalan, vespa bapak belum terlihat juga. Kembali adik menghampiri teras, lalu tiduran di teras.

Hhhhh… suara bunyi klakson vespa yang tiap hari terdengar tepat pukul empat sore masih belum terdengar juga. Setengah jam berlalu. Kulihat adik terkantuk-kantuk tiduran di teras. Hampir terjatuh. Kubangunkan adik.

Satu jam berlalu. Bapak belum muncul juga. Sekonyong-konyong ibuku keluar, menanyakan bapak sudah ada belum. Kulihat ada gurat kekhawatiran pada wajah ibu. Karena biasanya sebelum berangkat kerja, bapak mengabari dulu kalau kelak pulangnya agak terlambat. Tapi hari ini tidak.

Hari sudah semakin petang. Beberapa menit lagi azan magrib berkumandang. Ibu masuk membawa adik ke dalam rumah. Tinggallah aku sendirian berdiri depan halaman rumah. Menunggu sang superman pulang.

Lima menit kemudian deru vespa terdengar mendekat. Tidak berhenti dan membunyikan klakson di ujung jalan. Aneh, tak seperti biasanya! Serta merta aku ke depan, ke pinggir jalan. Kulihat ada vespa semakin mendekat, tapi bukan vespa bapakku. Dan sekilas kemudian vespa berhenti depan rumah. Kulihat jelas yang mengendarai vespa itu seorang polisi!

Pak polisi yang badannya tegap itu segera bertemu ibu. Kulihat Pak polisi bercakap-cakap. Ibu mendengarkan dengan serius. Sekonyong-konyong ibu histeris. Menjerit sejadi-jadinya.

Berita duka telah kami terima. Bapak terjatuh dari vespanya di belokan kampung sana, badannya terhantam truk yang lewat. Jasadnya sekarang sudah terbaring di kamar mayat rumah sakit kabupaten.

Entah bagaimana pedihnya perasaanku, sukar dijelaskan. Yang terngiang jelas adik merangkulku sambil memukul-mukul punggungku.

“Kakak bohong… Kakak bohong… ternyata bapakku bukan superman,” kata adik dengan terisak.

Sore semakin kelam, malam pun akan tiba… samar kulihat di pojokan sana, tumpukan pot berderet-deret berisi tunas-tunas sayuran yang sudah mulai tumbuh. Hasil karyaku dengan… SANG SUPERMAN.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren pak. Semoga sehat dan sukses selalu. Salam literasi

24 Jun
Balas

Aamiin..trims..semoga sukses juga

24 Jun

Ikut sedih membacanya. Alfatihah untuk Bapakku tercinta...

24 Jun
Balas

Ikut sedih membacanya. Alfatihah untuk Bapakku tercinta...

24 Jun
Balas

Al-fatihah

24 Jun

Mantap... memgalir..

24 Jun
Balas



search

New Post