Andri You

Sejak 2007 mulai aktif mengajar, saat ini menjadi mentor dan coach juga fasilitator beberapa sekolah penggerak, sekolah berbasis alam dan komunitas pendidi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dari Surau dan Rantau Ayah Ditempa

Dari Surau dan Rantau Ayah Ditempa

Judul buku : Ayah... KISAH BUYA HAMKA

Pengarang : Irfan Hamka

Penerbit : Republika

Tahun : 2013

Tebal halaman : 231 halaman

Ayah... KISAH BUYA HAMKA merupakan sebuah buku perjalanan abadi seorang ayah yang sejatinya layak disebut sebagai Bapak Umat. Bapak yang berjiwa besar, ulama karismatik-inspiratif, pejuang, dan pendekar kehidupan yang terus dan akan menyinari anak zaman atas keberpihakan kepada al-Haq. Buku ini pernah diterbitkan secara terbatas oleh UHAMKA PRESS. Walaupun buku ini tidak sedang membahas Buya HAMKA sebagai tersebut di atas, buku ini mengisahkan perjalanan kehidupan seorang ayah di mata sang anak (Irfan Hamka). Namun, kisah-kisah dalam buku ini mudah dipahami dan dicerna menjadi cermin dan teladan bagi setiap ayah di mana pun berada, karena memuat sisi-sisi karakter seorang ayah, nilai-nilai perjuangan, keyakinan hidup, pengabdian, pengembaraan, tasamuh, keterpautan dengan surau (masjid), cinta, dan ketahanmalangan.

Dengan gaya yang populer, Irfan Hamka memulai cerita ini dengan judul yang reflektif, “Sejenak Mengenang Nasihat Ayah”. Ia menerangkan judul tersebut di halaman awal sebanyak 11 halaman. Ada tiga nasihat utama: Pertama, nasihat bagi rumah tangga; Kedua, nasihat bagi tetangga; Ketiga, nasihat untuk pembohong. Nasihat-nasihat tersebut sampai kapan pun tetap relevan. Nasihat pertama tampak dari perkataan perempuan muda yang empat bulan sebelumnya galau dan penuh dilema. Di akhir silaturahimnya, si perempuan berkata kepada Buya, “Buya saya lebih takut kepada Allah daripada takut dimadu”.

Tokoh yang dikisahkan dalam buku ini yaitu ayah Irfan Hamka yang umat kenal sebagai Buya HAMKA. Ingatan pengalaman mendalam Irfan Hamka bersama sang ayah ketika usia lima tahun, tepatnya ketika agresi militer Belanda tahun 1948, pengungsian di Maninjau, lantas merantau ke Jakarta, sekolah di SR, SMP, SMA dan masa kuliah buku ini kemudian diramu menjadi sajian populer yang menarik dan penuh makna. Rasa takut atas waktu yang terus berjalan dan ghirah membara yang tak tertahan dari sang anak yang selalu mempertanyakan, mengapa tidak aku sebar luaskan lagi agar semakin banyak masyarakat Indonesia dapat mengenal Ayah lebih dekat melalui buku yang ditulis oleh putranya sendiri? Ini mengantarkan langkah Irfan Hamka yang sudah mulai renta mendatangi kantor Republika untuk kembali diterbitkan.

Kisah dalam buku ini memberikan pesan bahwa untuk menjadi mukmin sejati kita harus tetap tsabat, sabar, dan istiqamah dalam kebenaran, al-Haq. Meskipun ujian, fitnah, penjara, dan siksaan menjadi sahabat. Pikiran dan semangat inilah yang telah diwariskan kepada generasi umat dari seorang Buya HAMKA yang telah melewati berbagai kesengsaraan hidup yang berujung kemuliaan dan kebahagiaan abadi.

Suatu ketika Irfan Hamka bertanya tentang rahasia yang ada dalam diri ayahnya yang unik, hebat, penuh manfaat, padahal tidak punya diploma. “Semangat dan terus berjuang tidak mudah menyerah terus membaca,” jawaban sang Ayah. Hidupnya tidak sekadar mampu bertahan hidup tetapi melampau umur dan zaman kehidupan.

Pendek kata, dari surau (masjid) dan rantau seorang ayah ditempa. Sehingga, masa muda, dewasa, hingga berkiprah menjadi ulama, sastrawan, politikus, kepala rumah tangga, sampai ajal menjemput, penuh makna dan inspirasi. Tepat pada Jumat, 24 Juli 1981 pukul 10 lewat 37 menit, sosok wara’ jiwa pemaaf itu kembali, innalillahi wa inna ilaihi raaji’un.

Oleh: Andri Yulianto, Mentor Surau Merantau SAT

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya juga lebih takut kepada Allah daripada takut dimadu.

06 Jan
Balas

Subahanallah Bu Ermawati ... semoga menjadi pintu rahamtNya

07 Jan

Semangat dan terus berjuang tidak mudah menyerah terus membaca . Ini pesan yang luar biasa.

06 Jan
Balas

Sama-sama Pak Rasyid, sedang belajar membaca dan menuliskannya, luar biasa ...

07 Jan



search

New Post