Kisah Si Pengembala Kambing (Bag. 1)
Kisah Si Pengembala Kambing - Bagian 1: Kehidupan di Padang Rumput
Di sebuah desa yang dikelilingi oleh perbukitan hijau, hiduplah seorang anak bernama Arif. Arif adalah seorang penggembala kambing. Setiap pagi, ketika matahari baru saja muncul di ufuk timur, Arif sudah bersiap-siap untuk mengantar kambing-kambingnya ke padang rumput yang luas.
Arif sangat menyayangi kambing-kambingnya. Ia mengenal setiap kambing dengan baik, bahkan ia memberi nama untuk masing-masing kambing. Ada si Putih, yang selalu menjadi pemimpin kawanan, si Hitam, yang suka bermain-main, dan si Bulu, yang sangat manja dan selalu ingin dekat dengan Arif.
Setiap hari, Arif membawa bekal nasi dan lauk pauk yang disiapkan oleh ibunya. Di tengah padang rumput, sambil mengawasi kambing-kambingnya yang asyik merumput, Arif sering duduk di bawah pohon besar, membaca buku atau memainkan serulingnya. Suara seruling Arif sangat merdu, hingga membuat kambing-kambingnya tenang dan betah merumput.
Suatu hari, ketika Arif sedang asyik bermain seruling, datanglah seorang kakek tua yang bertongkat. Kakek itu tersenyum ramah dan berkata, "Nak, suaramu sangat merdu. Aku sudah lama tidak mendengar alunan seruling seindah itu."
Arif tersenyum malu dan menjawab, "Terima kasih, Kek. Aku hanya belajar sendiri. Apakah Kakek sedang dalam perjalanan?"
Kakek tua itu mengangguk, "Iya, aku sedang mencari tempat untuk beristirahat sebentar. Bolehkah aku duduk di sini bersamamu?"
"Tentu saja, Kek," jawab Arif dengan ramah. Ia pun menggeser tempat duduknya agar kakek tua itu bisa duduk di bawah pohon yang rindang.
Kakek tua itu kemudian duduk dan mulai bercerita. "Tahukah kamu, Nak? Dahulu kala, di desa ini hidup seorang penggembala kambing yang sangat bijak. Ia selalu menolong orang-orang di sekitarnya dan sangat disayangi oleh semua hewan di desa ini."
Arif mendengarkan dengan penuh perhatian. "Apa yang terjadi padanya, Kek?" tanya Arif penasaran.
Kakek tua itu melanjutkan, "Suatu hari, ia menemukan sebuah guci emas di dalam gua di balik bukit itu. Guci itu ternyata mengandung kekuatan ajaib yang bisa membuat siapa pun yang menyentuhnya menjadi sangat kuat dan bijaksana. Namun, ia memilih untuk menyembunyikannya agar tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang tamak."
Arif tercengang mendengar cerita itu. "Wah, kakek itu sangat baik hati. Apa yang terjadi kemudian, Kek?"
Kakek tua itu tersenyum misterius, "Itu cerita untuk lain waktu, Nak. Sekarang, aku ingin mendengar alunan serulingmu lagi. Boleh?"
Arif mengangguk dan mulai memainkan serulingnya lagi. Suara merdu serulingnya mengalun di udara, membawa kedamaian di padang rumput yang luas. Kambing-kambing merumput dengan tenang, dan kakek tua itu menutup matanya, menikmati setiap nada yang dimainkan Arif.
Sore hari pun tiba, Arif bersiap-siap menggiring kambing-kambingnya pulang. Sebelum pergi, kakek tua itu berkata, "Ingatlah, Nak. Kebaikan dan kebijaksanaan adalah harta yang paling berharga. Teruslah menjadi anak yang baik dan bijaksana."
Arif mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada kakek tua itu. Dengan hati yang penuh semangat, ia membawa kambing-kambingnya kembali ke desa, sambil berpikir tentang cerita kakek tua yang misterius itu.
Petualangan Arif sebagai penggembala kambing ternyata baru saja dimulai, dan ia tidak sabar menantikan hari esok di padang rumput yang penuh kejutan.
(Bersambung ke Bagian 2...)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjut Bapak... Keren banget
makasih bu
di tunggu aja. he