Angel adeline lystin batee

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
HANCUR NAMUN SETIA

HANCUR NAMUN SETIA

Bab 4 MASIH ADA MEREKA

“pagi ini, adalah jadwal piket gue. Hari ini hari kamis.” Tak beberapa lama gue menyapu, seorang pria yang samar-samar dari kejauhan manyapa gue. “selamat pagi gelish.. sapu.. bersih-bersih ya..” ternyata pria itu adalah willy. “gue gak perlu sapaan lo.. tapi gue butuh.. bantuan lo.. hehehe..” dengan wajah yang merayu. “iya.. gue bantu doa..” katanya meninggalkan gue dengan.. menggerakkan seluruh jarinya kearah gue. “oh..Tuhan.. manusia seperti apalah lelaki yang satu ini?”

Tak beberapa lama kemudian, seorang pria yang bernama gideon. Ini adalah salah satu band musik kami. Gue udah kenal sama dia, tapi.. gak begitu dekat sih.. “eh.. piketlah.. yang bersih..” gideon baru datang dan langsung menyuruh gue untuk piket. Padahal.. gue yang pertama piket... harusnya tuh.. anak yang lanjutin piketnya lagi.. “eh..lo baik-baik ya kalau ngomong.. gue itu udah piket duluan... kalau lo mau piket.. piket aja sendiri gak usah teriak-teriak.” Kata gue ngotot. Ya.. memang gue itu orangnya suka blak-blakkan. Gue paling tidak suka ada orang yang sederajat gue.. ngatur-ngatur gue..

“eh..kalo lo memang sudah piket... kok..masih.. kotor.. lo itu.. punya mata gak..” kata gideon dengan begitu ketusnya. “yalah.. lo menang..” daripada di perpanjang.. lebih baik kita yang mengalah.

“MENGALAH BUKAN BERARTI, KITA YANG KALAH!”

Ya.. seperti motto gue di atas..

“pagi semuanya... apakah kalian... mempunyai cerita hari ini..?” cindy baru saja datang dan mengacaukan suasana keheningan yang ada di kelas. “cindy...” teriak mia perempuan berhijab yang mentel, menjijikkan, dan mempunyai suara melengking nomor satu di kelas gue. Ya.. gue paling tidak cocok dengan orang yang seperti mia. “eh.. lo bisa diam gak..” gue tiba-tiba datang, dan menarik jilbab mia. “lo biasa aja.. gue gak ada urusan dengan anak gilak kayak lo!” mia mendorong gue hingga gue terjatuh di lantai. Anak-anak yang ada di dalam kelas bahkan yang dari luar pun, masuk ke kelas dan melihat kami bertengkar. “eh.. udah-udah.. baru pagi bertengkar pulak kalian di sini.” Kata seorang pria yang datang menghampiri kami. “eh.. lo.. gak usah ikut campur ya.. bencong..” kata mia dengan memajukan mulutnya. Dengan spontan, gue langsung menampar mia. “tas..!!” suara tamparan tangan gue ke pipi sebelah kanan mia. “lain kali.. lo itu.. kalau bicara pake otak ya..” gue berbicara dengan mengancam mia. “emang lo siapanya roland? Dasar lo..” perkataan mia berhenti ketika willi datang. “berhenti berkata!!” teriak willi. “kami memang bukan siapa-siapanya roland. Tapi kami adalah sahabatnya roland. Camkan ini: siapa di kelas ini, bahkan yang di luar kelas sekalipun, yang berani mengatakan roland bencong, akan berhadapan dengan gue. Willi” dengan beraninya, willi mengancam seluruh siswa di sekolah. Dan dimulai saat itulah dengan perlahan, semua siswa bubar meninggalkan kami. Mia si pengecut juga ikut pergi. “willi, lo.. memang abang gue yang paling... THE BEST lah..” kata cindy menepuk-nepuk punggung willi.

Gue menghampiri roland, dan bertanya kepadanya.. “land.. lo marah.. sama gue?” roland menjawab “enggak lo gelish.. gue itu ya.. benci kali lihat si mia mentel itu...” kata roland ke gue. “land.. lo itu laki-laki kan..” kata gue sambil menepuk bahu roland. “iyalah.. mana mungkin gue cewek.. aneh.. lo..” kata roland tertawa. “kalau lo laki-laki, tunjukin dong ke yang lain..” kata gue sambil menepuk meja. “eh.. lish.. gue boleh curhat gak?” kata roland. “curhat dong land..” kata gue dengan gaya gue yang alay. “ok. Gini lish.. bukannya gue gak mau jadi cowok.. tapi kebiasaan gue kayak gini.. gue sering di bilang bencong... gue hanya sabarrr...” kata roland yang hampir meneteskan air mata. “land.. dimana-mana.. kalau curhat, cewek yang nangis.. kog jadi lo pulak yang nangis... ingat land.. lo laki-laki.. dan bersifatlah seperti laki-laki. Jangan nangis.. lo harus kuat... seharusnya, ketika lo di hina dan di cemooh orang... lo juga harus lihat diri lo... mana tau, memang lo yang salah.. dan yang kedua... hinaan itu bukan berarti lo harus lemah dan tidak bangkit, semua hinaan itu, harus lo jadikan motivasi lo ke depan.” Kata gue. Sedangkan roland, masih saja meneteskan air mata. Aneh tapi nyata..

Pada akhirnya roland berhenti menangis. Roland tiba-tiba mengatakan... “seru juga ya berteman dengan lo...” kata roland dengan senyum. “hehe.. jangan terlalu di puji, nanti hidung gue kembang gak bisa kempes...” kami pun tertawa bersama merasakan kebahagiaan. Gue pikir.. tidak ada lagi orang yang setia dengan gue.. tapi gue salah.. dibalik masalah gue dengan mely, ternyata masih ada mereka, mereka yang kumaksud adalah... cindy dan roland. Kenapa gue bisa memastikan bahwa sahabat setia gue adalah cindy dan roland? Karena untuk sebuah pembuktian sahabat yang setia, tidak perlu waktu lama. Sahabat yang setia, adalah mereka yang langsung menunjukkan kepeduliannya terhadap kita.

Huh.. ini sudah hampir seminggu gue menjalani hari tanpa mely. Apa sih yang mely tahu tentang cindy? Dan apa yang cindy tahu Tentang mely? Gue merasa kalau cindy dan mely itu pasti sudah saling kenal.

Ketika gue sudah sampai di kelas.. gue melihat cindy juga baru sampai. Tanpa menunggu lama gue langsung lari mengejar cindy. “cindy....” teriak gue dari arah jauh sambil berlari kencang. “woy.... cindy....” teriak gue yang semakin kuat. Syukur aja ya.. mia belum datang, coba dia ada pasti gue dengannya ribut lagi deh. “apa sih lo... ribut amat... baru pagi lo gelish...” kata cindy mengabaikan gue. “cindy... cukup ya.. lo bohongin gue...” gue langsung mengancam cindy agar dia mau buka mulut. “maksud lo...?” kata cindy heran. “lo udah lama kenal kan sama mely...” kata gue ngancam. “iya..” katanya singkat. “emang kenapa sih... kog lo emosian... gue tu dari kelas satu sma udah lama kenal sama dia.” Cindy menjelaskan. “nih.. ya.. gue kasih tau ke lo.. bukan gue mau ngancurin persahabatan lo... tapi gue sebagai seorang teman, gue ingin yang terbaik untuk lo...” ketika cindy menjelaskan semuanya, willi datang meramaikan suasana. “iya lo gelish.. mely itu udah hitam... jelek.. perempuan jabir... suka ngata-ngatain orang... beda jauh deh dari lo. Kog lo bisa ya bertema dengan dia?” kata willi. Gue hanya diam dan menerima pendapat mereka. Roland juga datang menghampiri kami... “iya lo gelish... lo udah dibilangin harus dengar lah.. kepala lo itu terbuat dari apa sih... keras banget dibilangin..” gue diam dan.. sekaligus tertawa geli melihat roland yang menjelaskan dengan gaya khas alay nya.. dari suasana tegang dan mengharukan itu seorang pria datang ikut meramaikan suasana ini. “hay.. guys... ada apa rame-rame di sini... ada geme baru ya..” dia adalah gideon kawan band willi. “i.. kesel deh.. lo datang jadi ribut.. kasian tau si gelish..” kata roland yang tak mau kalah. “gidi.. kami ini lagi bahas tentang mely.” Kata cindy. “hahaha.. mely yang penghasut itu ya..” kata gidi spontan menampilkan expresi benci dalam kemarahan. Entah kenapa di saat mereka mengatakan itu, kepercayaan gue yang selama ini seratus persen sama mely menjadi lima puluh persen. “em.. guys... gue ingin untuk beberapa hari ini fresh dulu... ok baiklah.. gue menerima komentar kalian semua... tapi hanya lima puluh persen. Dan kepercayaan gue ke mely juga lima puluh persen.” Gue mengatakan itu semua seraya pergi meninggalkan mereka.

“eh.. gelish.. pergi kan..” kata willi dari belakang.

“Tuhan memberikan dan mempercayakan ke empat temanku untuk menyadarkanku akan mely. Tapi sangat susah sekali untuk menjauh dari mely... apa gue yang bodoh.. atau karena gue yang terlalu setia?” gue duduk-duduk di taman sambil melamun keheranan.

“perhatian bagi seluruh siswa yang mengambil bagian di bidang musik, harap temui saya di ruang musik segera”

Gue mendengar pengumuman itu. Tapi, entah kenapa hari ini gue kurang semangat untuk main musik ya?. “gelish” teriak empat orang dari belakang gue. “iya.. apa?” gue menjawab dengan nada seperti orang yang gak pernah makan. “lo kenapa sih” kata gideon. “gue gak papa lo..” jawab gue lemas. “ih.. udah lah woy.. lebih baik kita ajak gelish ke ruang musik aja.” Kata roland dengan memaksa gue. “land.. gue gak mau.. malas ah.. mending di sini...” kata gue merajuk. “lish.. tanpa lo, keadaan di ruang musik akan hening... kumohon demi kami.. ikutlah..” kata willi sambil berpaling dari gue. “kenapa mereka begitu hilang rasa ya ketika gue gak ada? Gue males.. tapi mereka... ah... udalah.. gue gak boleh egois...” gue berkata dalam hati. Akhirnya gue mengikuti mereka berempat dari belakang. “tuh.. kan.. apa gue bilang gelish pasti ikut... hati gelish kan gak keras kayak batu..” kata roland. Sebenarnya kesal sih... mendengar perkataan roland.. tapi ada benarnya juga... akhirnya kami berempat tertawa bersama, dan perlahan luka di hati gue mulai hilang, dan gue mulai kembali lagi merasakan kebahagiaan mereka.

“MENURUT GUE, SAHABAT.. BUKANLAH MEREKA YANG SERING BERBAGI WAKTU DENGAN KITA... TAPI SAHABAT, ADALAH MEREKA YANG SELALU BERBAGI SUKA DUKANYA TERHADAP KITA.”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post