ANGGIT WURI PERMANA

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG BILANGAN  PECAHAN MENJADI PERSEN MELALUI PENERAPAN MEDIA
Penelitian Tindakan Kelas

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG BILANGAN PECAHAN MENJADI PERSEN MELALUI PENERAPAN MEDIA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG BILANGAN PECAHAN

MENJADI PERSEN MELALUI PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN

KARTU BILANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS V

SEMESTER 2 SD BHAKTI MULIA MEJASEM

TAHUN PELAJARAN 2018-2019

Penelitian Tindakan Kelas

(PTK)

ABSTRAK

Anggit Wuri Permana, NUPTK : 4649765666130142, PTK : Peningkatan Kemampuan Menghitung Bilangan Pecahan Menjadi Persen Melalui Penerapan Media Pembelajaran Kartu Bilangan Pecahan Pada Siswa Kelas V Semester 2 SD Bhakti Mulia Mejasem Tahun Pelajaran 2018-2019.

Kata kunci : Kemampuan Siswa, Menghitung Bilangan Pecahan Menjadi Persen dan Media Pembelajaran Kartu Bilangan

Berdasarkan hasil dokumen hasil belajar siswa, diketahui bahwa tingkat kemampuan mengubah pecahan biasa ke bentuk persen di kelas V SD Bhakti Mulia Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal, menunjukkan bahwa partisipasi dan hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini dibuktikan dari 20 siswa hanya 7 (35 %) siswa yang mencapai KKM atau telah mengalami belajar tuntas. Sementara 13 (65 %) siswa lainnya belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 7,0.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian adalah (1) Bagaimana proses pembelajaran melalui media kartu bilangan pada pembelajaran matematika pada siswa kelas V semester 2 SD Bhakti Mulia? (2) Bagaimanakah perubahan perilaku belajar siswa kelas V semester 2 SD Bhakti Mulia dalam pembelajaran mengubah bilangan pecahan menjadi persen? (3) Bagaimanakah meningkatan hasil belajar dalam kemampuan mengubah bilangan pecahan menjadi persen setelah menggunakan media kartu bilangan pada siswa kelas V semester 2 SD Bhakti Mulia?

Tujuan dari penelitian ini (1) Mengetahui proses pembelajaran tentang mengubah bilangan pecahan menjadi bilangan persen melalui media kartu bilangan pada siswa kelas V semester 2 SD Bhakti Mulia. (2) Mengetahui perubahan perilaku belajar siswa setelah menggunakan media kartu bilangan dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas V semester 2 SD Bhakti Mulia. (3) Mengetahui pembelajaran menggunakan media kartu bilangan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam kemampuan mengubah bilangan pecahan menjadi persen pada siswa kelas V semester 2 SD Bhakti Mulia.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Bhakti Mulia Mengetahui pembelajaran menggunakan media kartu bilangan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menghitung bilangan pecahan menjadi persen pada siswa kelas V.

Dari hasil analisis proses pembelajaran meningkat dari perolehan skor data observasi pada siklus I dan siklus II. Aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan media kartu bilangan berpengaruh positif terhadap Proses pembalajaran,aktivitas siswa dan hasil belajar siswa kelas V SD Bhakti Mulia, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas ) No. 20 Tahun 2003 menggariskan bahwa Pendidikan Nasional “Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” [ Bab II pasal 3 ]. Selanjutnya Pendidikan Nasional tersebut dijabarkan dalam tujuan Institusional SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Kemudian tujuan Institusional pada masing-masing sekolah dan Perguruan Tinggi dijabarkan dalam tujuan kurikuler, yaitu tujuan masing-masing mata pelajaran atau mata kuliah. Pencapaian berbagai tujuan kurikuler secara bersama-sama menunjang pencapaian tujuan Pendidikan Nasional seperti yang digariskan dalam UU Sisdiknas. Pengalaman penulis dalam pembelajaran matematika Kompetensi Dasar “Mengubah pecahan biasa ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya.,” di kelas V SD Bhakti Mulia Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal, menunjukkan bahwa partisipasi dan hasil belajar siswa masih rendah. Dari 20 siswa hanya 7 (35 %) siswa yang mencapai KKM atau telah mengalami belajar tuntas. Sementara 13 (65 %) siswa lainnya belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 7,0.

Upaya meningkatkan kemampuan mengubah bilangan pecahan menjadi persen merupakan kebutuhan yang mendesak untuk dilakukan. Langkah yang peneliti tempuh adalah menyediakan alat peraga kongkrit yaitu media kartu bilangan. Media kartu bilangan memberikan gambaran konkrit atau nyata, meningkatakan motivasi belajar siswa dan mempertinggi daya serap siswa serta siswa dapat memusatkan perhaiannya dalam belajar. Melalui penggunaan media kartu bilangan kompleksitas dari pembelajaran matematika yang memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar sehingga hasilnya akan lebih baik.

Untuk mengetahui seberapa banyak siswa kelas V SD Bhakti Mulia yang belum memahami mengubah pecahan menjadi persen, guru memberikan ulangan atau tes tentang materi tersebut. Melalui tes. Pengaruh penggunaan media pada proses pembelajaran memberikan dorongan pada guru dalam menyampaikan pembelajaran. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran mengubah bilangan pecahan menjadi persen adalah penggunaan media kartu bilangan. Diharapkan dengan melalui media kartu bilangan ini tingkat pemahaman akan pengubahan bilangan pecahan menjadi persen dan ketertarikan siswa pada matematika akan semakin besar, sehingga tidak akan ada lagi anggapan matematika sulit dan menakutkan untuk dipelajari.

Penerapan metode dan media pembelajaran yang tepat sangat mutlak digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan tetapi pada pembelajaran pra siklus penulis belum menerapkan metode demonstrasi dan alat peraga pendidikan berupa media kartu pecahan sehingga hasil yang tercapai belum maksimal.

B. Rumusan Masalah

Dari berbagai kekurangan yang dialami siswa kelas V SD Bhakti Mulia Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal dalam pembelajaran matematika Kompetensi Dasar “ Mengubah pecahan kebentuk persen dan desimal atau sebaliknya” di kelas V SD Bhakti Mulia, belum berjalan secara efekrif. Kebelum-efektifan proses pembelajaran terjadi terutama karena guru kurang mengaktifkan siswa dalam pembahasan materi. Disamping itu guru membahas materi terlalu cepat, kurangnya pemanfaatan media secara efektif dan memadai (kurang alat peraga dan buku sumber) dan guru kurang mengupayakan pemantapan penguasaan materi oleh siswa.

Berdasarkan sebab-sebab kekurang-efektifan pembelajaran Matematika Kompetensi Dasar “Mengubah pecahan biasa kebentuk persen dan desimal atau sebaliknya”, penulis merumuskan masalah perbaikan pembelajaran sebagai berikut ;

1. Bagaimana proses pembelajaran melalui media kartu bilangan pada pembelajaran matematika pada siswa kelas V semester 2 SD Bhakti Mulia?

2. Bagaimanakah perubahan perilaku belajar siswa kelas V semester 2 SD Bhakti Mulia dalam pembelajaran mengubah bilangan pecahan menjadi persen?

3. Bagaimanakah meningkatan hasil belajar dalam kemampuan mengubah bilangan pecahan menjadi persen setelah menggunakan media kartu bilangan pada siswa kelas V semester 2 SD Bhakti Mulia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan Kompetensi Dasar “Mengubah pecahan kebentuk persen dan desimal atau sebaliknya” di kelas V SD Bhakti Mulia Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui proses pembelajaran tentang mengubah bilangan pecahan menjadi bilangan persen melalui media kartu bilangan pada siswa kelas V semester 2 SD Bhakti Mulia.

2. Mengetahui perubahan perilaku belajar siswa setelah menggunakan media kartu bilangan dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas V semester 2 SD Bhakti Mulia.

3. Mengetahui pembelajaran menggunakan media kartu bilangan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam kemampuan mengubah bilangan pecahan menjadi persen pada siswa kelas V semester 2 SD Bhakti Mulia.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a. Anak akan lebih aktif mengikuti pembelajaran.

b. Anak akan lebih terampil dalam memecahkan masalah

c. Anak akan lebih mudah memahami materi

2. Bagi Guru

Memperoleh pengalaman profesional dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika dengan Kompetensi Dasar “Mengubah pecahan kebentuk persen dan desimal atau sebaliknya”, melalui penjelasan yang menarik, pemanfaatan media pembelajaran yang efektif, penggunaan metode tanya jawab dan tugas. Disamping itu memperoleh materi untuk menulis makalah mengenai kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar “Mengubah pecahan biasa kebentuk persen dan desimal atau sebaliknya”.

3. Bagi Sekolah

Penelitian dilakukan untuk memajukan sekolah dengan mendorong guru-guru mengembangkan keprofesionalannya, mengingat prestasi sekolah dalam ujian masih rendah. Dengan contoh hasil penelitian ini diharapkan rekan-rekan guru terbuka pandangannya mengenai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Bila banyak guru secara serempak berupaya mengadakan perbaikan dalam pembelajaran, dapat diharapkan prestasi belajar akan baik.

4. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan kependidikan yang luas bagi guru. Guru-guru diberbagai tempat mengadakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas. Dengan banyaknya guru melakukan PTK diharapkan proses pembelajaran diberbagai sekolah / kelas berjalan lebih efektif. Disamping itu, hasil-hasil penelitian dapat dibukukan dan dijadikan bahan pengajuan angka kridit untuk kenaikan pangkat. Keberhasilan kenaikan pangkat ini secara psikologis mendorong guru bekerja lebih baik. Disamping itu dengan adanya sertifikasi bagi jabatan guru Penelitian Tindakan Kelas membantu bagi para guru memperoleh tambahan nilai. di kelasnya masing-masing pada gilirannya, perbaikan pembelajaran dimana-mana membawa kemajuan pendidikan.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KERANGKA TEORI

1. Hakekat Belajar

Ada beberapa pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Salah satu diantaranya adalah menurut Gagne (1984), bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilaku sebagai akibat pengalaman (Ratna Wilis Dakar, 1989. hal. 11).

Dari pengertian belajar tersebut, disimpulkan ada 3 komponen pokok (ciri utama) belajar yaitu : proses, perubahan perilaku, dan pengalaman. Belajar merupakan proses aktivitas mental dan emosional atau proses berfikir dan merasakan. Belajar yang baik adalah belajar yang menerapkan aktivitas mental dengan kadar yang tinggi.

Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman belajar sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dimana proses mental dan emosional terjadi. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu pengetahuan (kognitif) keterampilan motorik (psikomotor) dan penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif). Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang diharapkan sebagai hasil belajar tersebut dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.

Hakekat matematika artinya menguraikan apa sebenarnya matematika itu, baik ditinjau dari arti kata matematika, karakteristik matematika sebagai Ilmu, maupun peran dan kedudukan matematika diantara cabang ilmu pengetahuan serta manfaatnya. Hakikat anak didik artinya menguraikan mengenai anak sebagai suatu individu yang berbeda dengan orang dewasa dan anak usia SD dalam pembelajaran matematika yang berada pada tahap operasi konkret.

Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Kata itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berhubungan dengan kata lain yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berfikir). Jadi berdasarkan asal katanya maka matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berfikir (bernalar). Matematika lebih menekankan ke dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi, matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET,1980:148)

Matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul dan benar sejak dini. (Prihandoko,2006:1). Matematika setidak-tidaknya dapat dipandang dalam tiga idenitas, yaitu:1) matematika sebagai suatu ilmu, yaitu ilmu tentang bilangan dan bangun-bangun(datar dan ruang), yang berlandaskan pada logika, 2) matematika sebagai kumpulan alat(kumpulan metode) untuk memecahkan maslah,3) matematika sebagai suatu bahasa, dipandang sebagai suatu perangkat aturan dan lambangbyang dapat digunakan untuk berkomunikasi secara efektif dan efisien (Suwarsono dan Sugiarto,2008:2)

Salah satu tujuan pembelajaran matematika di SD adalah memberikan bekal yang cukup bagi siswa untuk menghadapi materi-materi matematika pada tingkat pendidikan lanjutan. Menurut Sudjono seperti dikutip oleh Prihandoko (2006:7) pembelajaran matematika juga mengandung nilai-nilai praktis, disiplin, dan nilai budaya. Matematika memiliki nilai praktis, karena merupakan suatu alat yang dapat langsung digunakan untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Nilai kedisiplinan, dimaksudkan bahwa dengan belajar matematika akan melatih orang berlaku disiplin dalam pola pemikirannya. Nilai budaya berkaitan dengan sejarah peradaban manusia, matematika dipergunakan untuk melakukan penghitungan-penghitungan sederhana.

Dari beberapa definisi di atas, pengertian matematika di sekolah dasar disimpulkan sebagai ilmu pengetahuan tentang penalaran logis dalam kaitannya dengan masalah yang berhubungan dengan sifat-sifat bangun datar, kuantitas dan ruang, memiliki ruang lingkup geometri, dan pengukuran, serta pengolahan data, yang penyajiannya tidak terlepas dari nilai praktis, nilai kedisiplinan, dan nilai budaya.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukur berupa tes yang disusun secara terencana baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan (Sudjana;1991). Hasil belajar merupakan suatu perubahan pada individu yang belajar , tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar (Nasution dalam Iskandar ,2009:128)

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang yang belajar. Orang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunnya, baik yang berupa pengetahuan, ketrampilan motorik atau penugasan nilai-nilai sikap (Udin winaputra:25).

Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukur yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis , tes lisan, maupun tes perbuatan pada materi mengurutkan bilangan genap dan ganjil.

3. Mengubah Pecahan Biasa ke Bentuk Persen dan Desimal serta Sebaliknya

Deskripsi saat di mal atau supermarket kita pasti sering melihat keadaan seperti di atas. Begitu juga di toko busana, took sepatu dan tas, toko alat tulis, dan toko swalayan sering memberikan diskon atau potongan harga. Besar diskon biasanya ditunjukkan dengan persen. Misalnya, suatu jenis busana didiskon 50%. Artinya, pembeli jenis busana tersebut mendapat potongan harga 50% dari harga yang tercantum pada label.

a.

Mengubah pecahan ke dalam bentuk persen

Cara mengubah pecahan biasa ke dalam bentuk persen, yaitu dengan cara mengubah penyebut pecahan tersebut menjadi 100, karena persen merupakan per seratus.

Karena penyebut pecahan (2) ingin jadi 100, maka penyebut harus dikalikan kepada 50 (2 x 50 = 100), sehingga pembilang pun harus dikalikan dengan bilangan yang sama (1 ∞ 50) sehingga 1/2 = 50 %

b.

Mengubah persen ke bentuk pecahan biasa

Mengubah persen ke dalam bentuk pecahan biasa dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Dari bentuk persen diubah dulu menjadi pecahan biasa (per seratus). 2. Taksir atau cari pembagi terbesar dari bilangan pembilang dan penyebut. 3. Bagi pembilang maupun penyebut dengan bilangan pembagi tersebut. Contoh

Pembagi terbesar dari 75 dan 100 adalah 25, maka kedua bilangan 75 dan 100 (pembilangdan penyebut) dibagi oleh bilangan 25. Menjadi 75 : 25 = 3 (pembilang) 100 : 25 = 4 (penyebut)

c.

Mengubah desimal ke bentuk persen

Bilangan desimal diubah dulu menjadi pecahan per sepuluh atau per seratus. Per seratus sama dengan persen.

d.

Mengubah persen ke dalam bilangan desimal

Bilangan persen diubah menjadi per seratus dan untuk menjadikan bilangan desimal hanya tinggal menentukan angka di belakang koma. Agar lebih jelas perhatikanlah contoh di samping ini.

4. Media

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen dari sistem pengajaran yang menjadi faktor dominan untuk menunjang berhasilnya proses belajar mengajar. Media pembelajaran digunakan untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Selain itu media pembelajaran juga membantu agar kegiatan belajar mengajar yang berlangsung antara guru dan siswa lebih variatif sehingga menimbulkan minat siswa serta memberi rangsangan untuk belajar.

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.(Arif S. Sadiman, dkk., 1990: 6). Umar Suwito (Suharsimi Arikunto, 1993:45) memberi batasan media pembelajaran sebagai berikut: media pembelajaran adalah sarana pembelajaran yang digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Azhar Arsyad (2002: 4) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. R. Angkowo dan A. Kosasih (2007:10) menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat di gunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat terdorong terlibat dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan untuk membangun komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dan proses belajar mengajar.

b. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Nana Sujana dan Ahmad Rivai (2002: 3-4) mengemukakan ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu:

1) Media Grafis

Media grafis termasuk media visual sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan dan pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Contoh media grafis adalah gambar, foto dan grafik (Arif S. Sadiman, dkk., 1990: 28).

2) Media Tiga Dimensi

Media tiga dimensi adalah media dalam bentuk model seperti: Model penampang dan model susun.

3) Model proyeksi seperti: slide, film strips dan penggunaan Proyektor.

4) Penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.

c. Kriteria Pemilihan Media

Media pembelajaran merupakan salah satu sarana untuk membantu meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar. Kriteria pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan. Dalam hubungan ini Dick dan Carey (Arif S. Sadiman, dkk., (1990: 86) menyebutkan bahwa di samping kesesuaian dengan tujuan perilaku dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu:

1) Ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri.

2) Ketersediaan dana, tenaga dan fasilitasnya.

3) Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media

yang bersangkutan untuk waktu yang lama.

4) Efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.

Adapun menurut Azhar Arsyad (2002: 8) kriteria pemilihan media adalah:

1) Sesuai dengan tujuan yang dicapai media dipilih berdasarkan tujuan

instruksional yang telah ditetapkan dan secara umum mengacu kepada

salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan

psikomotor.

2) Tempat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,

prinsip atau generalisasi.

3) Praktis, luwes, dan bertahan lama

4) Guru terampil menggunakannya.

5) Pengelompokan sasaran, kesesuaian dengan sarana belajar yaitu

karakteristik atau kondisi anak dan tujuan pembelajaran.

6) Mutu teknis yaitu kesesuaian antara situasi dan kondisi anak.

Menurut Nana Sujana dan Rivai (2002: 4-5) dalam memilih media

pembelajaran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Ketepatan dengan tujuan pengajaran artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan instruksional yang telah ditetapkan.

2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran artinya bahan pelajaran yang

sifatnya fakta, prinsip konsep dan generalisasi sangat memerlukan

bantuan media agar mudah dipahami anak.

3)Kemudahan memperoleh media artinya media yang diperlukan mudah

diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu

mengajar.

4) Ketrampilan guru dalam menggunakannya artinya apapun jenis media

yang diperlukan, syarat utama guru harus dapat menggunakannya

dalam proses pengajaran. Nilai dan manfaat bukan pada medianya

tetapi dampak penggunaannya oleh guru pada saat terjadinya interaksi

belajar siswa dengan lingkunganya.

5)Tersedia waktu untuk menggunakannya artinya media tersebut dapat

bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.

6) Sesuai dengan taraf berfikir siswa artinya makna yang terkandung

didalamnya dapat dipahami oleh siswa.

d. Pengertian Kartu Lambang Bilangan

Kartu lambang bilangan merupakan media pengajaran yang mengandung atau membawakan konsep yang dipelajari. Kartu lambang bilangan adalah seperangkat benda konkret yang dirancang, dibuat,dihimpun atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam pembelajaran (Djoko Iswadji, 2003: 1). Menurut Sudiman (1996:29) media kartu adalah media yang berfungsi sebagai alat bantu mengajar,yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan dari sumber informasi (guru) ke penerima pesan (siswa) untuk meningkatkan interaksi guru dan siswa.

Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan dan pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam gambar, tulisan dan angka. Media kartu lambang bilangan berfungsi untuk menarik perhatian siswa karena media kartu lambang bilangan merupakan media sederhana, mudah dalam membuatnya dan murah harganya Tarjono (2003: 3) menyatakan bahwa kartu lambang bilangan merupakan alat bantu paling penting untuk berlatih dan memperkuat kemampuan mengenali bilangan. Sutrisno Hadi (2004) menyatakan kartu lambang bilangan terbuat dari bahan karton dan spidol, dengan membuat kartu-kartu sederhana yang bisa didudukan guru dapat mengembangkan pembelajaran interaktif. Sukayati (2004: 9) mengatakan bahwa kartu lambang bilangan digunakan untuk pengenalan konsep dan pemahaman konsep. Menurut ST. Negoro dan B. Harahap (1998: 156) menyatakan bahwa kartu lambang bilangan ialah kartu yang memuat lambang bilangan.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka yang dimaksud media kartu lambang bilangan dalam penelitian ini adalah media kartu bergambar yang di dalamnya terdapat bilangan atau angka, sebagai salah satu media visual yang mudah dimengerti dan dipahami anak. Oleh karena itu dengan penggunaan media kartu lambang bilangan dalam proses pembelajaran Matematikan akan dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan mengenal bilangan pada anak, karena sesuai dengan tahap perkembangan anak pada umumnya di mana pada masa itu anak berada pada tahap pra operasional konkrit. Pada tahap ini anak mulai menunjukkan proses berpikir yang lebih jelas. Anak mulai mengenali beberapa simbol dan benda termasuk bahasa dan gambar.

e. Manfaat Media Kartu Lambang Bilangan

Pengenalan konsep bilangan merupakan hal yang paling dasar pada pembelajaran matematika. Sebelum seseorang dapat mengenal konsep maka ia tidak dapat melanjutkan kemampuan yang lainnya, misalnya berhitung penjumlahan yang nantinya sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Mengenal konsep bilangan maksudnya mengetahui kuantitas sesuatu antara lain 1 lebih kecil dari 2, atau 2 lebih besar dari 1. Selain mengetahui konsep, siswa juga harus mengetahui lambang bilangannya.

Saat ini, siswa banyak yang beranggapan bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang membosankan. Selain itu, dalam proses belajar mengajar guru juga kurang memperhatikan siswa misalnya dari segi media yang digunakan. Seharusnya jika siswa merasa bosan pada suatu pelajaran, guru harus dapat membuat proses belajar menjadi menyenangkan, salah satu caranya adalah dengan penggunaan media yang menarik. Adapun dalam pelajaran matematika, khususnya dalam mengenal bilangan peneliti akan menggunakan media kartu lambang bilangan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengetahui bilangan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan penggunaan media

kartu lambang bilangan mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:

1. Alat bantu paling penting untuk berlatih dan memperkuat kemampuan

mengenali bilangan.

2. Dapat mengembangkan pembelajaran interaktif.

3. Dapat digunakan untuk pengenalan konsep dan pemahaman konsep.

4. Menambahkan keterampilan siswa mendalami atau memahami suatu

topik tertentu.

5. Membuat variasi sendiri dalam pembelajaran matematika agar tidak

Membosankan.

B.

Tindakan

Keranga Berfiki r

Kondisi

Awal

Kondisi

Akhir

Pembelajaran sudah menggunakan media kartu bilangan

Siklus II

Diduga pembelajaran mengubah bilangan pecahan menjadi bilangan persen menggunakan media kartu bilangan dapat meningkatkan hasil belajar matematika

Pembelajaran belum menggunakan media kartu bilangan

Hasil belajar siswa rendah

C. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan media kartu bilangan di duga dapat meningkatkan proses pembelajaran matematika tentang materi mengubah pecahan menjadi persen pada siswa kelas V semester 2 di SD Bhakti Mulia Mejasem Barat Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2018-2019.

2. Penggunaan media kartu bilangan di duga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran matematika tentang materi mengubah pecahan menjadi persen pada siswa kelas V semester 2 di SD Bhakti Mulia Mejasem Barat Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2018-2019.

3. Penggunaan media kartu bilangan di duga dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang materi mengubah pecahan menjadi persen pada siswa kelas V semester 2 di SD Bhakti Mulia Mejasem Barat Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2018-2019.

D. INDIKATOR KINERJA DAN KRITERIA KEBERHASILAN

Media kartu bilangan efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada menghitung bilangan pecahan menjadi persen, jika:

a. Indikator kinerja

1. Aktivitas belajar siswa

Indikator keberhasilan aktivitas belajar siswa yaitu aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan media kartu bilangan meningkat.

2. Hasil belajar siswa

Indikator keberhasilan hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata kelas memenuhi KKM dan ketuntasan belajar memenuhi target yang ditetapkan.

3. Kualitas proses pembelajaran

Indikator keberhasilan meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

b. Kriteria keberhasilan

Hasil belajar siswa dikatakan berhasil apabila:

1. Nilai siswa minimal sesuai KKM Yaitu ≥ 70

2. Nilai rata-rata kelas ≥ 70

3. Persentase ketuntasan belajar klasikal ≥ 80%.

Jika hasil belajar siswa sudah mencapai kriteria yang sudah ditentukan maka pembelajaran yang dilakukan sudah berhasil. Kriteria aktivitas siswa dikatakan berhasil apabila aktivitas siswa dari siklus1 ke siklus 2 mengalami peningkatan

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subyek, Tempat, Waktu Penelitian, dan Pihak yang Membantu

1. Subjek Penelitian.

Subjek penelitian ini menggunakan siswa kelas V SD Bhakti Mulia Tahun Pelajaran 2018-2019. Dengan jumlah siswa keseluruhan ada 17 siswa, 7 siswa laki – laki dan 10 siswa perempuan.

2. Tempat Penelitian.

Penelitian dilaksanakan pada kelas V SD Bhakti Mulia Tegal.

3. Waktu Penelitian.

Waktu dilaksanakan penelitian adalah sebagai berikut :

a. Siklus I : Hari / tanggal : Kamis, 6 Maret 2019

Pukul : 07.00 – 08.10

b. Siklus II : Hari / tanggal : Selasa, 11 Maret 2019

Pukul : 07.00 – 08.10

4. Pihak yang membantu.

Pihak - pihak yang membantu dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ;

a. Yohanes Suyatno, S.Pd.selaku Kepala SD Bhakti Mulia

b. Trianna Widiyarti, S.Pd, sebagai teman sejawat SD Bhakti Mulia

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran.

Penelitian akan dilaksanakan dalam dua siklus dengan waktu 2 X 35 menit untuk masing-masing siklus. Setiap siklus terdiri atas tahapan, yaitu : tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan diakhiri dengan tahap refleksi. Adapun alur pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut ini :

Bagan Desain Penelitian

Siklus Penelitian Tindakan Kelas

1. Persiapan

Dalam tahap persiapan ini kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Mengidentifikasi masalah dan menetapkan alternatif pemecahan masalah.

b. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

c. Mengembangkan skenario pembelajaran.

d. Menyusun lembar kerja siswa

e. Menyiapkan sumber dan media pembelajaran.

f. Mengembangkan format observasi

2. Rencana tindakan setiap siklus

Siklus I

Waktu : 1 kali pertemuan 2 jam mata pelajaran

a. Perencanaan

Berdasarkan kondisi awal sebelum dilakukan penelitian, peneliti menetapkan alternatif pada siklus I

b. Pelaksanaan

1) Menyiapkan instrumen lembar kerja dan lembar observasi untuk siswa.

2) Guru memberikan sedikit komentar dan tanya jawab tentang mengubah bilangan pecahan menjadi persen.

3) Setelah semua selesai mengerjakan tugas, guru bersama siswa menyimpulkan hasil kerja.

c. Pengamatan

1) Melakukan observasi menggunakan format observasi

2) Menilai hasil kerja berdasarkan lembar kerja siswa.

d. Refleksi

1) Mengidentifikasi kesulitan dan hambatan yang dialami pada pembelajaran siklus 1.

2) Daftar permasalahan yang ada selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk melakukan pembelajaran pada siklus 2.

Siklus II

a. Perencanaan

Berdasarkan refleksi pada siklus pertama, peneliti menetapkan alternatif pemecahan masalah.

b. Pelaksanaan

1) Menyiapkan instrument lembar kerja dan lembar observasi untuk siswa.

2) Siswa menempati tempat duduknya sendiri-sendiri.

3) Guru memberikan sedikit komentar dan tanya jawab tentang mengubah bilangan pecahan menjadi persen.

4) Guru menyiapkan seperangkat pembelajaran yang akan digunakan, beserta lembar kerja siswa untuk masing-masing siswa.

5) Bersama-sama dengan siswa, guru menyimpulkan hasil kerja siswa.

c. Pengamatan

1) Melakukan observasi dengan menggunakan format observasi

2) Menilai hasil kerja

d. Refleksi

1) Mengidentifikasi kesulitan dan hambatan yang dialami pada pembelajaran siklus II .

2) Peneliti melakukan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan data.

C. Teknis Analisis Data

1. Teknis Pengumpulan Data.

a. Observasi.

Observasi digunakan untuk mengetahui perilaku – perilaku siswa pada saat proses pembelajaran pada siklus I dan silkus II. Proses yang menjadi sasaran amatan yaitu :

1. Memaparkan tujuan pembelajaran.

2. Proses pembelajaran yang kondusif tentang bagaimana mengubah bilangan pecahan menjadi persen.

3. Proses siswa berlatih mengubah bilangan pecahan menjadi persen.

4. Kondusifnya siswa saat bersama – sama menyimpulkan materi tentang mengubah bilangan pecahan menjadi persen.

5. Siswa bisa menyadari kekurangan saat proses pembelajaran dan mengetahui apa yang akan dilakukan setelah proses pembelajaran.

Pengamatan ini dilakukan secara keseluruhan siswa dikelas dengan memberikan tanda check list ( √ ).

Jenis perilaku yang menjadi sasaran amatan adalah perilaku positif dan negatif saat pembelajaran berlangsung. Objek sasaran pengamatan peneliti meliputi beberapa sikap yaitu :

1. Aktivitas siswa mempersiapkan alat-alat pelajaran.

2. Aktivitas siswa mendengarkan tujuan pembelajaran.

3. Aktifitas siswa dalam apersepsi dari guru.

4. Perhatian siswa dalam menerima motivasi guru.

5. Aktivitas siswa dalam mendengarkan penjelasan dari guru.

6. Aktivitas siswa ketika guru sedang mendemonstrasikan alat peraga.

7. Aktivitas siswa ketika guru mengajak bertanya jawab.

8. Respon siswa terhadap pertanyaan yang diajukan guru.

9. Aktifitas siswa mengerjakan soal evaluasi.

b. Teknik Tes.

Teknik Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menghitung bilangan pecahan menjadi persen. Teknik ini dilalakukan untuk menguji kompetensi siswa dalam memehami materi yang disampaikan. Tes dilaksanakan dalam bentuk pilihan essay. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada silkus I dan siklus II. Hasil tes tersebut digunakan untuk mengukur ketercapian dan peningkatan ketrampilan menghitung bilangan pecahan menjadi persen.. Siswa dikatakan berhasil apabila sudah mencapai standar ketuntasan minimal yang telah ditetapkan.

c. Dokumentasi Foto.

Dokumentasi foto digunakan sebagai bukti hasil penelitian berupa gambar. Gambar yang diabadikan melalui dokumentasi foto ini berisi peristiwa dan momentum yang menggambarkan perilaku dan aktivitas yang dilakukan siswa bersama peneliti selama proses pembaajaran berlangsung. Foto yang di ambil pada saat proses pembelajaran berlangsung merupakan sumber data yang dapat memperjelas data yang lain. Hasil dokumentasi dari silkus I dan silkus II dibandingkan untuk melihat gambaran perilaku siswa beserta perubahannya.

Aktivitas siswa yang di dokumentasikan dalam bentuk foto antara lain:

1. Aktivitas guru ketika mengkondisikan kelas dan menjelaskan pembelajaran.

2. Aktivitas siswa ketika pembelajaran berlangsung.

3. Aktivitas siswa ketika menjawab pertanyaan – pertanyaan tentang materi yang disampaikan.

4. Aktivitas guru dan siswa ketika mendemonstrasikan alat peraga dan media kartu bilangan.

5. Aktivitas siswa ketika mengerjakan lembar kerja siswa.

2. Teknis Analisis Data.

a. Data Kuantitatif.

Data kuantitatif ini diperoleh dari hasil Tes materi tentang menghitung bilangan pecahan menjadi bilangan persen. Penilaian berdasarkan pada kriteria yang telah ditentukan. Untuk memperoleh nilai pada tiap aspek penilaian, nilai tiap siswa dijumlahkan dibagi jumlah siswa. Selanjutnya, untuk mengetahui presentase perolehan nilai digunakan rumus sebagai berikut :

NP = x 100 %

Keterangan :

NP : Nilai persentase

∑N : Jumlah nilai yang diperoleh

S : Jumlah siswa

Hasil perhitungan siswa ini kemudian dibandingkan, yaitu antara hasil tes silkus I dan hasil tes siklus II, kemudian dihitung persentase peningkatan nilai setiap aspek pada silkus I dan siklus II.

b. Data Kualitatif.

Data – data kualitatif diperoleh melalui hasil deskripsi observasi siswa dan dokumentasi foto. Data – data tersebut di analisis dan dideskripsikan secara mendetail. Hasil analisis data kualitatif ini digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian kelas ini diperoleh dari tindakan Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II. Hasil tes Pra Siklus diambil dari sampel kelas II sebelumnya hasil itu berupa kemampuan siswa dalam pembelajaran mengubah bilangan pecahan menjadi persen. Hasil tes tindakan pada siklus I dan silkus II berupa kemampuan siswa mengurutkan bilangan genap dan bilangan ganjil. Adapun Hasil catatan berupa uraian pendidikan karakter siswa selama melaksanakan pembelajaran, meliputi Keaktifan, keseriusan, kepercayaan diri, kedisiplinan dan tanggung jawab. Data mengenai pendidikan karakter tersebut di dapat melalui beberapa instrumen yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi foto.

1. Pra Siklus

Pra siklus dilaksanakan sebelum dilakukan tindakan penelitian, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan mengubah bilangan pecahan menjadi persen pada siswa SD Bhakti Mulia kelas V semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Daftar nilai Prasiklus dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Nilai pada Pra Siklus

Nilai X

Jumlah siswa (f)

Jumlah (fx)

Pra siklus

Pra siklus

100

1

100

95

-

-

90

3

270

85

-

-

80

-

-

75

2

150

70

1

100

65

3

195

60

2

120

55

-

-

50

4

200

45

-

-

40

2

80

35

-

-

30

2

60

25

-

-

20

-

-

Jumlah

20

1275

Nilai Rt

62,25 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa kemampuan mengubah bilangan pecahan menjadi persen pada siswa SD Bhakti Mulia Kelas V semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 pada tahap Pra siklus masih dalam kategori cukup, Terbukti dari nilai rata – rata kelas 62,25 dan ada 13 siswa (65 %) yang masih belum tuntas. Melihat hasil nilai tes formatif yang belum berhasil tersebut, Maka dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran belum maksimal jadi perlu dilakukan perbaikan siklus I.

2. Siklus I

Pada bagian siklus I akan dibahas mengenai proses pembelajaran, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.

a. Proses pembelajaran

Proses pembelajaran yaitu Proses dimana penggunaan media kartu bilangan dapat meningkatkan proses pembelajaran pada siswa kelas V semester 2 di SD Bhakti Mulia dengan materi pokok mengubah bilangan pecahan menjadi persen.

Gambar 1 : Guru sedang menyampaikan materi pada Siklus I

Gambar di atas merupakan proses awal pembelajaran guru memberikan materi tentang mengubah bilangan pecahan menjadi persen.. Siswa terlihat tenang dan memperhatikan penjelasan guru tapi proses pembelajaran ini masih kurang baik karena telihat masih ada siswa yang melamun dan kurang memperhatikan guru.

Berdasarkan dokumentasi diatas juga terlihat guru sedang memberikan pengarahan dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Guru berinteraksi kepada siswa untuk menumbuhkan minat belajar dan motivasi.

Gambar 2. Guru sedang berinteraksi dengan siswa pada Siklus I.

Berdasarkan gambar diatas terlihat guru sedang berinteraksi dengan siswa. Guru mengajukan pertanyaan - pertanyaan yang bersangkutan dengan materi, ada beberapa siswa yang aktif dan memperhatikan guru dan ada beberapa yang hanya diam. Selebihnya mereka senang dan melakukan interaksi dengan guru. Interaksi guru terhadap siswa merupakan interaksi yang bersahabat yang bertujuan untuk memberikan motivasi, kesiapan dan keantusiasan siswa dalam pembelajaran akan mempermudah guru dalam memaparkan tujuan pembelajaran. Siswa mencoba menghitung bilangan pecahan menjadi persen tanpa menggunakan media terlebih dahulu dalam proses pembelajaran mengubah bilangan pecahan menjadi persen pada siklus I, sehingga akan terlihat tingkat pemahaman yang diterima oleh siswa dalam proses pembelajaran pada tahap siklus I ini.

Proses pembelajaran siklus I

No

Aspek Pembelajaran

Skor

1

2

3

4

5

1

Bahan pembelajaran sesuai

2

Guru merumuskan tujuan khusus

3

Pemberian motivasi

4

Penyampaian apersepsi

5

Penyampaian materi rinci & jelas

6

Kegiatan sesuai RPP

7

Menggunakan metode sesuai

8

Pemenfaatan media secara baik

9

Keterliabatan dalam demonstrasi

10

Pengaktifan siswa dalam tanya jawab

11

Waktu Pembelajaran efisien

12

Pelaksanaan tes formatif yang efektif

Jumlah

45

Nilai Rata – rata

3,75

Keterangan :

1. Kurang sekali

2. Kurang

3. Cukup

4. Baik

5. Baik sekali

Berdasarkan isi tabel dijelaskan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran pada Siklus I berjalan dengan cukup baik dengan nilai rata – rata 3,75 (dalam skala 1 – 5).Berdasarkan berbagai gambar dokumen foto dan tabel proses pembelajaran Siklus I di atas dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dapat dikatakan belum maksimal karena masih terdapat siswa yang kurang serius dalam proses pembelajaran. Dan hasil observasi siklus I hanya cukup baik dengan nilai rata – rata 3,75. Jadi perlu dilakukan perbaikan pembelajaran siklus II.

b. Aktivitas siswa

Dari hasil observasi, pada saat proses pembelajaran berlangsung hannya beberapa siswa yang mau bertannya apabila mengalami kesulitan, saat memberikan tanggapan hanya ada beberapa siswa yang berani memberikan komentar. Kurangnya keaktifan siswa dalam bertanya disebabkan karena mereka masih merasa malu dan takut salah atau memang bingung apa yang hendak ditanyakan karena belum memahami materi yang diterangkan, padahal jawaban maupun tanggapan yang diberikan oleh beberapa siswa tersebut cukup bagus. Namun pada aspek ini, masih dalam kategori kurang karena hannya beberapa siswa yang aktif bertannya ketika mengalami kesulitan.

Gambar 3 : Aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru

pada Siklus I

Pada gambar diatas terlihat beberapa siswa mengajukan pertanyaan untuk hal-hal yang mereka anggap sulit atau belum paham selain itu beberapa siswa juga turut aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru mengenai materi mengubah bilangan pecahan menjadi persen. Akan tetapi masih ada beberapa siswa yang hanya diam saja atau kurang aktif dalam pembelajaran.

Gambar 4 : Aktivitas siswa mengerjakan evaluasi pada siklus I

Pada dokumentasi foto diatas terlihat siswa sedang mengerjakan evaluasi dengan serius. Tapi pada siklus I hasilnya masih kurang maksimal karena masih ada beberapa siswa yang belum tuntas. Untuk itu peneliti melanjutkan perbaikan pembelajaran ke siklus II.

Aktivitas Siswa pada Siklus I

No

Indikator yang diamati

Skor

1

2

3

4

5

1.

Aktivitas siswa mempersiapkan alat-alat pelajaran

2.

Aktivitas siswa mendengarkan tujuan pembelajaran

3.

Aktifitas siswa dalam apersepsi dari guru

4.

Perhatian siswa dalam menerima motivasi guru

5.

Aktivitas siswa dalam mendengarkan penjelasan dari guru

6.

Aktivitas siswa ketika guru sedang mendemonstrasikan alat peraga

7.

Aktivitas siswa ketika guru mengajak bertanya jawab

8.

Respon siswa terhadap pertanyaan yang diajukan guru

9.

Aktifitas siswa mengerjakan soal evaluasi

Jumlah

32

Rata – rata

3,56

Keterangan :

1. Kurang sekali

2. Kurang

3. Cukup

4. Baik

5. Baik sekali

Berdasarkan isi tabel diatas dijelaskan bahwa pelaksanaan aktivitas siswa pada Siklus I berjalan dengan cukup baik dengan nilai rata – rata 3,56 (dalam skala 1 – 5). Akan tetapi masih diperlukan perbaikan lagi supaya hasilnya lebih maksimal. Untuk itu Maka peneliti melanjutkan perbaikan pembalajarannya ke Siklus II.

c. Hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa pada perbaikan Siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Nilai Perbaikan pada Siklus I

Nilai X

Jumlah siswa (f)

Jumlah (fx)

Siklus I

Siklus I

100

-

-

95

-

-

90

3

270

85

2

170

80

1

80

75

1

75

70

-

-

65

5

325

60

4

240

55

-

-

50

1

50

45

-

-

40

-

-

35

-

-

30

-

-

25

-

-

20

-

-

Jumlah

17

1210

Nilai Rt

71,17

Ketuntasan Min

41,17%

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa kemampuan siswa mengubah bilangan pecahan menjadi persenpada siklus I meningkat dari sebelumnya. Terbukti nilai rata-rata pada siklus I ini mencapai 71,17, akan tetapi ada 10 siswa (39 %) yang belum tuntas. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I belum maksimal maka perlu dilakukan perbaikan siklus II.

3. Siklus II

Tindakan siklus II marupakan lanjutan dari siklus I, Tindakan tersebut dilaksanakan karena pada siklus I hasil kemampuan mengubah bilangan pecahan menjadi persen pada siswa kelas V semester 2 SD Bhakti Mulia Tahun pelajaran 2018/2019 masih dalam kategori cukup karena memperoleh nilai rata- ratahanya 65,00. Hasil tersebut belum memenuhi target minimal yang ditentukan yaitu 70,00 atau berkategori baik. Dengan demikian siklus II dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus I.

a. Proses pembelajaran.

Proses pembelajaran pada silkus I hampir sama dengan siklus I yaitu dengan di awali mengulas kembali materi yang telah disampaikan, kemudian mendemonstrasikan alat peraga dan media kartu.

Awal pembelajaran pada siklus II, Siswa sudah menerima pembelajaran dengan baik tidak seperti pada siklus I masih ada siswa yang kurang serius. Siswa sudah melakukan persiapan sendiri tanpa diperintah oleh guru. Suasana kelas sudah kondusif.

Gambar 5 : Guru sedang meyampaikan materi pada Siklus II

Berdasarkan dokumentasi foto diatas, terlihat guru sedang mengulas kembali materi yang sudah disampaikan. Siswa dituntut guru untuk berperan aktif menjawab pertanyaan – pertanyaan. Siswa terlihat lebih serius dan suasana kelas menjadi kondusif proses pembelajaranpun berjalan dengan lancar.

Gambar 6 : Guru mendemonstrasikan alat peraga dan berinteraksi kepada siswa pada Siklus II

Berdasarkan foto diatas terlihat guru sedang memdemonstrasikan alat peraga kartu bilangan untuk pemahaman mengubah bilangan pecahan menjadi persen. Siswa terlihat lebih terlihat serius dan antusias saat guru mempergakannya alat peraga yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan baik. Siswa sangat antusias dan tertarik memperhatikan penjelasan guru dengan menggunakan alat peraga. Pada proses pembelajran pada Siklus II ini sudah tidak terlihat siwa yang melamun ataupun berbicara sendiri. Proses pembelajaran siklus II ini lebih baik dari siklus sebelumnya.

Gambar 7 : Guru bersama siswa mendemonstrasikan alat peraga pada Siklus II

Berdasarkan gambar diatas terlihat siswa dan guru sedang mendemonstrasikan alat peraga. Siswa terlihat senang dan asik melakukannya. Siswa terlihat lebih senang dan tertarik dalam proses pembelajaran siklus II. Siswa sudah tidak disuruh guru untuk maju. Siswa sudah punya inisiatif sendiri dan lebih berani untuk menunjukan di depan kelas dengan teman – teman .

Tabel 7

Proses pembelajaran siklus II

No

Aspek Pembelajaran

Skor

1

2

3

4

5

1

Bahan pembelajaran sesuai

2

Guru merumuskan tujuan khusus

3

Pemberian motivasi

4

Penyampaian apersepsi

5

Penyampaian materi rinci & jelas

6

Kegiatan sesuai RPP

7

Menggunakan metode sesuai

8

Pemenfaatan media secara baik

9

Keterliabatan dalam demonstrasi

10

Pengaktifan siswa dalam tanya jawab

11

Waktu Pembelajaran efisien

12

Pelaksanaan tes formatif yang efektif

Jumlah

50

Nilai Rata – rata

4,17

Keterangan :

1. Kurang sekali

2. Kurang

3. Cukup

4. Baik

5. Baik sekali

Berdasarkan isi tabel dijelaskan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran pada Siklus II berjalan dengan lebih baik dan lancar dengan nilai rata – rata 4,17 (dalam skala 1 – 5). Hal tersebut menunjukan jika ada peningkatan dari siklus I.

Berdasarkan berbagai gambar dokumen foto dan tabel proses pembelajaran Siklus I di atas dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dapat dikatakan menigkat dari sebelumnya karena Sudah tidak terlihat lagi siswa yang main – main. Siswa lebih serius dan antusias dalam proses pembelajaran. Dan suasana kelas menjadi lebih kondusif. Hasil observasi siklus II Sudah lebih baik dengan nilai rata – rata 4,17. Jadi Sudah tidak perlu dilakukan perbaikan pembelajaran lagi karena sudah berhasi.

b. Aktivitas Siswa.

Aktivitas siswa pada siklus II semakin meningkat hal tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 8 : Aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan pada siklus II

Pada gambar diatas terlihat siswa antusias menjawab pertanyaan – pertanyaan dari guru. Siswa lebih berani dan sudah tidak malu – malu lagi seperti pada siklus I. Hal tersebut menunjukan bahwa aktivitas siswa pada siklus II meningkat. Suasana kelas menjadi kondusif, menarik, dan menyenangkan pembelajaran.

Gambar 9: keaktifan siswa pada siklus II

Berdasarkan dokumentasi foto diatas dapat dijelaskan bahwa aktivitas siswa dalam siklus II mengalami peningkatan yang lebih baik. Siswa terlihat lebih aktif, lebih berani dalam mengungkapkan hal – hal yang meraka belum pahami. Pembelajaranpun menjadi lebih aktif, menyenangkan, menarik dan sangat kondusif.

Tabel 8

Aktivitas Siswa pada Siklus II

No

Indikator yang diamati

Skot

1

2

3

4

5

1.

Aktivitas siswa mempersiapkan alat-alat pelajaran

2.

Aktivitas siswa mendengarkan tujuan pembelajaran

3.

Aktifitas siswa dalam apersepsi dari guru

4.

Perhatian siswa dalam menerima motivasi guru

5.

Aktivitas siswa dalam mendengarkan penjelasan dari guru

6.

Aktivitas siswa ketika guru sedang mendemonstrasikan alat peraga

7.

Aktivitas siswa ketika guru mengajak bertanya jawab

8.

Respon siswa terhadap pertanyaan yang diajukan guru

9.

Aktifitas siswa mengerjakan soal evaluasi

Jumlah

36

Rata – rata

4,00

Keterangan :

1. Kurang sekali

2. Kurang

3. Cukup

4. Baik

5. Baik sekali

Berdasarkan isi tabel diatas dijelaskan bahwa pelaksanaan aktivitas siswa pada Siklus II berjalan lebih baik dengan nilai rata – rata 4 (dalam skala 1 – 5). Hal tersebut menujukan peningkatan dari siklus I. Pada siklus II ini aktivitas siswa lebih baik dan aktif.

c. Hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa pada perbaikan Siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 9 Nilai Perbaikan pada Siklus II

Nilai X

Jumlah siswa (f)

Jumlah (fx)

Siklus II

Siklus II

100

2

200

95

-

-

90

1

90

85

2

170

80

6

480

75

1

75

70

2

140

65

-

-

60

2

120

55

1

55

50

-

-

45

-

-

40

-

-

35

-

-

30

-

-

25

-

-

20

-

-

Jumlah

17

1330

Nilai Rt

78,23

Ketuntasan

Belajar

80,95 %

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa kemampuan siswa mengubah bilangan pecahan menjadi persen pada siklus II meningkat dari sebelumnya. Terbukti nilai rata-rata pada siklus II mencapai 78,23, Meskipun masih ada 3 (19%) yang belum tuntas, Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II sudah optimal dan sudah berhasil.

B. PEMBAHASAN

Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dari hasil siklus I dan siklus II. Pembahasan hasil tes mengacu pada perolehan nilai yang dicapai oleh siswa dalam mengubah bilangan pecahan menjadi persenmata pelajaran Matematika.

1. Proses Pembelajaran

Proses Pembelajaran pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Siklus I Siklus II

Gambar 10 : Perbandingan Proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II

Pada gambar siklus I ketika guru sedang menyampaikan materi terlihat ada siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru. Siswa juga kurang bersemangat, keseriusan siswa juga kurang. Telihat juga ada siswa yang melamun dan tidak serius dalam proses pembalajaran.

Sedangkan pada gambar di siklus II Siswa sudah bersikap lebih baik Siswa terlihat lebih serius, lebih siap dan antusias pada proses pembelajaran. Sudah tidak dijumpai lagi siswa yang melamun atatu main – main. Peningkatan siswa dalam proses pembelajarn siklus II terlihat jelas sekali perubahannya manjadi lebih baik dari pda siklus I.

Perbandingan Proses pembalajaran siklus I dan Siklus II

No

Aspek Pembelajaran

Skor Siklus I

Skor Siklus II

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

1

Bahan pembelajaran sesuai

2

Guru merumuskan tujuan khusus

3

Pemberian motivasi

4

Penyampaian apersepsi

5

Penyampaian materi rinci & jelas

6

Kegiatan sesuai RPP

7

Menggunakan metode sesuai

8

Pemenfaatan media secara baik

9

Keterliabatan dalam demonstrasi

10

Pengaktifan siswa dalam tanya jawab

11

Waktu Pembelajaran efisien

12

Pelaksanaan tes formatif yang efektif

Jumlah

45

50

Nilai Rata – rata

3,75

4,17

Keterangan :

1. Kurang sekali

2. Kurang

3. Cukup

4. Baik

5. Baik sekali

Berdasarkan isi tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran pada Siklus II mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari perolehan skor antar siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan yaitu Siklus I yang tadinya hanya memperoleh rata – rata 3,75 meningkat di Siklus II menjadi 4,17. Hal tersebut membuktikan bahwa pada siklus II proses pembelajaran berjalan lancar dan berhasil.

2. Aktifitas siswa

Aktiitas siswa pada proses pembejaran di siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Siklus I Siklus II

Gambar 11: Perbandingan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II.

Berdasarkan gambar diatas dapat terlihat jelas perbandingan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II. Pada gambar siklus I respons siswa masih kurang aktif terbukti dari antusias siswa yang tunjuk tangan. Hanya beberapa siswa yang merespons guru dan hanya beberapa siswa yang menunjukan keberanian menjawab pertanyaan – pertanyan guru sebagian hanya diam saja.

Sedangkan pada siklus II sudah ada perubahan perilaku lebih baik. Siswa lebih aktif, lebih berani, dan suasana kelas lebih kondusif. Siswa sudah tidak malu- malu lagi untuk mengungkapkan pendapatnya di kelas didepan teman – temannya. Suasana Proses pembelajaran berubah menjadi lebih menyenangkan dan menarik dan siswa sangat antusias.

Perbandingan Aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II

No

Indikator yang diamati

Skor Siklus I

Skor Siklus II

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

1.

Aktivitas siswa mempersiapkan alat-alat pelajaran

2.

Aktivitas siswa mendengarkan tujuan pembelajaran

3.

Aktifitas siswa dalam apersepsi dari guru

4.

Perhatian siswa dalam menerima motivasi guru

5.

Aktivitas siswa dalam mendengarkan penjelasan dari guru

6.

Aktivitas siswa ketika guru sedang mendemonstrasikan alat peraga

7.

Aktivitas siswa ketika guru mengajak bertanya jawab

8.

Respon siswa terhadap pertanyaan yang diajukan guru

9.

Aktifitas siswa mengerjakan soal evaluasi

Jumlah

32

36

Rata – rata

3,56

4,00

Keterangan :

1. Kurang sekali

2. Kurang

3. Cukup

4. Baik

5. Baik sekali

Berdasarkan isi tabel di atas dapat dijelaskan bahwa Aktivitas siswa pada Siklus II mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari perolehan skor antar siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan yaitu Siklus I yang tadinya hanya memperoleh rata – rata 3,56 meningkat di Siklus II menjadi 4,00. Hal tersebut membuktikan bahwa pada siklus II aktivitas siswa meningkat ke arah yang positif dan lebih baik.

3. Hasil belajar siswa

Melalui tindakan perbaikan pembelajaran mata pelajaran IPA materi tentang makhluk hidup yang menguntungkan dan membahayakan pada siklus I dan siklus II ternyata hasilnya semakin meningkat. Hal ini terlihat dari hasil data yang diperoleh dari nilai prasiklus, siklus I dan siklus II, pada tabel di bawah ini :

Nilai Perbaikan Pembelajaran Matematika

Nilai X

Jumlah siswa (f)

Jumlah (fx)

Pra

Siklus I

Siklus II

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

100

1

-

2

100

-

200

95

-

-

-

-

-

-

90

3

3

1

270

270

90

85

-

2

2

-

170

170

80

-

1

6

-

80

480

75

2

1

1

150

75

75

70

1

-

2

100

-

140

65

3

5

-

195

325

-

60

2

4

2

120

240

120

55

-

-

1

-

-

55

50

4

1

-

200

50

-

45

-

-

-

-

-

-

40

2

-

-

80

-

-

35

-

-

-

-

-

-

30

2

-

-

60

-

-

25

-

-

-

-

-

-

20

-

-

-

-

-

-

Jml

20

17

17

1275

1210

1330

Rata - rata

63,75

71,17

78,23

Ketuntasan

Belajar

35%

41,17 %

80,95 %

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dilihat perubahan hasil tes dari pra siklus, siklus I dan siklus II menunjukan ada peningkatan hasil yang positif. Maka dapat disimpulkan bahwa Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran Matematika materi tentang mengurutkan bilangan genap dan ganjil pada siswa SD Bhakti Mulia kelas V semester 2 tahun pelajaran 2018/2019, Selama dua siklus peneliti mengakhiri perbaikan pembelajaran dan menyatakan bahwa pembelajaran sudah dapat dikatakan berhasil baik.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan perbaikan pembelajaran matematika materi mengubah bilangan pecahan menjadi bilangan persen dan melalui media kartu bilangan pada siswa SD Bhakti Mulia kelas V semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran mengalami peningkatan dapat dilihat dari perhatian siswa, respons siswa, tanggung jawab siswa, cara siswa menanggapi pertanyaan dan aktivitas siswa pada saat proses pembalajaran. Hal tesebut dibuktikan dengan nilai rata – rata data observasi proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II yang meningkat. Pada siklus I nilai rata – rata 71,17 dan mengalami peningkatan menjadi 78,23 pada siklus II. Maka berdasarkan nilai rata – rata tersebut proses pembelajaran dikatakan berhasil baik.

2. Aktivitas siswa lebih baik. Perubahan perilaku siswa tersebut dibuktikan dari data – data yang berupa hasil observasi, dan dokumentasi foto. Berdasarkan data aktivitas siswa juga terbukti bahwa adanya peningkatan aktivitas siswa yaitu dengan perolehan nilai pada siklus I 41,17% dan meningkat menjadi 80,95 pada siklus II.

3. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, terbukti dari nilai rata – rata pada pada Pra Siklus 62,25 (Ketuntasan 35%), siklus I 71,17 (Ketuntasan 41,17%) dan mengalami peningkatan menjadi 78,23 (ketuntasan 80,95%) pada siklus II.

B. Saran

Berdasarkan simpulan penelitian tersebut maka saran tindak lanjut yang diberikan oleh peniliti sebagi berikut ;

1. Kepada Guru

a) Dalam pembelajaran matematika dengan materi mengubah bilangan pecahan menjadi bilangan persen agar siswa lebih aktif dan antusias dalam belajar.

b) Hendaknya mengondisikan siswa untuk aktif dalam pembelajaran serta adanya motivasi untuk mendorong keaktifan siswa selama proses pembelajaran.

c) Adanya kerjasama Kepala Sekolah, guru, siswa akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai yang diharapkan.

d) Guru disarankan menggunakan media pembelajaran kartu bilangan pecahan karena terbukti cocok sebagai sarana untuk meningkatkan hasil belajar dalam materi matematika mengubah bilangan pecahan menjadi bilangan persen

2. Kepada Kepala Sekolah

Kepada Kepala Sekolah penulis menyarankan hendaknya mendorong dan memberi kesempatan seluas-luasnya agar guru dapat melakukan PTK, karena akan berdampak positif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat mengembangkan profesi guru yang akhirnya berimbas pada kemajuan sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Aburrahman Mulyono, (2003) . Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,

Jakarta:Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi.1993.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan ,Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta.

Azhar Arsyad.2007.Media Pembelajaran dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

Cahya Prihandoko,(2006).Memahami Konsep Matematika Secara Benar dan

Menyajikannya dengan Menarik. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan

Tinggi Depdiknas.

Hermawan,Asep Her,Drs,M.Pd,dkk.2006.Pengembangan Kurikulum dan

Pembelajaran,Jakarta:Universitas Tarbuka.

Kresno, H, Dkk.2007. Pendidikan Matematika 1. Jakarta : Universitas Terbuka

Muhsetyo Gatot,dkk.2007.Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Universitas

Terbuka

Sudjana Nana, 1991, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung : Sinar Baru

Algesindo

Ratna Wilis Dahar.1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga 10340

Ruseffendi,ET. 1980. Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua Murid,

Guru dan SPG.Bandung. Tarsito.

ST.Suwarsono &Th.Sugiarto, 2008, Materi Kuliah Pendidikan Matematika

SD.Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

Wahyudin,Dinn dkk.2007, Pengantar Pendidikan,Jakarta:Universitas Terbuka

Wardani I.G.K,2007,Penelitian Tindakan Kelas,Jakarta:Pusat penerbit Universitas

Terbuka.

Winaputra Udin S,dkk,2007,Materi dan Pembelajaran IPS SD,Jakarta:Universitas

Terbuka.

Winaputra Udin S,2007,Strategi Belajar Mengajar,Jakarta:Universitas Terbuka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus sekali. Saya juga mengajar kelas 5. Salam kenal.

09 Jan
Balas



search

New Post