Harga Cabai Semakin Pedas

Cuaca kurang baik beberapa minggu terakhir. Pagi panas, siang hujan dan angin kencang. Semua dapat dampaknya. Selain pada diri saya pribadi (karena alergi cuaca dingin, pileknya belum berhenti), juga berdampak pada warga Jakarta. Sebagian wilayah di Jakarta terendam banjir. Jakarta rentan sekali dilanda banjir.

Daerahnya rendah, penduduk padat, drainase yang jelek. Kurangnya kesadaran warga terhadap kebersihan lingkungan. Membuang sampah sembarangan dan got-got jadi tersumbat.

Selanjut berimbas juga pada kebutuhan pokok. Terutama sayur-sayuran. Salah satunya cabai. Cabai bahan utama untuk memasak. Bila tidak ada cabai, makan tidak berselera. Kami biasa mengosumsi cabai keriting. Cabai keriting juga banyak macamnya. Tingkat kepedasannya berbeda. Cabai keriting daerah bentuknya lebih kecil dan ramping. Sekarang jarang ditemui. Cabai keriting banyak di pasar. Tetapi bentuknya lebih besar dan panjang. Tingkat kepedasannya kurang.

Suatu sore, saya membuat sambal tomat.

"Rasa cabai rata-rata saja," kata suami.

Maksudnya cabai tidak terasa pedas.

"Tidak dicampur dengan cabai rawi?" tanyanya lagi.

"Tidak!"

Memang cabai sekarang tidak pedas tetapi harganya sangat pedas.

Sekilo harganya sampai 100 ribu. Gila benar. Karena butuh, akhirnya saya beli juga 1/4 kg.

Sebenarnya 1/4 kg itu hanya untuk 2 kali memasak. Semoga harga cabai segera turun. Aamiin

Ah, mungkinkah? Sebentar lagi Idul Adha. Heemm....

Biasanya sudah naik susah untuk turun kembali.

Cimanengah, 9 Juni 2022