Yuliani, M.Pd

Pernah bertugas di SMPN 1 Kepahiang, SMPN 2 Kepahiang, SMPN 3 Bengkulu Selatan dan sekarang menjadi guru di SMPN 2 Bengkulu Selatan sejak 2016. Alhamdulillah...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kalau Jodoh Takkan Kemana (bagian_2)

Kalau Jodoh Takkan Kemana (bagian_2)

#TantanganGurusiana hari ke 21

Tiba-tiba ada yang menyebut namaku saat akan mengangkat tas dan kardus bawaanku tadi. Aku mengangkat kepala, mendongak melihat siapa gerangan.

“Bu Rahma”. Ulangnya lagi.

Aku menegakkan badan. Sejenak aku terdiam. Berpikir siapa gerangan lelaki di hadapanku ini. Kenapa dia tahu namaku padahal seingatku aku tidak pernah melihat atau bertemu dengannya sebelumnya. Dia tersenyum simpul saat aku melihatnya yang tidak sengaja mataku menelisik dari kaki hingga kepala.

“Bu Rahma, lupa dengan saya?” Sahutnya lagi.

“Maaf jika saya tidak ingat. Tapi apa kita pernah bertemu sebelumnya? Kok Anda tahu nama saya?” jawabku. Dia kembali tersenyum.

“ Radit, Bu. Nama saya Radit. Siswa bu Rahma sewaktu saya kelas tiga di SMA 2. Ibu mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris waktu itu. Saya dan teman-teman pernah kena hukum kepala sekolah karena pernah menjahili ibu sehingga ibu sempat nangis di kelas”. Terangnya.

Seketika mukaku memerah mendengar penjelasannya. Ada sedikit rasa malu ketika dia menyebutku pernah nangis di depan siswa di kelasnya. Ya, saat itu aku mengikuti kegiatan PPL dari kampus tempatku berkuliah. Aku ditempatkan di sekolah di daerah kelahiranku, dan oleh guru pamong aku ditugaskan di kelas tiga yang terkenal banyak siswa berandal di sekolah itu. Aku meringis mengingat peristiwa itu.

***

Flash back On

“Bu, kok ibu cantik sekali hari ini?” celetuk salah satu anak saat aku memasuki kelas dan mulai menulis di papan setelah mengabsen satu persatu. Karena membelakangi mereka, aku tidak tahu siapa yang komentar. Kubalikkan badan menghadap mereka. Aku tersenyum

“Iya dong, masa ibu mengajar dengan muka yang awaut-awutan?” jawabku.

“Kalau ibu cantik begini, saya mau kok bu jadi pacar ibu. Ibu mau ngga jadi pacar saya?” celetuk siswa lain yang nanti kutahu jika dia adalah orang yang membuka kenangan itu dengan pertemuan tidak disengaja. Seketika kelas riuh oleh cuitan teman-temannya yang lain. Ada yang tergelak dan membunyikan siulan nyaring dari mulutnya. Ada yang menggendang meja, bahkan siswa yang perempuanpun riuh dengan kalimat yang dilontarkan Radit, siswa yang menjadi biang ribut tersebut. Mungkin ada yang patah hati karena lontarannya. Karena tidak heran, Radit ada siswa yang populer dan diidolakan di sekolahnya bahkan di sekolah tetangga. Selain jago di bidang olahraga, Radit juga pintar dan termasuk siswa yang berprestasi karena sering mengikuti berbagai lomba akademis. Namun disayangkan, sifatnya tidak berbanding dengan prestasi yang dimilikinya tersebut.

Rahma tertegun, menelan saliva yang terasa membulat di kerongkongan.

Kembali dia tersenyum sambil memandang siswa satu persatu. Sengaja Rahma masih diam sampai mereka diam dari suara gaduh yang mereka buat. Melihat Rahma cuma diam memperhatikan, beberapa anak yang tadi bersuara ikut diam. Tapi rombongan Radit dan teman-temannya masih ribut dan saling adu telapak tangan, mengadakan tos. Hingga ada salah satu siswa laki-laki yang mencolek Radit.

“Apaan sih !!” tepis Radit tidak terima dicolek temannya.

“Noh..liat. Bu Rahma udah ngeliatin kamu aja dari tadi. Lagian kok heboh banget sih?” timpal Siska, siswa cewek yang jutek melihat tingkah Radit.

Tapi tak urung Radit juga memperhatikan ke depan. Dilihatnya mata Rahma yang membulat tanpa berkedip memandang ke arahnya. Sebenarnya bu Rahma ini sangat cantik, batin Radit. Matanya bulat dengan hidung yang proporsional. Kecil dan mancung, dihiasi bibir kecil yang menawan dilapisi pemulas bibir warna pink yang tipis. Alis hitam bak semut beriring terpatri indah di wajahnya yang oval kekuningan. Sungguh maha karya ciptaanNya yang sempurna.

“Masya Allah”, tiba-tiba Radit bergumam. Kontan seisi kelas melihat ke arahnya.

“Apanya yang Masya Allah, Radit?” Tanya Rahma kemudian.

Tapi Radit tidak menghiraukan hiruk pikuk temannya yang bertanya. Ada yang hoboh sendiri mendengar gumaman Radit. Hingga akhirnya Bagas menyikut rusuk Radit dengan siku kirinya.

“Adduuhh…!” Radit terpekik kecil. Mengalihkan dunianya yang tadi begitu indah ketika melihat bu Rahma ke wajah Bagas.

“Apaan sih kamu, sakit tau ngga. Main sikut aja!!” Radit berang ke arah Bagas.

“Lagian kamu termenung aja. Apa sih yang kamu pikirin? Ditanyain bu Rahma tu…dari tadi ditanyain kok diem aja. Kesambet ratu selatan yaa…?” Bagas membalas.

Radit menyadari kalau dia melakukan kesalahan, dilihatnya sekeliling kelas, semua mata menuju ke arahnya.

“Ngga kok bu Rahma, saya hanya mikir..alangkah beruntungnya nanti pria yang bisa mendapatkan ibu, mana cantik, mungil dan menggoda iman bu”. Radit mengedipkan sebelah matanya kea rah bu Rahma.

Sontak semuanya kembali bersorak. Seisi kelas kembali riuh dengan pernyataannya. Siswa perempuan banyak yang menutup mulutnya seolah tak percaya perkataan Radit tersebut. Ada yang sibuk berbisik-bisik. Ada yang sibuk menggoda Radit, bahkan ada yang diam saja, mungkin tidak setuju terhadap kelakuan Radit.

Wajah Rahma pun memerah seperti kepiting rebus. Rasa malu tak urung menghinggapi wajahnya yang putih kekuningan tersebut mendengar pernyataan Radit. Matanya langsung berkaca-kaca, tak berani memandang ke arah siswa-siswanya tersebut. Sejenak Rahma terpaku di depan kelas, tak mampu beranjak dari tempatnya berdiri sambil menutup mulut dengan sebelah tangannya yang runcing. Matanya pun menunduk tak berani menghadapi siswa-siswanya tersebut.

Kok ada ya siswa yang sangat berani merayu gurunya di depan kelas, pikirnya. Walaupun dia belum secara resmi menjadi guru, karena dia hanya melakukan praktek mengajar atau PPL dari kampus tempat dia kuliah sebagai salah satu syarat akhir dari mata kuliahnya untuk wisuda. Pemikiran seperti itu di rasa Rahma belum sepantasnya dilakukan atau dikatakan siswa yang masih di bawah umur. Walau jarak umur mereka terpaut 4 tahun lebih tua Rahma. Apalagi antara guru dan siswa. Menurutnya itu tidaklah pantas. Radit sudah keterlaluan, menurutnya. Apa perlunya Radit berbicara seperti itu. Sama sekali tidak mencerminkan sebagai seorang siswa.

Radit yang menjadi objek perbincangan hanya cuek dan cengar-cengir seperti bebek ketemu kolam air. Mukanya berseri menunjukkan lesung pipi sebelah kirinya yang membuat senyumnya terlihat manis. Tidak nampak sama sekali raut wajah penyesalan atas apa yang dilontarkannya tadi.

Reflek Rahma memejamkan mata. Ketika dia membuka mata, pandangannya agak buram karena genangan air mata yang seakan menyesak ingin keluar. Antara sedih dan bingung dia menghadapi situasi ini. Pengalaman menghadapi siswa belum pernah dirasainya. Dan ketika dihadapi, beginilah kondisinya. Kenapa siswa yang saya ajar tidak semuanya yang penurut dan manut? Bukan yang seperti ini. Apalagi seperti yang Radit lakukan”. Batinnya.

Akhirnya Rahma mengambil keputusan. Beranjak dari kelas ini adalah keputusan penting baginya. Dengan segera buku-buku di atas meja ditutup dan ditumpuk dan dibawanya langsung keluar dari kelas. Tanpa permisi dan mengucap salam kepada siswa, Rahma melangkah keluar kelas dengan langkah gontai. Hatinya masih belum terima diperlakukan seperti tadi. Walaupun apa yang dilakukan Radit dan kawan-kawannya hanya gurauan saja, tapi Rahma masih tidak dapat menerima begitu saja.

Siswa-siswapun tercengang. Tak mampu berkata, beberapa anak menyalahkan apa yang dilakukan Radit.

masih bersambung yeaaaa....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah, bersambung yah Bund. Lagi serunih, hehehe. Sukses selalu dan barakallahu fiik

18 Feb
Balas



search

New Post