Penantian
Pentigraf 5
Tantangan menulis hari ke-16
Penantian
Oleh : Anis Afifah
Seperti malam-malam sebelumnya, Miranda berdiri di depan jendela kamarnya menanti kedatangan sang kekasih, Rio. Sambil sesekali melirik gawainya berharap Rio menelpon atau sekedar mengirim pesan lewat whatsapp. Namun hingga tengah malam kekasih yang ditunggunya tak kunjung datang. Hal ini tentu saja membuat orang tua Miranda sangat khawatir. Ibunya menghampiri gadis manis berusia 23 tahun tersebut sambil berkata lembut, “ Miranda, tidurlah nak sudah larut malam”. Miranda tak beranjak, tanpa menoleh dia menjawab, “Enggak ma, aku mau menunggu mas Rio, dia sudah janji akan datang”.
Sudah satu bulan lamanya , setiap malam Miranda berdiri di depan jendela kamarnya menunggu kekasihnya. Sudah berbagai cara dilakukan keluarganya, untuk menyadarkan Miranda, bahwa Rio kekasihnya sudah pergi untuk selama-lamanya. Kecelakaan itu telah merenggut nyawa Rio dan kedua orang tuanya, tepat di hari pernikahan mereka. Hari yang seharusnya menjadi saat yang paling membahagiakan buat Miranda dan Rio. Seperti mimpi rasanya ketika Miranda dan keluarga mendengar kabar duka itu, saat semua sudah siap menanti kedatangan mempelai pria dan keluarganya. Mobil yang ditumpangi Rio dan orang tuanya bertabrakan dengan truk yang melaju dengan kecepatan yang sangat tinggi dari arah yang berlawanan. Saat menyalip itulah sopir truk kehilangan kendali sehingga tabrakan pun tak terelakkan. Naasnya Rio dan kedua orang tuanya meninggal di tempat kejadian, sedangkan sopir dan seorang kakak Rio luka parah. Mendengar kabar itu Miranda berteriak histeris memanggil kekasihnya lalu tak sadarkan diri.
Sejak itu Miranda menjadi sangat pemurung dan belum bisa menerima kenyataan bahwa kekasihnya sudah tiada. Setiap hari mengurung diri di dalam kamar tidak mau berbicara dengan siapapun. Berdiri di depan jendela dengan tatapan kosong. Hingga suatu hari Miranda berkata lirih kepada ibunya. “ Ma..tadi malam mas Rio datang menemui aku, dia menepati janjinya, aku sangat bahagia sekali. Tapi kenapa Mas Rio gak ngomong ya, gak mau aku ajak masuk ke rumah. Dia cuma senyum terus pergi lagi. Aku yakin Mas Rio akan datang memenuhi janjinya, karena dia adalah pria sejati. Aku akan selalu menunggu Mas Rio". Mendengar penuturan Miranda, sang ibu hanya membatin sedih melihat kondisi putrinya. Dan malam berikutnya Miranda masih saja berdiri di depan jendela, menanti kedatangan kekasihnya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap Bu. Waktu.membaca, seperti lagi nonton sinetron.
Terima kasih Bu...sy masih belajar. Salam kenal bu Yetti...
Sefih sekalin. Terbawa arus jiwa ini membacanya. Semoga miranda mendapatkan ganti yang lebih baik.
Aamiin yra....trm kasih sudah mampir Bu. Salam kenal
Mir, sini. Nulis yuk
Keren bun
Trm kasih bun
jadi sedih membacanya
Terima kasih atas apresiasinya Bu...
kereen ...sediih banget Bun...terbawa emosi...
Makasih bunda...
Makasih bunda...
Makasih bunda...
Makasih bunda...
Makasih bunda...
Kasihan dg Miranda
Iya Bu...penantian yang menyedihkan
Kasihan dg Miranda
Iya Bu...penantian yang menyedihkan