Anisah Musliyani

Penulis bebas Bebas menulis ...

Selengkapnya
Navigasi Web

DILEMA PENDIDIKAN KONSEKUENSI

Kenapa menggunakan pendidikan konsekuensi ?. Permasalahan kekerasan pada anak sering kita dengar, baik itu dilakukan guru, orang tua atau keluarga dekat lainnya. Selama ini pemberian sanksi dinilai paling efektif digunakan untuk mendisiplinkan anak, meskipun efek jera yang ditimbulkan oleh pemberian sanksi tersebut menimbulkan dampak psykologis terhadap anak. Akibat yang ditimbulkan dari pemberian sanksi adalah anak menjadi membenci kedisiplinan dan mendorong untuk menyakiti diri sendiri.

Pendidikan konsekuensi adalah salah satu pendidikan dalam pembentukan karakter anak. Pendidikan menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002 :263) adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. (http://abdullahqiso.blogspot.co.id)

Dalam http://kbbi.web.id/konsekuensi konsekuensi/kon·se·ku·en·si/ /konsekuénsi/ n 1 akibat (dari suatu perbuatan, pendirian, dan sebagainya); 2 persesuaian dengan yang dahulu.

Jadi pendidikan konsekuensi adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dengan menunjukkan akibat dari tindakan yang dilakukannya.

Ada dua konsekuensi yang bisa kita gunakan untuk membentuk karakter peserta didik. Yang pertama, konsekuensi alami adalah konsekuensi yang tidak dibuat atau dikendalikan oleh orang lain, biasanya berupa akibat langsung suatu perbuatan. Contohnya, ketika peserta didik bangun kesiangan konsekuensianya terlambat ke sekolah. Kelebihan dari konsekuensi alami ini, tidak membutuhkan orang lain yang memberikan hukuman, sehingga anak hanya dapat menerima dan tidak dapat mengalihkan kekesalan akibat konsekuensi tersebut kepada orang lain.

http://anisahmusliyani.gurusiana.id.

Yang kedua, Konsekuensi logis adalah akibat yang diterima dari sebab perilaku yang dilakukan oleh anak. http://faizathoifur.blogspot.co.id Konsekuensi ini sengaja dibuat oleh orang yang memiliki otoritas (misalnya: orangtua dan guru).

Namun penerapan pendidikan konsekuensi dalam keluarga menjadi sebuah dilema jika penerapannya tidak tepat. Karakter anak harus dipahami oleh orang tua terlebih dahulu, sebagai contoh anak yang memiliki karakter keras cenderung tidak mau melakukan konsekuensi yang timbul akibat perbuatannya. Dia cenderung menentang apa yang sudah jadi kesepakatan bersama. Secara sederhana memang pendidikan konsekuensi bisa dikatakan pendidikan berdasarkan kesepakatan, yaitu kesepakatan orang tua dan anak. Jika salah satu pihak tidak menepati kesepakatan maka hasilnya tidak akan maksimal. Penggunaan kalimat dan kata yang tepat juga berpengaruh terhadap pemberian konsekuensi, jika kita membentak atau berkata kasar maka anak juga akan melawan apa yang sudah jadi konsekuensinya. Sebaliknya karakter anak yang manja cenderung merajuk untuk menghindari konsekuensi yang sudah disepakati, menangis kadang juga dijadikan cara untuk itu. Yang lebih fatal jika kita berkata kasar anak manja ini cenderung putus asa dan menyakiti diri sendiri.

Berdasarkan http://www.pendidikankarakter.com Dalam memberikan konsekuensi ada empat hal yang harus diperhatikan:

1. Dalam pemberian Fokus Pada Permasalahan

JIka mainan anak-anak berantakan maka konsekuensi yang tepat adalah menata kembali pada tempatnya, dilakukan setelah bermain dan waktu disepakati untuk mengerjakannya. Waktu perlu disepakati, karena hal ini bisa digunakan anak untuk menghindari kewajibannya. Hindari memberikan konsekuensi yang tidak ada kaitannya, misalnya tidak boleh nonton televisi selama 2 minggu.

2. Wajar dan Masuk Akal

Sesuaikan dengan kemampuan dan usia anak, jika usia anak masih balita akan sulit untuk membersihkan lantai sendirian, jika ia menumpahkan air. Perlu dibantu dan diberikan contoh mengerjakannya.

3. Memberikan Pengalaman Belajar

Tujuan konsekuensi memberikan pengalaman belajar dari tidak paham menjadi paham. Memang sebelum konsekuensi diberikan sebaiknya sudah ada aturan yang menjelaskan mana perilaku yang baik dan tidak baik. Pada saat menjalankan konsekuensi beri pengertian bahwa hal ini salah. Berikan penjelasan yang benar bagaimana melakukan yang benar (cara membersihkan lantai ). Selanjutnya Setelah selesai konsekuensi, sebaiknya tidak dibicarakan lagi.

4. Menjaga Harga Diri

Hindari membentak, memaki dan berkata kasar kepada anak, apalagi jika didepan orang lain. Hindari menceritakan kesalahan anak berulang-ulang kepada orang lain. Kedua hal ini bisa merusak harga diri anak dan bisa fatal akibatnya.

Daftar Pustaka

Abdullah. 2013. Pengertian Pendidikan menurut Para Ahli. http://abdullahqiso.blogspot.co.id (Online) diakses 24 Mei 2017

http://faizathoifur.blogspot.co.id. 2013. Classroom Management Konsekuensi Logis. http://faizathoifur.blogspot.co.id/2013/03/classroom-management-konsekuensi-logis.html. (Online) diakses tanggal 20 April 2017

http://kbbi.web.id/konsekuensi. 2013. Konsekuensi. http://kbbi.web.id/konsekuensi. (online) diakses tanggal 19 April 2017

Musliyani Anisah. 2017. Sanksi Vs Konsekuensi (Artikel) . http://anisahmusliyani.gurusiana.id (Online) diakses tanggal 15 Juni 2017

Timothy. 2016. 4 Langkah Tepat Memberikan Konsekuensi pada Anak. http://www.pendidikankarakter.com. (Online) diakses tanggal 5 Juni 2017.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

"Pendidikan konsekuensi adalah salah satu pendidikan dalam pembentukan karakter anak." Wah saya dapat ilmu lagi nih. Terima kasih bu.

19 Jun
Balas

Memahamkan lebih baik daripada menakut-nakuti. Anak memang perlu dipahamkan bahwa setiap tindakan ada 2 macam konsekwensi: konsekwensi baik dan konsekwensi tidak baik. ... ... Selain dipahamkan tentang konsekwensi, siswa juga perlu dipahamkan bahwa mereka harus menghormati orang tua dan guru. Menurut saya, bagaimanapun siswa/anak tetap haru shormat pada orang tua/guru. Sikap hormat akan membuat mereka tidak banyak menuntut. ... ... ...baca juga "Cerita Cinta Sang Guru Swasta" http://mrsunardi.gurusiana.id/article/cerita-cinta-sang-guru-swasta-4454877

19 Jun
Balas



search

New Post