Bulan Januari yang lalu saya pertama kali mengikuti kegiatan menulis di sagusabu Semarang, Alhamdulillah buku pertama telah muncul cover dan teks pdf nya. Buku saya berjudul “Guru di negeri kayangan”. Rasa bangga dan terharu tercampur baur saat itu, memang tidak sulit untuk melewati satu bulan untuk menyelesaikan, ada rasa plong ketika naskah sudah terkirim.

Ada info di group WA Sagusabu akan diadakan MWC VIII, semula info itu selalu saya abaikan, namun hasrat untuk menulis timbul lagi. Aku ingin nulis lagi, aku harus ikut MWC, aku ingin tahu bagaimana menulis yang lebih baik, aku ingin menjadi penulis. Perasaan itu selalu mengikutiku setiap hari.

“Ahmad, ibu mau diklat 3 hari di Semarang, boleh ga?” izinku ke anak pertamaku yang masih duduk dikelas 3 SD.

“Tidak boleh, ibu pasti mau ikut sagusabu to, kayak dulu lagi,” jawab jagoan kecilku yang selalu mengikuti dan membaca statusnya ibunya dimanapun ia berada.

Keinginan untuk mendaftar MWC saya pending sebelum mendapat izin dari keluarga, kalau suami selalu mengiyakan semua yang saya ikuti sepanjang itu positif, cuma kendalanya dikedua anakku. Anak yang kedua sama sekali tidak membolehkan ibunya pergi, ia selalu bilang kalau ibu pergi aku harus ikut.

“Bu, ibu boleh ikut sagusabu, aku, adik, dan bapak mau ke ndeso ke rumah nenek, “ kata Ahmad tiba – tiba di hari minggu pagi itu.

Ketika itu saya sedang duduk didepan laptop sedang menulis juga, dengan perasaan plong akhirnya saya klik http://mwc8jateng.mediaguru.id untuk mendaftar. Saya menghubungi paklek Nurman apakah pendaftaran masih dibuka, ternyata masih walaupun hari itu sudah melewati batas pendaftran.

Di MWC ini aku berharap bisa membuat buku novel faksi tentang beberapa cerita problematika sekitar prestasi siswa belajar bukan hanya dipengaruhi oleh factor internal siswa seperti kecerdasan, namun prestasi siswa juga dipengaruhi oleh factor external siswa yaitu keluarga.

Penulis adalah peserta MWC ke 8 Jawa Tengah