Yang saya rasakan setelah mempelajari materi modul ini adalah mendapat pengalaman baru untuk menyediakan program yang diminati murid, berguna untuk membentuk profil pelajar pancasila, serta dapat mewujudkan student agency atau kepemimpinan murid. Untuk menerapkan materi dari modul ini, saya membuat kesepakatan dengan murid tentang hal apa yang ingin mereka lakukan. Yang perlu saya perbaiki adalah kolaborasi dengan rekan sejawat dan siswa agar program yang berdampak positif pada murid bisa tercapai dan berkelanjutan. Saya juga semakin menguasai kompetensi pengembangan diri dan orang lain.

Kemampuan murid untuk mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Agar kita dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka kita perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik.

Saat murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri (atau kita katakan: saat murid memiliki agency), maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Tugas kita sebagai guru sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka.

Dengan menumbuhkembangkan kepemimpinan murid, maka secara bersamaan kita sebenarnya juga sedang membangun karakter murid yang berprofil pelajar pancasila.

Keterkaitan materi modul ini dengan modul- modul sebelumnya adalah sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid hendaknya bertujuan merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat anak untuk menjadi manusia yang merdeka.

Bahwa peran guru penggerak harus mampu menggerakkan dan berpartisipasi aktif dalam komunitas untuk menunjang tercapainya program sekolah yang berdampak bagi murid. Visi sekolah sangat berkaitan dengan upaya menciptakan sekolah yang berpihak pada murid dan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan. Dukungan dari pemangku kepentingan dalam menjalankan ekosistem pembelajaran yang berpihak pada murid di sekolah sangat dibutuhkan agar program- program tersebut berjalan efektif dan berkelanjutan.

Pengelolaan asset untuk program- program yang berdampak pada murid diharapkan dapat memberikan dampak positif dengan terwujudnya budaya positif di lingkungan sekolah. Pertimbangan dalam menentukan program- program yang berpihak pada murid harus dapat memenuhi kebutuhan murid yang beragam. Hal ini bisa dilakukan dengan memetakan kesiapan belajar, minat murid, dan profil belajar murid. Dalam merencanakan program yang berdampak pada murid perlu mengintegrasikan pembelajaran social emosional untuk mengembalikan mindfulness (kesadaran penuh). Agar saat diterapkan, murid merasa bahwa suara, pilihan, dan kepemilikan mereka dihargai. Coaching dapat digunakan sebagai upaya menggali potensi dan melejitkan kinerja murid untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi ketika menjalankan program ya ng berdampak pada murid.

Pemimpin pembelajaran dalam memutuskan program yang berdampak positif bagi murid dan berjalan secara berkelanjutan harus memperhatikan 3 prinsip berfikir, 4 paradigma pengambilan keputusan, dan melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab. Hal ini bertujuan menghindari adanya dilemma etika dan bujukan moral dalam penyelenggaran kegiatan yang berdampak positif bagi murid. Pengelolaan yang berdampak pada murid hendaknya didukung oleh identifikasi asset/ modal yang dimiliki oleh sekolah. Sehingga pemanfaatan sumber daya menjadi prioritas yang perlu diperhatikan oleh seluruh stakeholder.

Dengan memperhatikan kaitan antar paket modul 1, 2, dan 3 maka sangatlah besar peran guru untuk mengembangkan diri secara sadar dalam meningkatkan kualitas belajar murid melalui program- program yang berdampak positif bagi murid agar terwujudnya profil pelajar pancasila.

Hal yang harus dilakukan dalam penyusunan program adalah mempertimbangkan kebutuhan murid karena program- program tersebut bertujuan menggali dan mengembangkan potensi mereka untuk menjadi pelajar berprofil pancasila. Program ini perlu dilakukan secara kolaboratif agar muncul rasa kepemilikan murid pada komunitasnya (sekolah) yang mendukung terwujudnya student agency (kepemimpinan murid). Refleksi dibutuhkan untuk menjadi evaluasi terhadap perencanaan dan pelaksanaan yang dapat digunakan sebagai perbaikan untuk program selanjutnya.