Anis Sukmawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tercyduk!  (Dosa Jariyah Guru Matematika)
Math is Easy

Tercyduk! (Dosa Jariyah Guru Matematika)

Hai, sobat Gurusiana.. Assalamualaikum..

Alhamdulillah, akhirnya si Junior mulai on lagi. Kemarin sempat tenggelam sih. Hehee maklum, ribet juga nyiapin acara sakral yang takkan terlupakan. Buat yang nggak sempat hadir, saya minta doanya aja yaa. Doakan semoga jadi keluarga Samara..

Lhah.. Kok jadi semacam update status yakk? Ops, maaf-maaf..

Jadi begini ceritanya guys.. gak papa ya pakai panggilan ala-ala kids jaman now. (Ngapunten Pak Leck). Okay saya lanjutkan ceritanya. Hari ini saya mengikuti kegiatan pelatihan guru kreatif, inovatif,dan produktif, yang diselenggarakan oleh LPI Al Azhaar Masjid Baitul Khoir Bandung – Tulungagung. Pelatihan ini mendatangkan Trainer-trainer handal dan seru pastinya, yaitu trainer dari Kualita Pendidikan Indonesia (KPI) Surabaya. Agenda rutin tahunan ini menjadi momok bagi guru-guru di lembaga kami. Bagaimana tidak, setiap KPI datang, guru pasti ribet menyiapkan RPP dan seperangkatnya. Belum lagi bersih-bersih lingkungan sekolah. Nempelin kata-kata motivasi, kata mutiara disetiap sudut sekolah. Wah.. emang kemarin-kemarin ngapain aja Ustadz Ustadzah? Hehee…

It`s okay. Karena KPI datang bukan hanya akan melihat keindahan sekolah kami yang baru saja disulap sim salabim. Namun mereka juga datang untuk meng-update semangat kami yang tinggal beberapa Watt. Bahaya kalau sampai di posisi Zero bin Nol. Pagi ini, acara dibuka oleh Kepala UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Bandung. Pukul 08.30 acara inti dimulai. Diawali dengan sambutan dari Ibu Duhwi. Beliau salah satu trainer KPI yang luar biasa. Semangatnya cethar membahana. Membuat kami merinding semua.

Ternyata, pelatihan ini sebenarnya di peruntukkan untuk guru-guru MI/SD. Itu berarti saya salah kamar, dan parahnya, materi tentang media pembelajaran ini hanya membahas mata pelajaran tertentu saja. Hari ini tentang media Matematika, besok IPA, dan besok lusa Bahasa Indonesia. Terus saya gimanaa…? Saya ngajar di SMP guys. Ngajarnya PAI pula. Kadang-kadang IPS juga. Hohhoo.. Iyah, terlanjur nyebur yaudah nyelem sekalian ajah! Dengan mengucap Bismillahirohmanirrohim.. saya niatkan tholabul ilmi, ilmu apa saja, siap!

Waktu pun berlalu, kelompok dibagi menjadi enam. Karena saya kelas tujuh,saya gabung dengan kelompok yang terdekat, yaitu kelompok kelas enam. Baik, pertandingan dimulai. Oh bukan ya. Trainer ke dua, Ibu Vevy menjelaskan tentang apa itu media pembelajaran dan fungsinya. Materi yang gitu-gitu aja sih. Tapi ternyata lama gak dipakai lupa juga. Itulah tugas beliau salah satunya. Mengingatkan yang lupa, dan membawa kami ke jalan yang benar.

Beberapa menit berlalu, kini tibalah saatnya acara inti yaitu membuat media pembelajaran dengan pilihan Kompetensi Dasar yang sudah ditentukan. Semua kelompok berperan aktif. Berlomba-lomba membuat media yang kreatif dengan alat dan bahan yang sudah disiapkan oleh trainer. Media yang pertama di pegang oleh kelompok kami adalah kerangka bangun ruang. Tugasnya adalah memberi nama media tersebut serta menjelaskan cara menggunakannya.

Tibalah saatnya, media berpindah tangan. Media kedua yang kami pegang adalah stik. Stik ini berasal dari kayu kecil berdiameter kira-kira 0,5 cm dan panjang 10 cm. Kids jaman old pasti tau benda ini. Dulu saya sering membuat sendiri alat ini dari sapu lidi. Si Mbah akan teriak-teriak jika tau sapu lidinya habis dan berubah menjadi potongan-potongan yang berjajar cantik di atas tikar tempatku belajar. Media lain yang kami dapatkan adalah papan berpaku, bangun ruang, simetri putar, dan bangun datar. Wah, saya jadi tahu media-media untuk mempelajari matematika nih.

Nah, lalu apa dosanya guru matematika, guys? Inilah yang saya juga baru tahu. Setelah salah satu kelompok mempresentasikan media simetri putar. Dalam presentasinya, dijelaskan bahwa,

“Bangun yang akan dicari jumlah simetri putarnya, diputar searah dengan jarum jam”. Kemudian teman satu kelompok saya ada yang bertanya.

“Bagaimana jika dia ingin menutarnya berlawanan arah jarum jam?”.

Dijawablah oleh kelompok tersebut, “Boleh”.

Dengan semangat trainer memberi komando pada peserta untuk memberi tepuk tangan kereta api untuk kelompok yang telah menyelesaikan presentasinya. Demikian presentasi berlanjut pada kelompok-kelompok yang lain. Setelah semua kelompok mempresentasikan media yang dibuat, mulailah trainer mengeluarkan ‘tanduk cantik’ yang sebenarnya sudah ingin keluar sejak tadi. Tampaknya beliau gemas dengan apa yang kami sampaikan.

Satu per satu presentasi kelompok beliau beri komentar. Termasuk materi terkait dengan simetri putar tadi.

“Pada praktiknya, kita boleh saja memutar bangun tersebut baik searah maupun berlawanan arah dengan jarum jam”, ucap beliau.

Namun konsep yang benar menurut kesepakatan ilmuwan matematika adalah tidak boleh”, tutur beliau melanjutkan.

Mengapa demikian? Karena hal ini akan berpengaruh di jenjang berikutnya yaitu pada materi tentang rotasi (putaran) - (maksudnya bagaimana saya kurang paham. tapi itulah yang saya dengar). Jika terjadi salah konsep pada awalnya, maka hal ini akan berdampak pada materi selanjutnya. Kesulitan yang muncul pada pemikiran siswa menimbulkan persepsi bahwa matematika itu sulit. Kata-kata sulit inilah yang akan menghambat motivasi belajar dan merusak citra matematika di kalangan pelajar. Kalau sudah begini siapakah yang berdosa?

Next, pembelajaran tentang rumus-rumus bangun ruang yang sudah tersusun indah di buku saku matematika. Seperti halnya saya, selama ini yang saya tahu bahwa rumus untuk menghitung luas segitiga adalah ½ x a x t. Setiap bertemu dengan soal tersebut pasti rumusnya sama persis dengan apa yang ada di buku paket. Biasanya rumus ditulis di dalam kotak tersendiri atau berada di tengah antara paragaraf satu dengan paragraf yang lain. Tujuannya supaya mudah dilihat dan diingat. Namun yang terjadi, tidak semua siswa paham dan hafal dengan maksud dari rumus tersebut. Apalagi kalau dibuat soal cerita yang lebih kompleks dan mengharuskan mathematic logic kita harus bermain. Beberapa teman saya akan mati kutu ketika menemukan soal semacam itu. Untung saya punya otak yang agak lumayan, ciee

Lhah, inilah dosa berikutnya. Siswa tidak tahu apa-apa, tiba-tiba di sajikan rumus-rumus indah dan memaksa mereka untuk menghafal. Tanpa diberi tahu dari mana rumus-rumus itu berasal. Akibatnya, muncul lagi persepsi bahwa matematika itu SULIT-nya minta ampun. Kasihani kami bapak ibu guru… sambil mengatupkan kedua telapak tangan seraya memohon. Hahaa.. jika sudah begini, siapa yang berdosa? Padahal sebenarnya rumus-rumus tersebut sebenarnya dapat dijelaskan asal-usulnya dengan cara seksama dan dalam tempo yang tidak singkat tentunya. Inilah tantangan bagi guru matematika.

Baik, saya lanjutkan sambil mengingat-ingat materi yang saya dapat. Tentang penjumlahan bilangan bulat. Penjumlahan sederhana, materi untuk kelas satu. Seringkali hal ini disampaikan pada pelatihan-pelatihan sejenis, bahwa mengajarkan penjumlahan pada siswa kelas satu, perlu di konkretkan. Tidak semua dari mereka sudah paham dengan yang dimaksud angka satu. Ada yang masih membayangkan angka satu itu seperti paku, jarum, tiang listrik, bahkan ada pula yang mengatakan satu itu sendiri alias jomblo. Ops! Maaf jangan tersinggung. Untuk itulah diperlukan benda konkret yang menemani angka satu. Seperti misalnya 1 bunga + 2 bunga. Jika digabungkan ada berapa bunga?

Tetapi penjumlahan semacam ini juga perlu diwaspadai. Karena benda yang dijadikan media harus media yang sama jenisnya. Misalkan yang dipakai atau digambarkan adalah bunga mawar, maka semua harus bunga mawar. Bukan bunga melati, anggrek, dan yang lainnya. Karena mawar tidak sama dengan melati meskipun mereka sama-sama jenis bunga. Jika hal ini dibiarkan, maka akan berpengaruh pada pemahaman tentang Operasi Hitung Aljabar di jenjang selanjutnya, di mana suku-suku yang tidak sejenis tidak dapat dijumlahkan. Maka perlu waspada, jangan sampai salah konsep.

Kesalahan yang kita buat pada siswa di jenjang SD/MI ternyata tidak berhenti ketika mereka telah lulus. Tetapi khas pelajaran matematika yang saling berhubungan antar konsep, menjadikan dosa kita mengalir ke jenjang yang lebih tinggi. Dosa Jariyah! Na`udzubillah! Inilah bapak ibu yang perlu kita perhatikan. Janganlah merasa bisa, merasa mampu, karena mungkin sudah menjadi guru selama ratusan tahun. Atau mungkin telah menyandang gelar yang sedemikian panjang tak terhingga. Jangan sampai rasa sudah bisa tersebut kemudian membutakan mata kita akan hadirnya perkembangan ilmu. Apalagi menghentikan langkah kita untuk terus belajar. Belajar membuat media yang kreatif, inovatif, untuk memberikan stimulus pada siswa agar lebih semangat belajar.

Contoh tersebut hanya beberapa materi yang saya ingat. Masih banyak dosa-dosa lain yang tercyduk! Meskipun tidak mengampu pelajaran tersebut, saya ikut merasa was-was jika diantara kita masih ada yang salah menanamkan konsep pada siswa. Untuk itu, waspadalah.. waspadalah.. !

Bandung, 9 November 2017 - 08.00 PM

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

#Tulisan ini saya buat untuk melatih otak saya untuk berfikir dan mengingat kegiatan yang telah berlalu. Mohon maaf bila ada kesalahan terkait konsep matematika-nya yaa. :-)

09 Nov
Balas

Kereennn...

09 Nov
Balas

Makasih bunda... Kalau ada kritik/saran boleh Lo..

10 Nov



search

New Post