Ani Suparti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONTEKSTUAL DALAM KURIKULUM 2013, PERLUKAH ?

PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONTEKSTUAL DALAM KURIKULUM 2013, PERLUKAH ?

PEMBELAJARAAN KOOPERATIF DAN KONTEKSTUAL DALAM KURIKULUM 2013, PERLUKAH ?

Oleh Ani Suparti, M. Pd

Kurikulum 2013 menghendaki guru untuk melaksanakan pembelajaran saintifik dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Sebuah pendekatan pembelajaran yang mengedepankan proses pemecahan masalah oleh siswa. Ada empat pembelajaran saintifik yang dapat diterapkan dalam KBM, yaitu Inquiry/Discovery Learning, Problem Base Learning (PBL), Project Base Learning (PjBL), dan Saintific Learning itu sendiri. Pembelajaran berbasis projek dalam pelaksanaannya membutuhkan proses yang panjang dan lumayan sulit penerapannya, sehingga guru dalam satu semester terkadang hanya menerapkan pembelajaran projek tersebut satu kali. Ada tiga pembelajaran saintifik lain yang dapat diaplikasikan guru dalam KBM. Tetapi dapat dibayangkan, apabila dalam pembelajaran guru selalu menerapkan 3 pembelajaran saintifik tersebut, tentu akan menyebabkan pembelajaran menjadi kurang bervariasi. Maka pilihan model pembelajaran yang lebih bervariasi dapat dilakukan guru untuk menghadirkan KBM yang bermakna dan menyenangkan. Pilihan menerapkan pembelajaran kooperatif dan kontekstual menjadi perlu dipertimbangkan.

Memahami kondisi demikian, termotivasi bagi penulis untuk memperkenalkan dan menjelaskan kembali aplikasi dari beberapa model pembelajaran kooperatif sebagai salah satu upaya menyajikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Dari penyajian yang menyenangkan inilah akan muncul motivasi tinggi untuk mengikuti kegiatan belajar sehingga tingginya motivasi belajar siswa akan dapat meningkatkan hasil belajar.

Model-Model Pembelajaran Kooperatif

Sudah saatnya bagi kita para guru untuk merubah mind set dengan mencoba menyuguhkan pembelajaran aktif dan kreatif berpusat pada siswa (student centered). Sebuah pembelajaran yang mengedepankan peran aktif siswa, pembelajaran kelompok yang melibatkan siswa untuk bekerjasama dalam tim. Tugas guru hanyalah sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Proses pembelajaran tradisional satu arah sudah tidak relevan dengan tuntutan dunia pada abad ke-21.

Banyak model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam KBM. Pilihan pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan esensi materi pelajaran yang akan disampaikan. Ketika materi pelajaran yang akan disampaikan membutuhkan deskripsi dan penjelasan yang mendalam, maka model pembelajaran teknik jigsaw tepat digunakan. Di dalam jigsaw diawali dengan membentuk kelompok kecil yang dinamakan kelompok asal. Jumlah siswa dalam kelompok asal disesuaikan dengan permasalahan yang akan dibahas, jika permasalahan yang akan dibahas berjumlah 5 masalah/soal, maka anggota kelompok asal ini juga berjumlah 5 orang. Tiap siswa dalam kelompok asal dipastikan mendapatkan tugas khusus membahas satu masalah/soal sesuai dengan pilihan siswa. Kemudian, siswa yang memiliki tanggung jawab membahas sebuah permasalahan/soal mendiskusikan bersama dalam kelompok ahli, yaitu kelompok siswa dari masing-masing kelompok yang khusus membahas satu permasalahan/soal. Kelompok ahli ini akan kembali bergabung kedalam kelompok asalnya dengan membawa jawaban soal yang akan dipresentasikan di kelompok asalnya masing-masing. Dengan demikian, lima soal/masalah yang diberikan guru akan terjawab semua. Agar jawaban dari setiap soal/masalah dari masing-masing kelompok ahli tingkat kebenarannya tidak jauh melenceng, maka disinilah penekanan peran guru sebagai fasilitator, guru dapat mengunjungi masing-masing kelompok ahli pada saat siswa berdiskusi, mencari tahu jawaban dan meluruskan jika ada kesalahan. Sebagai penguatan, lakukan refleksi dari kegiatan diskusi yang telah dilakukan.

Selain teknik Jigsaw, guru dapat mengaplikasikan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dalam KBM. Model kooperatif teknik NHT ini akan memudahkan guru dalam penilaian proses pada saat KBM berlangsung, mengurangi subyektifitas guru dalam menilai siswa dan menjadikan siswa mempersiapkan diri secara individu dalam belajar. Ketika siswa berkelompok, beri nomor pada kepalanya dengan cirri khas pada tiap-tiap kelompok, bisa menggunakan kertas HVS warna atau apa saja untuk membedakan nomor siswa. Untuk mengaktifkan semua siswa, buat soal atau masalah yang akan dibahas dalam lembar kerja sebanyak jumlah siswa dalam kelompok dan cantumkan nomor kepala siswa pada setiap soal tersebut, sehingga setiap siswa bertanggung jawab terhadap satu soal. Setelah selesai, jawaban-jawaban tersebut dapat didiskusikan oleh kelompok sebelum melaksanakan presentasi. Perbaikan dan kesimpulan dari jawaban tiap-tiap kelompok dapat diketahui guru melalui kegiatan presentasi. Oleh karena itu, jika dalam pembelajaran setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, maka guru harus pandai-pandai mengelola waktu KBM. Untuk mensiasati siswa mengerjakan dan mendiskusikan tepat waktu atau bahkan lebih cepat, guru dapat memberikan reward berupa nilai kerjasama dan kecepatan menjawab kepada kelompok yang lebih dulu menyelesaikan lembar kerja, buat nilai dari yang terbesar sampai terkecil sesuai dengan jumlah kelompok diskusi. Reward nilai lain perlu juga disediakan guru untuk kelompok-kelompok yang menjawab soal sangat sempurna. Dengan nilai-nilai tersebut guru telah mengumpulkan nilai kelompok. Sedangkan penilaian proses secara individu dapat dilakukan guru dengan melakukan tes lisan (tanya jawab) dengan menyebutkan nomor kepala siswa secara acak. Nilai individu atau tagihan individu secara keseluruhan didapat guru dari jawaban individual dari lembar kerja karena setiap anak bertanggung jawab menyelesaikan satu soal dalam lembar kerja tersebut.

Untuk mempraktekkan model-model pembelajaran dalam KBM, guru dapat melakukan inovasi dengan membuat model belajar baru yang dapat membuat KBM menjadi bermakna dan menyenangkan, atau dapat pula guru melakukan modifikasi dengan menggabungkan model-model pembelajaran kooperatif tersebut, misalnya NHT dan Carousel. Di dalam Carousel siswa melakukan kunjung karya kepada kelompok lain, berputar layaknya komedi putar sampai semua kelompok dikunjungi. Kegiatan saling berkunjung diatur sedemikian rupa. Dua orang siswa dari setiap kelompok bertugas berkunjung ke kelompok lain dan 2 - 3 orang berada dalam kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya kepada siswa yang berkunjung. Selain melakukan kunjungan, siswa yang bertugas mengunjungi kelompok lain juga bertugas mengoreksi, menambahkan dan memberi penilaian hasil kerja kelompok yang dikunjungi. Ketika NHT digabungkan dengan Carousel, maka kegiatan presentasi kelompok di muka kelas dirubah menjadi presentasi kunjungan kelompok. Yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif sebagaimana yang dikemukan oleh Roger dan David Johnson (Anita Lie : 31) bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model pembelajaran kooperatif, yaitu :

A. Saling ketergantungan positif,

B. Tanggung jawab perseorangan

C. Tatap muka

D. Komunikasi antar anggota

E. Evaluasi kerja kelompok.

Apapun yang akan kita lakukan dalam pembelajaran kooperatif, tujuannya adalah membuat aktif siswa, bekerja sama dalam tim, menumbuhkan rasa percaya diri dan memiliki keterampilan berbicara untuk mengemukakan pendapat.

Guruku Kreatif, Belajarku Asyik

Menjadikan guru yang mampu menerapkan metode dan model pembelajaran aktif dan kreatif masih menjadi tantangan dalam dunia pendidikan Indonesia. Kurikulum telah beberapa kali berganti, namun metode mengajar guru tetap saja menggunakan gaya lama. Ada tiga hal yang biasanya menjadi masalah besar dalam proses KBM, yaitu kebosanan siswa dalam belajar, terbatasnya media pembelajaran dan alat peraga, serta belum pahamnya para guru dengan aplikasi model dan metode pembelajaran aktif dan kreatif. Untuk menjawab ketiga masalah tadi, beruntung beberapa sekolah di Kabupaten Cirebon dapat mengikuti pelatihan “Praktik yang Baik di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah” yang pernah diselenggarakan USAID PRIORITAS. Dalam kegiatan pelatihan tersebut, guru-guru secara langsung melakukan pembelajaran aktif dan kreatif yang dipandu para Fasilitator Daerah kabupaten Cirebon, meskipun menggunakan media belajar sederhana. Selain itu, guru-gurupun melaksanakan “Real Teaching” di kelas-kelas dengan mengaplikasikan metode dan model pembelajaran aktif kreatif yang telah diberikan dalam pelatihan. Dengan antusias dan kreatif, guru-guru melakukan kegiatan tersebut, tidak tampak kejenuhan dan kekesalan, meskipun pelatihan dilaksanakan sejak pagi sampai sore hari. Ini membuktikan bahwa ketika guru diberikan fasilitas untuk mengembangkan diri, maka para guru akan melaksanakannya dengan kreativitas yang maksimal, tidak melulu harus menggunakan media belajar yang canggih.

Praktek pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah diakhiri dengan refleksi siswa. Dari semua hasil refleksi KBM tersebut, siswa memberikan apresiasi yang luar biasa pada KBM yang mereka alami. “ Belajarku hari ini asyik, menyenangkan dan materi pelajarannya juga masuk” begitu bunyi komentar dari sebagian besar siswa dalam kertas refleksi yang diberikan guru. Ini artinya, siswa-siswa kita memang merindukan “Pembelajaran dengan sentuhan kreativitas guru”. Bukan pembelajaran konvensioanal yang mendudukan peran dominan guru dalam pembelajaran, tetapi mendudukkan peran siswa (student centered) yang dominan.

Menjadikan belajar lebih bermakna dan menyenangkan tidaklah sulit. Dengan sentuhan kreativitas guru baik dalam perencanaan maupun penerapan di kelas akan menghasilkan pembelajaran aktif dan kreatif, sehingga kelaspun menjadi asyik. Dengan asyik dan senang akan membawa siswa menyenangi mata pelajarannya, menyenangi mata pelajaran akan membuat siswa bersungguh-sungguh dalam belajar, sehingga hasil belajarpun menjadi lebih baik.

(Penulis adalah Pengawas di Kabupaten Cirebon)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

wooww mantap!!

10 Oct
Balas

salah kamar tetap dimaafkan bu, asal jangan salah ambil selimut hehehe

10 Oct
Balas

Wah saya salah masukkan artikel ke dalam kolom nih. Maklum sedang belajar. Kalau gak dimulai, kapan lagi ?

10 Oct
Balas

Bu Iis Bisa ajah !

22 Oct
Balas



search

New Post