Kuungkapkan Rindu Melalui Tulisan
Aku : “ Akhirnya hujan berjumpa dengan kekasihnya. Tanah. Apakah rindu selalu butuh titik jenuh untuk tercurah?”
Kamu : “Tentu”.
Begitu singkat kamu menjawab pertanyaanku. Aku pikir kamu sudah tidak peduli, sudah tidak mau tau, dan kalau pun masih, itu hanya sekedar menghormati seorang kawan. Sesaat setelah pesan singkat itu ternyata kamu berusaha menelponku, berkali-kali, tetapi tidak jua kita bisa bercakap-cakap. Ternyata, kuotanya tidak mencukupi. Dan aku, tidak mau lah menelpon balik. Malu. Walaupun sebenarnya mau. Aku lebih memilih untuk diam tidak memanggilmu apalagi mengejarmu. Tidak pula aku menunggumu. Hanya saja aku cukup merasa bahagia.
Membaca pesan -pesanmu, pada saat aku tidak sempat mengangkat telponmu, lucu. “Maaf , jangan mengganggu, belum istirahat”. “Maaf, jangan ganggu saya dulu nich, sedang ngajar”. “Maaf, jangan jam segini, nanti yach kalau sempat”. Ha.. ha... Begitu kamu menulis dan membahasakan diriku, sungguh begitu membuatku tersenyum. Apakah kamu ingin menunjukkan kepada dunia, bahwa kamu mengerti benar persaanku.
Bukan begitu maksudku. Aku tidak boleh merasa iri pada hujan atau kepada siapa pun, yang memang bukan menjadi takdirku. Aku hanya ingin mengajakmu menengok ke belakang sejenak, menikmati sejuknya hujan, seperti dulu, lima belas tahun yang lalu.
Mengapakah kamu bersemangat menjawabnya. Kurasa tidak ada yang menarik dalam pesanku. Hanya serupa sebait puisi tidak jelas. Bu Romdonah berpuisi tentang mendung. Aku mencoba bercerita tentang hujan. Ha.. Ha... . Hanya Tuhan dan saya yang tau maksudnya. Terserah pembaca menafsirkannya bagaimana. Begitu kata Bu Romdonah. Bagiku, yang pasti, selalu ada yang indah pada hujan. Selalu ada yang sejuk pada hujan. Karena percakapan-percakapan itu sudah terlanjur mengalir, di depan Peoneer Poultry Shop, bertahun-tahun yang lalu.
Masih kurasakan sejuknya bercandamu. Mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan perkenalan kepadaku, sesuka hati. Sesekali, lalu berkali-kali kamu menertawakan jawaban-jawabanku. Sepertinya sangat lucu menurutmu.
Hujan menjadi topik bicara yang menarik. Bagaimana tidak, saat aku mengeluhkan hujan, kamu membahasnya habis-habisan sehingga aku menyerah kalah dan menggerutu. Pak Jono mendekatiku sambil berdehem-dehem, “ Hujan lebat ya... kebeneran!!”. Aneh juga aku yang seorang karyawati baru, baru bekerja belum genap satu minggu, acuh saja, tidak hirau apalagi takut kalau dimarahi oleh Boss atau bahkan dipecat.
Dan pada saat hujan reda, hati ini menjadi ciut. Meskipun berat, harus rela membiarkanmu pergi. Sejak saat itu, aku begitu suka dengan hujan. Seringkali menunggu, kapan bisa tercurah. Allohumma shoyyiban naafi’an.
Wirasaba, 27 Pebruari 2018
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Aiiiihhhhh....makasih, namaku ada dalam ceritamu, dan aku akan membuat banyak cerita tentang mendung dan hujan. Terima kasih Bu Anita
Trmksh kembali Buu...
Wah bagus sekali, Bu Anita.
Terimakasih banyak Pak Edi...
Hujan, makhluk Tuhan yang selalu membawa kebaikan. Apakah hari ini akan hujan?
Sepertinya iya Pak...mendung nich
Akankah hujan mengingatkanmu padaku? efisi ge er hhh
Tdk Bu Dyah cantikk...sdg mnunggu hujan he he Trmksh kunjungannya...
Ha ha ha...Ibu Pengawas...ada aja
Oh iya, kita kan ga kehujanan bareng yaa?
Wauw...misteri nich...
Iya Bunda...trmksh sdh berkunjung
Yah ... hujan ... biar dingin airnya, tapi kenangannya selalu membuat hangat dalam ingatan kita ... cie-cie ... ada yang sedang terngiang dengan hujan ... ada udang di balik batu ... ada ... di balik hujan ..... he he he
Bu Mugi lhooo...rese
Sedang menunggu seseorang bu Anita.....he..he..kok jadi kepo