Dum .. dum .. dum .. suara musik lantang terdengar dari speaker besar di samping panggung. Di situlah saya berdiri mematung sambil berkhayal andai bisa tampil menari di atas panggung. Beruntung saya memiliki orang tua yang memahami mimpi anak-anaknya. Bergegas saya didaftarkan pada sebuah sanggar tari dan berlatih rutin seminggu dua kali. Sejak itu, bakat terasah dan mulailah tampilan demi tampilan di berbagai kegiatan dilakukan. Sungguh mimpi sederhana yang akhirnya menjadi nyata dalam penggalan kehidupan di masa kecil.

Kekuatan mimpi untuk dapat tampil menari di atas panggung membuat saya sangat antusias dan bersemangat saat itu. Tentu dengan bimbingan orang tua saya mengatur jadwal antara belajar di sekolah, mengaji di mushola dan belajar menari. Memang tidak mudah menyeimbangkan semua kegiatan tersebut. Namun dengan semangat dan dukungan orang tua serta strategi manajemen waktu yang ketat, mimpi tersebut berhasil diraih. Alhamdulillah.

Peristiwa tersebut menjadi pemicu bagi saya untuk terus belajar dan bertumbuh walau usia sudah tidak lagi muda dan tidak akan pernah kembali. Namun di setiap bagian dalam hidup, saya memiliki mimpi dalam kehidupan pribadi, karier dan anak-anak. Pun demikian dengan mimpi untuk murid-murid. Mimpi untuk mewujudkan seorang pemimpin masa depan yang berakhlak mulia, amanah dan bermanfaat untuk sesama mengusik zona nyaman saya. Zona yang harus saya hindari agar dapat meraih mimpi mewujudkan generasi pemimpin masa depan.