Anne M. Anwar

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Begitulah Diriku

Begitulah Diriku

Selasa pagi udara disekitar taman kota begitu sejuk. Pepohonan rindang, bunga-bunga merekah nan harum mewangi, dan sepoi-sepoi angin membawa terbang rerambut sehat mengkilap. Rerumputan hijau terhampar bak karpet turky yang tengah dipersiapkan untuk menyambut sebuah acara besar telah menggodaku untuk duduk-duduk manis di sekitar taman. Tangkai anggrek dengan pucuk daun yang masih ranum ditengahnya menambah kedamaian hati dalam memandangnya. Disekitar taman tak kudapati pedagang kaki lima yang biasa mangkal. Disana lebih sering kulihat jumplukan bunga-bunga dengan kolaborasi warna yang pas. Sungguh bagus dan menarik tata letak taman kota yang baru saja kusinggahi sekedar melepas penat dari hilir mudik aktivitas keseharian yang tak pernah henti.

Treeng treeng treeng... suara samar telah menghentikan alunan rinduku pada seseorang. Meski tidak terlalu tajam. Namun tidaklah hati ini trelalu kecewa. Mengingat suara itupun telah lama kunanti. Alhamdullilah, akhirnya kudapat penuhi juga sebagian tugasku sebagai umat manusia, yaitu memenuhi hak tubuhku. Ya makan. Apa pun itu menu makanannya tak masalah. Yang penting nyanyian keroncong yang telah diperdengarkan cacing-cacing manis dalam perutku telah diperdengarkan sejak dua jam yang lalu.

Mata ini sibuk mencari sumber suara-suara samar yang kunanti. Terus saja kuberjalan menyusuri taman kota tempat kelahiranku. Tak kuduga aku telah memasuki pintu keluar taman. Hatiku senang. Sumringah kudapat. Ada sebuah perasaan yang menyelinap dalam dada ini antara behagia dan kecewa. Saat ku tengok kebelakang kulihat ditaman kota itu ada sahabat lamaku tengah bercengkrama dengan seorang laki-laki paruhbaya. Ingin rasanya bergabung dengan mereka. Namun seandainya tak kuladeni cacing-cacing dalam perutku, maka kontrak kerjaku menjadi seorang penulis tentu akan melayang begitu saja menghilang tanpa kerana.

Dalam hati kubergumam, ya Tuhan mana yang harus kupilih. Benar-benar hidup itu pilihan. Ya baiklah. Aku akan lebih peduli masa depanku. Apapun yang akan aku alami, pasti pilihanku ini jauh lebih baik. Bergegaslah aku menghampiri pusat jajanan diluar area taman kota. Masing-masing dari sipemilik manu jajanan benar-benar punya penggemar yang sungguh banyak. Terlihat dari antrean panjang yang harus dilalui oleh siapa pun yang hendak memutuskan untuk menyantap aneka sajian menggoda. Bahkan dari para pengantre itu ada yang sengaja membawa alas duduk. Kupahami maksud mereka. Selain dapat segera menerima pesanan spesialnya, juga agar tidak akan membuat kaki dan seluruh anggota tubuhnya pegal akibat kelamaan berdiri untuk mengantre.

Ya, baik. Aku paham. Kubidik sebuah kedai kecil yang tidak terlalu dikerumuni orang. Dalam batinku bertanya, mengapa ya tempat kuliner yang satu ini ko sepi pembeli. Jangan-jangan ada yang sesuai dengan cita rasa kebanyakan. Biarlah akan kubuktikan. Rasa kepenasaranku bertambah-tambah saat beberapa dari mereka yang memaksakan dirinya untuk masuk ke sana terlihat bersemangat. Ada beberapa dari mereka setelah keluar dari kedai itu terburu-buru menuju pulang, ada juga melanjutkan pencarian ke menu makanan lain. Ah entahlah setiap kita memang berbeda.

Selepas beraktivitas penuh pada hari itu, aku menyempatkan diri memeriksa gawai kesukaanku. Kunyalakan dengan penuh tenaga supaya segera terlihat adanya pembaruan yang masuk. Benar juga dugaaku, seratus satu pesan masuk dari beberapa akunku. Untuk memeriksa beberapa pengirim pesan, rasanya waktuku akan sia-sia. Maka kuputuskan untuk membiarkan pesan-pesan itu tetap ada dan cukup dibaca saja adalah tepat. Dalam diam aku pun Berharap ada suatu kabar tentang berita gembira yang telah lama kutunggu. Suatu kegiatan baruku yang mulai kutekuni akhir-akhir ini telah membuatku menemui sebuah semangat baru. Hal ini bermula dari saat aku mengikuti sebuah acara pelatihan.

Pertemuan awal kujalani mulai akhir bulan juni tahun kemarin. Kenapa ya aku bisa sesuka ini dengan sahabat baruku itu? benar-benar takku sangka. Aku bisa menyukainya tanpa embel-embel apapun. Rasa suka itu telah mengalir begitu saja. Aku ingin mendalaminya. Aku sungguh ingin mempelajari semua secara utuh. Maka mulai kulakukan beberapa agenda kegiatan yang ada keterkaitannya dengan hobi baruku itu. banyak sekali cara yang ku pelajari, hampir sepertiga waktuku pun digunakan untuk menambah wawasnku dalam bidang itu. ya, aku mulai jadi penulis pemula yang bermimpi melahirkan ribuan tulisan yang menginspirasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Menarik sekali..,..Semoga suksea ya, saya juga kepengen jadi penulis.

19 Sep
Balas



search

New Post