Anne M. Anwar

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Ceu Piah

Ceu Piah

“Uhhh segarnya badan ini, setelah digerak-gerakan”. “Kedua posisi tubuh ini aku coba gerak-gerakan lagi ah, biar tambah njreeng hihihih”. Seorang perempuan muda terlihat sedang menikmati suasana pagi itu. “Emang bener tuh indahnya hidup itu tatkala liburan telah tiba. Doku terisi penuh, siip deh... Setujukan? Setuju deh ya?”. Nely ngoceh sendiri diruang kamarnya yang cukup luas untuk ukuran anak abege. Sayup-sayup terdengan musik dangdut remix dari celah lubang kunci kamarnya. Rupanya dia tengah menghangatkan badan dengan senam ringan dibalut musik dangdut bertajuk jaran goyang, ckckckckck

Seorang kawan yang baru saja menghubungi Nely lewat gawai barunya, tak dihiraukan. Mungkin saking kerasnya musik yang tengah dinikmati Nely. Tiga jam berlalu. Anak itu masih saja mengunci diri untuk berdiam dikamarnya yang penuh dengan pernak-pernik kewanitaan. “kemana sih dia, katanya minta dihubungi pagi ini, aku chat ga di respons cuma diread?, beberapa kali kuulangi hal yang sama, begitupula dia perlakukan aku! Apa seh maunya gadis itu?” gumam Tiara yang tak lain adalah sipenelepon tadi yang terus menerus tidak diacuhkan Nely.

Tok tok tok. Tiga ketukan bu Aisyah berikan. Dibalik pintu kamar Nely, ibu Aisyah seakan berteriak-teriak. Hal ini dilakukannya karena sipemilik kamar tidak mau beranjak dari aktivitasnya dikamar. Akhirnya sang ibu menyuruh bi Ita untuk naik ke jendela kamar Nely dan mengatakan bahwa hari ini ada. Bi Ita tidak menyampaikan pesan sang majikan dengan suara. Bi Ita lebih memilih media kertas lalu menuliskan pesan tersebut dengan spidol whiteboard berhurupkan kapital. Ide ini datang dari bi Ita sendiri. Awalnya sang bunda tak percaya jika strategi ini akan jitu. Tidak ada kemungkinan untuk dapat menghentikan aktivitas Nely dalam kamarnya dihari itu.

Pandainya bi Ita meyakinkan sang majikan, akan keampuhan jurusnya. Sampai-sampai dalam hitungan tidak lebih dari 5 menit, Nely keluar sambil tersenyum sumringah mempertanyakan, “moms, benarkah ceu piah jualan lotek hari ini?”. Bu Aisyah tertawa lebar sambil memeluk bi Ita yang sukses mengajak Nely anaknya untuk keluar dari kamar.

Pagipun berganti siang. Memasuki waktu dzuhur, bu Aisyah meminta Nely dan bi Ita segera merapat untuk shalat dzuhur berjamaah. Setelahnya berangkatlah ketiga bidadari itu menuju sebuah tempat yang mereka rindukan selama ini. Ya, sebuah kedai sederhana yang terletak dibilangan selakopi kota Cianjur. Memang tidaklah berlebihan adanya, jika satu dari kita tau dan mengenal kuliner khas priangan. Menu itu berkomposisi sayuran hijau yang segar, kentang, telur, dan sebagainya. Melalui proses perebusan yang tidak terlalu lama, hasilnya wajib dipadukan dengan bumbu kacang lezat khas ulekan tradisional plus paduan kelengkapan lainnya sesuai selera. Maka jadilah sajian kuliner Cianjur, yaitu lotek ceu Piah. Mau? Hmm jadi laper yaa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pengen lotek...

20 Dec
Balas



search

New Post