Anne M. Anwar

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kasih Tak Bertepi

Kasih Tak Bertepi

Tadi sore kami mendapat pesan singkat dari sekolahnya Surya. Pesan itu berisikan undangan dari walikelas Surya agar kami mendatangi sekolah dan segera menghubungi sang wali kelas. Surya, putra kami yang paling bontot termasuk anak yang berparas tampan, dengan postur tubuh yang tegap. Aku berpendapat demikian sebagaimana respon yang kudengar dari kawan-kawannya Surya yang rela mengantri panjang hanya demi menjadi seorang pilihan hati.Rasa tak enak hati mengelora dalam dada. Menguasai batin yang lemah. Keadaan ini terjadi karena keadaan kami yang belum dapat bangkit dari sebuah kenyataan pahit yang melanda hidup kami. Tidak ada keceriaan seperti sediakala tatkala ayah Surya masih hidup.

Belum lagi perasaan hampa masih menyelinap dalam relung hati yang paling dalam, beberapa ujian hidup datang silih berganti. Ibu yang menggantikan posisi ayah berusaha telaten membimbing anak-anaknya, membesarkan dengan penuh rasa kasih dan sayang meski sejuta duka nestapa menemani setiap langkah kaki kemana pun ibu pergi. Usia kami masih belum cukup untuk dikatakan sebagai usia matang. Sehingga diantara kami masih sangat merepotkan ibu. Diusia yang labil ini yang memang belum genap pada masa usia dewasa menjadi ibu harus terus bolak-balik kesekolah menemui para guru jika kami dalam masalah.

Hari demi hari kami lalui tanpa penyesalan. Meski telah tertancap kuat rasa gamang, sedih, kecewa, yang dalam atas kehilangan ayah kami tercinta, namun kami tetap tegar dan berbesar hati. Sebagaimana pesan yang sering kami dengar dari guru ngaji, dulu saat masih kecil. Menurutnya bahawa “setiap orang, siapa saja dari kita, diantara kita suatu saat nanti pasti akan pergi untuk kembali pada sang pencipta, maka bersabar dan bersiap-siaplah”.

Hidup yang aku, kakak, dan ibu alami penuh dengan perjuangan, kasih sayang yang tak bertepi. Bagaimana tidak saat itu, ayah pergi menghadap sang illahi begitu cepat. ayah tidak divonis sakit apa-apa oleh dokter. Ayah yang selalu ceria tetap tersenyum dan mengajak kami bercanda. Ayah senantiasa mencurahkan kasih sayangnya sepenuh hati pada kami. Dihari itu pula ayah tengah merencanakan sebuah acara besar untuk kami. Namun tanpa diduga, tiba-tiba ayah jatuh dan tak sadarkan diri. Kami tidak berpikir terlalu jauh, karena dia memang selalu menggoda kami dengan cara-cara seperti itu.

Namun berbeda dengan yang terjadi pada malam itu. sebuah peristiwa pahit terjadi.. Tuhan berkehendak lain. Allah Telah menentukan nasib hambanya. Meski kami telah mencoba untuk menolak sebuah perpisahan, bahkan kami pun menangis berdarah-darah agar tetap dapat bersama, namun manusia apalah yang dapat manusia lakukan. Setiap dari kita adalah bodoh, lemah tak berdaya. Hanyala Allah saja pemilik kekuatan, kekuasaan. Allah sajalah pemilik hidup dan kehidupan ini. Dibalik itu semua kami berusaha untuk tetap tegar, ikhlas, dan rela hati menerima kenyataan hidup.

Hari rabu adalah hari yang ibu tunggu. Dihari itu ibuku akan bertemu dengan ibu guru di sekolah. Sejak pagi buta ibu telah mempersiapkan diri. segala sesuatu yang memungkinkan untuk dipakai dan dibawa telah ibu simpan berjajar diruang tamu. Ibu yang mulai menikah lagi sepeninggal ayah, kini terlihat lebih sibuk dengan suaminya yang baru. Jauh sebelum ibu memutuskan untuk menikah lagi, aku sudah berpesan, bahkan memberikan kode keras agar ibu tidak usah memiliki anak lagi. Dengan menyetujui persyaratan yang aku ajukan akhirnya aku pun memiliki ayah baru. Menurut kawan-kawan disekolahku, bahwa jika memiliki ayah tiri adalah petaka.

Namun bagiku apa hendak dikata, kalau memang jalan hidupku begitu ya aku jalani saja. Hal ini kulakukan juga demi ibu yang terlalu cape mengurusi aku dan kakakku yang selalu merepotkan ibu. Kupikir jika ibu memiliki pendamping, maka akan berkuranglah beban hidup, dan ibu pun dapat berbagi tanggung jawab dengan ayah baruku, meski dia bukanlah ayah kandungku. Semenjak aku duduk dibangku sekolah dasar kelas dua, aku sering melihat ibu tidak sendiri.

Ibu tampak bahagia dengan suami barunya meski aku merasa sakit. Karena seseorang yang ada disamping ibu bukanlah seseorang yang kurindu. Diam-diam aku menyelinap masuk kedalam rumah tatkala ibu berduaan dengan ayah tiriku. Seringkali perasaan kecewa muncul dalam hatiku. Terlebih lambat laun sikap ibu kepada kami berubah. Banyak hal yang harus aku terima sebagai kenyataan pahit jika ayah tiriku ada dirumah. Aku dan kakakku sering merasa kesepian didalam keramaian. Meski ibuku tepat berada disamping kami, yaitu aku dan kakakku tetapi kami merasa jauh.

Karena ibu lebih memperhatikan suami barunya. Dalam hati aku berdoa, “ya Allah, bahagiakanah ayah kami dialam sana, dan bukakanlah pintu hati ibu agar tetap menyayangi kami hingga kami tetap memiliki ibu dan tidak merasa sendiri”. Aamiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

yes, benar sekali...terimakasih yaa

01 Oct
Balas

Aamiin

01 Oct
Balas

Yakinlah semua akann indah pada akhirnya

01 Oct
Balas



search

New Post