Anni Manalu

Menjadi Oase dan Dian di salah satu sekolah YPKDon Bosco Medan Sumatera Utara Berasal dari keluarga Guru dan mendedikasikan hidupku sebagai Guru Saya b

Selengkapnya
Navigasi Web
SURAT CINTA BUAT NENEK

SURAT CINTA BUAT NENEK

Tagur ke-19. Aku senang rinduku terjawab walau hanya sesaat.

Malam ini aku terjaga dengan sentuhan lembut di pipiku yang putih, dan belaian kasih sayang di rambutku yang jikrak. Aku bergerak ke kiri dan ke kanan, tapi sentuhan itu semakin lama semakin membawaku dalam tidur dan bermimpi.

“Nenek, Nenek, garuk punggungku. Aihh gatal”

“Yang mana yang mau digaruk Ryu? Pasti nggak bersih mandinya kan.”

“Hmm mungkin. Tapi ini rasa gatalnya keterlaluan Nek. Nggak bisa tidur jadinya”

“Hmm iya sudah. Sini, Nenek garuk. Tidurlah supaya besok cepat bangun!”

“Iya Nek.”

“Ryuu, Ryuu, Ryuu, Bangun? Cepat! sudah pagi.”

Suara Ibu dari dapur. Hmm mungkin sudah beberapa kali memanggilku. Uhhh… badanku begitu berat dan malas bergerak. Aku masih rebahan, dan mencoba mengingat dan merasakan apa yang kualami sepanjang malam. Aku bermimpi. Iya mimpi yang seakan nyata dan terjadi. Nenek hadir dalam mimpiku. Aku sadar bahwa hatiku begitu merindukan Nenek, dan Nenek sudah menjawab kerinduanku walau hanya sesaat.

“Ryu? Bangun Ryu?” Suara Ibu makin kuat.

“Iyaaaa Buu?” Sahutku dari kamar dan segera beranjak ke luar.

Kakak dan Abangku sudah beres-beres untuk berangkat sekolah, begitu juga dengan Ibu. Kalau mereka berangkat? Berarti tinggal aku sendiri di rumah.

Pagi yang dingin, diiringi rintik-rintik hujan menambah tingkat kemalasanku untuk mandi. Sepi, senyap, dingin, tanpa teman. Akhh rasanya hidup sebatang kara. Aku kembali lagi ke kamar, dan rebahan lagi. Selimut tipis kubalutkan ke tubuhku, dan kedua tanganku kukepal menjadi bantal. Rasanya mulai hangat dan mata mulai merem.

Antara sadar dan tidak sadar, intuisiku berkata agar aku segera mandi supaya tidak terlambat sekolah. Dengan berat hati, karena mata yang mengantuk, aku pun bangun dan mandi.

“Sudah datang Ryu, apa kabarmu Nak?” Tanya Ibu wali kelas.

“Iya Buu” Jawabku pelan.

“Sudah, jangan bersedih lagi iya. Tetap berdoa, supaya arwah Nenek diterima disisi sang Maha Agung”

“Iya Bu,” Jawabku sambil tersenyum

“Baguslah. Ibu bangga denganmu Ryu, tetap semangat iya”

“Iya Buu”

“Sapaan Ibu wali kelas, membuatku merasa dicintai dan semangatku tumbuh lagi”.

Hari pertama masuk sekolah, Ibu wali kelas memberikan arahan, nasehat, motivasi agar kami lebih semangat belajar. Selain itu, kami juga memilih perangkat kelas mulai dari ketua kelas, wakil ketua kelas, petugas piket harian, dan petugas 5 K. Dan di dua les terakhir, Ibu wali kelas meminta kami membuat refleksi seputar pengalaman selama liburan.

Himbauan Ibu wali kelas membuat refleksi, mengingatkanku kepada Nenek. Dua minggu sudah Nenek pergi, tapi rasanya baru kemarin. Aku jadi sedih dan merindukan Nenek lagi. Dalam hatiku, “Aku menangis” karena kehilangannya.

“Anak-anak Ibu yang baik, kita bebas menuliskan apa saja. Apakah yang sifatnya menyenangkan atau tidak. Intinya masing-masing kita menuliskannya, sesuai dengan apa yang kita alami dan rasakan. Tuliskan tentang apa saja”

“Apa mengarang Buu?” Seru seorang temanku.

“Bukan Nak, tapi menuliskan sesuai dengan apa yang kita alami dan rasakan”

“Ohh, begitu” Jawab kami.

“Masih ada yang kurang paham?”

“Iya Bu. Apakah yang kita tuliskan itu puisi? Atau bentuk surat cinta?” Jawab temanku yang lain lagi.

“Hahaha. Surat Cinta?” Boleh-boleh saja. Bebas Nak. Bisa bentuk puisi, cerita, atau surat cinta. Kita bebas menuliskannya.”

“Ok Buu. Kami siap!” Kata ketua kelas sambil mengacungkan jempolnya.

“Baguslah. Waktunya 45 menit iya.”

Kami pun mulai sibuk berpikir dan mengingat-ingat kembali pengalaman selama libur. Sejenak aku melihat sekeliling, dan wajah teman-temanku rata-rata tersenyum gembira. Hmm “Liburan teman-temanku menyenangkan” pikirku.

Sepuluh menit berpikir dan memilih menuliskan tentang kepergian Nenek. Iya, menulis “Surat cintaku buat Nenek.”

“Selamat pagi Nek. Pagi ini Ryu berangkat ke sekolah tanpa dampingan Nenek. Ryu hampir terlambat, dan untunglah suara Nenek sepertinya memanggilku untuk segera bergegas mandi dan berangkat sekolah. Terimakasih iya Nek, di hari pertama masuk sekolah, Ryu tidak terlambat. Ryu tidak tahu bagaimana nantinya tanpa Nenek disampingku. Ryu berharap Nenek sudah bahagia di alam baka. Dan Ryu akan selalu mengenangmu Nek, karena Ryu sangat menyayangi Nenek.

Dariku: Ryu yang merindukan Nenek.

Saat Ibu wali kelas menyuruhku membacakan isi suratku, semua pada terharu dan menangis. Ibu wali kelas tersenyum dan mengusap rambutku “Anak yang Baik budi”. Dengan respon teman-teman dan Ibu wali kelas, aku pun terharu dan berlinang air mata.

Pulang sekolah, aku langsung ke rumah dan meletakkan surat cintaku di bawah photo bingkai Nenek. Aku hanya tersenyum memandangi wajah Nenek.

Di rumah terasa begitu sepi, kosong tanpa penghuni. Siap makan, aku bergegas lagi ke sekolah untuk belajar bermain trompet. Uhh, setelah kepergian Nenek, hari-hariku kuhabiskan di sekolah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post