Annisa Z.U.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Rupa ku

Rupa Ku

Aku kah ini ?, wanita berparas sederhana. Berjidat kecil, beralis tipis, berhidung pesek serta berpipi tembem. Ada satu bagian yang paling menarik perhatian orang dari dirik, ya hidungku. Bukan karena mancung atau bagus, justru karena sebailiknya. Aku memiliki hidung yang pesek. Banyak teman-temanku menjadikan hal itu sebagai bahan ledekan. Teman-teman memangilku dengan sebutan si pesek, atau sek.

Awalnya aku terganggu dengan panggilan tersebut. Aku malu, kok kekurangan seseorang dijadikan bahan untuk tertawa, pikirku. Namun seiring waktu aku mulai terbiasa, dan mulai menerimanya dengan hati yang lapang. Ya sudahlah pikirku, biar saja mereka memanggilku si pesek. Anggap saja itu bentuk perhatian mereka padaku.

Namun, akhir-akhir ini ada yang membuatku sedikit terhibur dan bangga mempunyai hidung yang pesek. Berkat meme-meme yang bertebaran di media sosial, yang mengatakan bahwa orang pesek itu lebih imut dari pada orang yang berhidung mancung. Seakan meme-meme tersebut mengangkat derajat para manusia berhidung pesek haha.

Berbicara tentang wajah, aku juga punya kisah lucu lain perihal pipi. Saat itu aku benar-benar dalam kondisi tembem maksimal. Ternyata hal itu menarik perhatian salah seorang muridku di sekolah. Murid yang dengan polosnya bertanya, “uztadzah lucu ya kayak anak-anak, pipi ustdzah besar dan hidung uztadzah kecil jadinya seperti tenggelam”. Mendapat pernyataan itu, aku rasanya pingin scout jump 1000 kali, jungkir balik 2000 kali atau push up sampai pingsan. Seakan langit tiba-tiba mendung, hujan turun, lalu banjir bandang meluluh lantakkan semuanya. “Tenang zu, tenang ! ini hanya pertanyaan polos dari bocah lucu yang ingin tahu dan tanpa bermaksud lebih dari itu”.

Baiklah, aku tarik nafas panjang, laluku lepaskan pelan-pelan. Rasanya ini seperti menjawab sebuah soal tersulit bahkan lebih sulit dari soal UN saat SMA dulu. Ku pasang wajah tersenyum, lalu kedekatkan wajahku ke telinga muridku, pelan aku bisikkan “nak, ini bukan pipi besar, pipi paus atau semacamnya, ini namanya tembem, kamu tau nak, hanya mereka yang beruntung saja yang memiliki pipi seperti ini”. Kataku, dan lalu menarik wajahku sambil tersenyum manis padanya.

Syukurnya, muridku ini tak memperpanjang tanya. Aku melihat wajah penuh percaya darinya. Ini pertanda dia tidak ada ragu pada apa yang aku sampaikan. Lalu berlalu pergi meninggalkanku. Aku memperhatikan langkah muridku. Aku sedikit merasa bersalah dengan penjelasanku padanya, ya Tuhan apa aku sudah menyesatkan salah satu hamba Mu ?. hanya kataku saja tembem ini anugerah bagi yang beruntung, tapi nyatanya terlalu tembem seakan musibah.

Namun, bagaimanapun rupaku, aku bahagia. Allaah menjadikanku dalam wujud tanpa kecacatan saja, adalah anugerah terbesar. Sama halnya seperti anugerah masih bernafas pada hari ini. Maka, senyumi saja dan syukuri untuk semua yang kita dapatkan. Karena pesek dan tembem tak malasah, asalkan masih tetap imut, hehe.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post