Menuju Xiamen-China
Selepas Magrib aku sudah berada di Bandara Soekarno Hatta, Berbaur dengan orang-orang yang lalu lalang dan sibuk dengan aktivitas mereka menjadikanku seperti orang asing yang tersesat di hutan, tidak tahu mau ke mana dan mau mengerjakan apa. Tak kusadari ternyata jarum jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, buru-buru aku mencari musala bandara untuk menunaikan ibadah salat Isya yang aku jamak dengan salat magrib. Melegakan dan menyegarkan, itulah perasaan yang saat ini aku rasakan. Di Terminal 2 aku pertama kali bertemu dengan Mas Guntur, “Mas Guntur ya?” tanyaku, “Iya Pak, saya Guntur, salam kenal Pak“ timpal beliau. “Iya Mas, salam kenal juga” balasku. Mas Guntur adalah seorang polisi, bertubuh tinggi, dan postur yang ideal sebagai seorang polisi. Tidak butuh waktu yang lama bagiku untuk mengenal Mas Guntur, tutur sapa dan suaranya yang lunak menjadikan sosok Mas Guntur sebagai seorang polisi yang jauh dari kesan “kasar”. Beberapa saat berlalu, teman-teman lain berdatangan. Dari tampilan dan postur mereka aku bisa menebak kalau mereka adalah para polisi, kami berjabatan tangan dan saling memperkenalkan diri, ada yang bernama Ardiles dari Lampung, Mas Alif dari Jawa Timur, Mas Adi dari Jakarta. Ada satu teman yang tampilannya terlihat berbeda, namanya Heru, orangnya tinggi, kurus, memakai kaos dan celana tiga perempat, tampilannya seperti orang mau kemping karena dia menyandang tas ransel besar seperti layaknya seorang backpacker. Aku memperkenalkan diri dan mencoba memulai untuk membuka pembicaraan dengannya, ternyata dia memang hobi melakukan perjalanan menjelajahi Indonesia seorang diri, dari ceritanya aku tau kalau ternyata dia baru saja balik dari Sumatera tepatnya Sumatera Utara melakukan jalan-jalan. Menunggu keberangkatan yang cukup lama menjadikan waktu terasa semakin lambat berputar. Di ruang tunggu ternyata kami sudah ditunggu oleh Mas Uwesh, beliau adalah polisi yang telah menjalani perkuliahan di Xiamen dan sedang menyusun skripsi S-1 Bahasa Mandarinnya. Sebagai senior tentunya teman-teman polisiku sudah kenal dan akrab dengan beliau, orangnya masih muda, ceria dan tidak kehabisan bahan kalau berbicara, ada-ada saja topik pembicaraan yang beliau utarakan. Akhirnya jam 00.45 dini hari, kami sudah bisa memasuki pesawat untuk melanjutkan perjalanan menuju Xiamen-China. Cukup melelahkan duduk lama di pesawat karena jarak tempuh dari Jakarta menuju Xiamen kurang lebih empat setengah jam. Mata yang tidak bisa kompromi untuk dipejamkan setiap saat melirik monitor TV yang menampilkan rute terbang pesawat dari Jakarta ke Xiamen. **
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wow, waktu menunggu yang asyik, karena bisa ngobrol. Sukses selalu dan barakallahu fiiik
makasi mbak...