Ermiyanto

Biasa dipanggil Mr.Anoto atau Laoshi Anto, aktifitas keseharian sebagai Guru di SMPN 2 Padang Panjang. "Pelajari apa aja selagi bisa" merupakan Moto hidup yang ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Nanputuo Kuil Indah di Sudut Kota Xiamen  China

Nanputuo Kuil Indah di Sudut Kota Xiamen China

“Tok,tok,tok,” terdengar suara ketukan pintu, hari masih pagi, perkiraanku masih sekitar jam setengah enam. Aku yang sedang memasukkan kain kotor ke dalam mesin cuci buru-buru ke ruang depan untuk membuka pintu.

Belum sempat pintu dibuka, terdengar ketukan lagi, “Yaa, sebentar!”. Aku membuka pintu, ternyata Mas alif sudah berdiri didepan pintu dengan berpakaian olahraga. Mau joging kemana Mas? ke Wanda kah? Tanyaku, “tidak Mas, ke Nanputuo yuk!! Ajak teman-teman lain,” kata Mas Alif  .

“Nanputuo? Dimana lokasinya Mas? Itu tempat apaan? Jauhkah dari kampus?” Aku yang baru pertama mendengar Nanputuo langsung melemparkan banyak pertanyaan ke Mas Alif. “Kata teman Thailand yang pernah kesana tempatnya indah dan tidak jauh dari sini kok,” jawab Mas Alif.

“Beres-bereslah biar saya bangunkan teman-teman lain dulu, nanti kita bareng-bareng ke sananya,” ujar Mas Alif. Aku langsung meng iya kan saja perkataan Mas Alif.

Pintu kembali kututup, dan aku beranjak kembali ke ruang belakang untuk menyelesaikan cucian. Karena rasa penasaran, aku iseng-iseng browsing diinternet, tentunya aku mesti mengkatifkan PVN dulu agar bisa browsing dengan leluasa. Aku mengetik kata “Nanputuo”.

Dari hasil pencarian di internet aku dapat informasi bahwa Kuil Nanputuo adalah kuil Buddhis yang terletak di Kota Xiamen, Fujian. Kuil ini berdekatan dengan dengan Universitas Xiamen.

Pada awalnya Kuil Nanputuo dibangun oleh Biksu Qinghao antara zaman Dinasti Tang dan Lima Dinasti. Kuil ini lalu diperluas pada periode Dinasti Song, namun hancur pada periode Yuan. Pada zaman Ming, kuil ini dibangun lagi, namun berkali-kali hancur akibat peperangan.

Saat pemerintahan Kaisar Yongzheng (1723-1735), kuil ini dikepalai oleh biksu Jingfeng. Jingfeng berkontribusi dalam pembangunan kembali Kuil Putuo. Jingfeng merupakan murid dari Xingmi, pengikut Sekte Linji dari Kuil Nanshan Zhangzhou. Kuil Putuo menjadi pusat Sekte Linji. Pengikut sekte Linji berkembang di dalam masyarakat Minnan, yang kemudian menyebar ke berbagai negara.

Tahun 1833, pada masa pemerintahan Kaisar Daoguang, salah seorang murid Jingfeng membantu memperluas kuil. Kuil ini secara bertahap diperluas oleh kepala kuil pada tahun 1895. Kuil Nanputuo yang sekarang ini mencerminkan arsitektur Minnan yang dibangun pada zaman Dinasti Qing.

Beberapa menit kemudian Mas Alif datang lagi, katanya pergi ke Nanputuonya abis Zhuhur saja karena teman-teman lain masih mau melanjutkan tidarnya.

Waktu menunjukkan jam setengah dua siang. Aku, Mas Alif, Endar, dan Irsyad sudah siap untuk berangkat, Mas Alif masih berpakaian olahraga, Aku juga memakai pakaian olahraga, sepatu sport dan mempersiapkan air minum serta handuk kecil, menyesuaikan dengan Mas Alif, Endar dan Irsyad, karena nanti kami akan sedikit menguras tenaga dan bermandikan keringat untuk mendaki dan menuruni perbukitan yang ada di belakang Kuil.

Bus berhenti tepat di samping gerbang kuil Nanputuo, kami bersegera turun. Mata langsung disuguhi indah dan eloknya  danau di depan kuil yang dipenuhi bunga teratai air. Tamannya yang teduh merupakan tempat lain yang menyenangkan untuk bersantai.

Tertegun beberapa saat melihat dan menikmati pemandang yang belum pernah kami lihat sebelumnya, angin semilir, pinggir danau dipenuhi pengunjung yang sedang duduk-duduk, para biksu lalu lalang dengan langkah yang tenang, ditangan para biksu terlihat untaian tasbih,  rata-rata Biksu disini memakai kain jubah berwarna kuning .

Kuil yang luas dengan arsitektur yang indah membawaku seolah-olah sedang berada disebuah zaman kerajaan, mataku liar melihat kesana kemari detail dekorasi kuil yang menurutku sangat indah dan sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.

Sampai di dalam kuil aku menengadahkan kepala melihat keatap kuil. atap berdekorasi rumit, dinding kuil  menampilkan dekorasi berupa bunga aneka warna, hewan legenda, dan patung manusia. Di dalam kuil banyak terdapat patung-patung dengan ukuran lumayan besar.  Ada patung emas Guanyin di dalam Ruang Welas Asih Yang Agung. Patung ini menampilkan puluhan tangan yang terbentang, dengan sebuah mata kecil dipahat di setiap tangan.

Di ruang Devajara, kami melihat patung Maitreya Buddha, yang digambarkan dengan senyum lebar yang khas dan perut buncit. Ada patung Wei Tuo di balik Maitreya Buddha. Wei Tuo bertanggung jawab melindungi ajaran Buddha dan digambarkan memegang sebuah tongkat yang diarahkan ke tanah, sebuah tanda bahwa kuil ini makmur dan dapat menyediakan makanan serta penginapan bagi para biarawan yang mengembara.

Kami sampai di belakang kuil. Banyak anak tangga yang terdapat di sana. Dari informasi yang aku peroleh puncak gunung yang berada di belakang kuil ini bernama Gunung Wulao, memiliki tinggi sekitar 190 meter.

Jalan setapak di hutan ini akan membawa kita melintasi gua dan formasi batu yang menawan. Dari puncaknya, kita bisa nikmati pemandangan mengagumkan ke kuil di bawahnya serta ke Pulau Jinmen di seberang laut.

Banyak pengunjung yang sedang menaiki anak tangga, kamipun bersegera menaiki anak tangga menuju keatas bukit. Berpapasan dengan pengunjung yang sudah duluan mendaki, para pengunjung berasal dari berbagai usia, tidak hanya para remaja dan anak muda, tapi juga orang-orang yang sudah lanjut usia.

Butuh perjuangan menuju puncak bukit, untungnya ada tempat-tempat pemberhentian, sejenak kami bisa melepas lelah di tempat tersebut. Di sekitar bukit kami jumpai banyak batu-batu besar teronggok indah seolah-olah ditata oleh tangan-tangan para arsitek.

Akhirnya kami sampai juga di atas bukit, di atas terdapat beberapa kuil kecil yang bisa dijadikan tempat untuk duduk beristirahat melepas lelah. Dari atas bukit kita bisa melihat pemandangan kota Xiamen.

Waktu yang tepat dan pemandangan yang indah, kami merasa beruntung karena dari atas bukit kami bisa melihat langsung indahnya langit senja, ditepi langit ada Matahari yang sedang beranjak pergi menuju peraduannya. Sunset yang indah itu menjadi objek bidikan kamera dari orang-orang yang ternyata sudah dari sore tadi menantikannya. Kamipun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, kami mengambil foto-foto dari sudut dan tempat-tempat yang berbeda.

Matahari sudah tenggelam, satu persatu pengunjung juga sudah menuruni bukit, kami juga bersegera turun. Menuruni anak tangga dengan jumlah yang banyak tidak sesusah ketika mendaki, tidak berapa lama akhirnya kami sampai di bawah dan beranjak meninggalkan kuil Nanputuo yang ternyata makin cantik disaat malam tiba.

Keluar dari area kuil, aku dan teman-teman tidak langsung kembali ke asrama, tapi Mas Alif mengajak kami ke sebuah pemukiman penduduk yang tidak jauh dari kuil, tidak memakan waktu lama kami sampai di tempat yang ditunjukkan Mas Alif.

Tepat di pinggir jalan raya, terdapat jalan menurun dengan perumahan penduduk di samping kiri kanannya, di depan gerbang jalan terlihat patung kucing yang lumayan besar, seolah-olah sedang duduk menunggu orang-orang yang datang berkunjung, banyak terdapat kedai-kedai kecil yang menyatu dengan rumah penduduk, kedai-kedai tersebut menjual bermacam ragam souvenir dengan bertemakan kucing, ada mainan tas, gantungan kunci, hiasan dinding kulkas, ada boneka kucing, lukisan, dan ragam lainnya yang unik dan menarik.

Ternyata perkampungan ini sangat diminati pengunjung, karena sudut-sudutnya yang indah dan bagus untuk tempat berfoto, selain itu pengunjung juga bisa membeli barang-barang yang bertemakan kucing dengan harga yang lumayan murah.

Tiba-tiba perutku merasa sangat lapar, karena keasyikan menikmati indahnya kuil aku dan teman-teman tidak makan apapun kecuali minum dan menikmati sedikit cemilan ringan. Waktunya bagi kami untuk mencari tempat makan.

Tibalah kami di sebuah jalan dimana terdapat beberapa restoran yang berjejer di sisi jalan. Kami berhenti di depan sebuah restoran Korea dan memutuskan untuk mecobanya. Kami memilih duduk di meja yang berada di luar restoran, memesan makanan sambil menikmati suasana malam. Lalu lalang orang-orang menjadikan tempat ini tidak pernah sepi. Sungguh sebuah perjalanan yang menurutku sangat-sangat mengesankan.

*****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow...ini mah udah penulis beneran. Tulisan yg bagus. Ditunggu cerita wisata lainnya hingga menjadi sebuah buku pak. Salam literasi.

13 Jan
Balas

Spesialis traveler story ini...di buku nggak ada gambarnya Pak...

14 Jan
Balas



search

New Post