Anto Santosa

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

"AKU BINGUNG, APAKAH ANDA JUGA?”

Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Pengembangan diri tiap individu manusia banyak yang disebabkan oleh akses informasi. Dalam hal ini informasi berfungsi sebagai dasar dan pemandu untuk melakukan sesuatu. Informasi membuat kita tahu selanjutnya dari informasi kadang kita dapat memutuskan sesuatu.

Kebijakan pemerintah akan berhasil diperlukan distribusi informasi yang merata, lengkap, dan komprehensif. Seperti halnya sebuah tindakan menyebarkan informasi atau sosialisasi juga mengalami banyak kendala. Kebijakan yang membutuhkan dukungan banyak pihak dan butuh ditindaklanjuti oleh semua orang, berhadapan dengan ketidakmerataan informasi. Kenapa? Sebab yang menerima sosialisasi tidak mungkin semuanya terlibat. Biasanya hanya “perwakilan” seperti kepala bidang atau kalau kebijakan pendidikan, misalnya, adalah kepala sekolah.

Distribusi informasi tidak langsung disampaikan tetapi lewat perantara. Sedangkan saat kegiatan sosialisasi, interaksi antara petugas sosialisasi dan penerima pesan sosialisasi juga perlu dilihat. Apakah penyampai pesan melakukan sosialisasi dengan baik, dan apakah yang menerima pesan juga mampu menyerap informasi dengan baik. Pertanyaannya, bagi pihak yang paling penting untuk melaksanakan kegiatan (eksekutor), apakah sosialisasi itu segera disampaikan pada level paling bawah? Apakah sosialisasinya mudah dimengerti dan yang disosialisasi juga paham secara jelas.

Itu hanyalah contoh tentang bagaimana distribusi informasi berhadapan dengan pemahaman tiap orang. Ini adalah peristiwa komunikasi. Banyak kasus lain yang bisa dijadikan contoh. Ada kalanya kita juga harus memikirkan bagaimana pihak yang menerima informasi. Apakah mereka paham atau tidak. Selain itu, di tengah “banjir bah informasi” yang sekarang ini muncul, perlu juga melihat bagaimanakah kemampuan orang menerima dan memilih informasi. Serta kemampuan menilai informasi yang tak juga kalah penting.

Dalam distribusi pemahaman, setiap manusia memiliki hal yang berbeda dalam memahami segala sesuatu. Ada sebuah informasi yang diterima mentah-mentah ada pula yang menerima dengan menggunakan ‘filter’ yang terskema literaturnya. Memang tidak ada norma yang mengikat apa yang harus kita lakukan setelah menerima sebuah informasi. Secara ekstrim ada orang yang langsung menanggapai sebuah informasi secara mentah dan membabi buta memberikan respon yang ekstrim pula.

Beberapa tindakan reflektif dari orang yang menerima informasi dapat dipastikan dimunculkan karena pemahaman subyektif individu. Informasi diterima dari ‘hearing skill’ seseorang yang berbeda. Keterbatasan literatur atau mungkin yang mendasar adalah pemahaman kosakata dan kalimat yang masih minim. Tidak adanya konfirmasi suatu informasi bagi penerima informasi sangatlah meyakinkan memunculkan sentimen subyektif penerima informasi.

Yang tidak boleh diabaikan yaitu adanya proporsi tindakan reflektif tadi, yang membutuhkan intuisi seseorang untuk memformulasi informasi menjadi sebuah ekseptasi positif seseorang dalam memahami suatu informasi. Karena tetap kemampuan menyerap informasi dan pengolahan informasi ada pada manajemen pribadi penerima informasi, ini menjadi ranah pribadi.

Penerimaan suatu informasi yang bersifat persuasif lebih rentan diterima bagi individu jika dibandingkan dengan informasi argumentasi. Kedua informasi di depan masing-masing mempunyai keistimewaan. Informasi persuasif dapat langsung dicerna karena menjadi implementasi cara berfikir seseorang untuk dipengaruhi. Argumen lebih sulit diterima karena membutuhkan penjabaran bahkan terkadang menimbulkan perdebatan.

Sebelum ada kemajuan teknologi informasi dewasa ini, kita sudah mengenal berbagai karakter orang yang berkaitan dengan tindakan menyimak informasi. Karakter tersebut antara lain: ‘kibir’, ‘tumbak cucukan’, ‘jolobos’, ‘pembuka aib’, dan sebagainya dalam istilah Jawa. Karakter tersebut sangat menentukan bagi penerima dan pemahaman informasi.

Perbedaan kualitas pemahaman individu menjadi bagian yang sulit untuk dikupas penyebab pastinya. Tetapi hipotesis yang paling tepat untuk menyatakan hal tersebut adalah kurangnya literatur seseorang dalam penguasaan permasalahan yang membutuhkan pemahaman. Hal ini barangkali masuk pada ranah psikologi komunikasi karena akan berkaitan dengan bagaimana orang merasa, mengetahui, dan terdorong untuk melakukan sesuatu.***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

"Hipotesis yang paling tepat untuk menyatakan hal tersebut adalah kurangnya literatur seseorang dalam penguasaan permasalahan yang membutuhkan pemahaman." Mantap Pak Anto

31 May
Balas

Masih tahap belajar Pak Yudha mohon masukannya

31 May



search

New Post