ANTRIYANI

Setitik semangat dan sedikit nekat adalah dua hal yang menjadi modal saya untuk menulis. Mungkin agak sedikit menyimpang dari teori-teori tentang menulis yang b...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEMAKIN JATUH CINTA KETIKA PANDEMI
Ilustrasi Dok. MediaGuru

SEMAKIN JATUH CINTA KETIKA PANDEMI

SEMAKIN JATUH CINTA KETIKA PANDEMI

Oleh: Antriyani

#Tulisan ke-782

Menulis buat saya bukan sekadar menyalurkan hobi dan kebiasaan, tetapi juga sebagai pelampiasan rasa, emosi, hasrat, dan tantangan. Tak bisa dimungkiri bahwa efek dari rutinitas tersebut membawa banyak perubahan pada diri saya dan lingkungan sosial yang ada di sekitar saya.

Ibarat menapaki ratusan anak tangga, menulis yang merupakan salah satu aktivitas literasi selain membaca membutuhkan proses sehingga saya berada pada level produktif. Saya menyebut demikian karena rutinitas menulis yang saya lakukan benar-benar nyata.

Kebiasaan menulis saya lakukan dari semenjak duduk di bangku sekolah. Menulis di buku harian ketika itu merupakan isi curahan hati yang sebenarnya tak bisa saya ceritakan pada orang lain. Saya adalah pribadi yang tertutup. Satu-satunya medianya adalah buku harian yang menurut saya mau menerima apa pun yang menjadi keluh kesah keseharian. Curahan hati yang saya tulis berupa puisi dan cerita mini. Jadilah saat itu, buku harian saya menjadi semacam antologi karya sederhana.

Kebiasaan itu berlangsung bertahun-tahun. Tak terasa puluhan puisi dan cerita mini berhasil saya tulis dan tersimpan rapi di dalam beberapa buku harian. Ketika itu, saya merasa asyik saja menulis seakan uneg-uneg dan beban hati tersampaikan dengan baik. Seiring berjalannya waktu kebiasaan saya menulis sempat terjeda karena beberapa kesibukan yang tak bisa dihindari. Namun, saya masih bersyukur beberapa tahun kemudian tiga buku kumpulan puisi saya berhasil terbit. Di antaranya; Jejak-jejak Reinkarnasi (dalam) Candu Rindu (2019), Seikat Senyum Merah (2020), Katakan Saja (pada) Cempaka Putih (2020).

Kondisi menjadi berubah ketika pandemi memaksa semua orang untuk mengurung diri di rumah. Semangat untuk mengisi waktu dengan kegiatan literasi bangkit lagi. Ya, menulis menjadi pilihan saya untuk membunuh waktu selama di rumah tanpa tahu kapan pandemi akan berakhir. Pandemi seakan membuat saya lebih jatuh cinta lagi pada menulis.

Atas saran seorang teman, saya bergabung di Gurusiana, satu-satunya blog menulis terbesar di negeri ini. Saya sangat bersyukur karena Gurusiana tak melulu sebagai media kreativitas guru dalam berliterasi, namun juga sebagai media penyimpan tulisan-tulisan saya. Saya tidak membutuhkan buku harian lagi sebagai media menulis.

Demi mengisi waktu pula, saya mengikuti beberapa webinar dan kelas menulis yang diadakan oleh Media Guru. Kelas Sagusabu Tebing Tinggi 3 dan Kelas Menulis Novel 4 adalah kelas pelatihan menulis yang pernah saya ikuti. Dari pelatihan tersebut, novel pertama saya yang bertajuk Kembang Kertas itu Aku berhasil diterbitkan oleh Pustaka Media Guru. Gurusiana dan Media Guru benar-benar bisa menjadi media yang saya butuhkan. Menyimpan, memosting, sekaligus menerbitkan tulisan menjadi sebuah buku. Dan, yang paling penting, saya memperoleh banyak ilmu dan pengetahuan tentang menulis setelah mengikuti beberapa webinar dan kelas menulis.

Hingga saat ini, saya masih tetap menulis dan memosting tulisan-tulisan saya di blog Gurusiana. Dua putaran Tantangan Menulis 365 tanpa jeda berhasil saya taklukkan dengan baik. Saya juga tetap aktif mengikuti kegiatan menulis bersama penulis-penulis hebat di seluruh Indonesia, di antaranya program antologi NoBaper dan lomba menulis antologi Media Guru yang diadakan setiap bulan. Delapan kali saya memenangkan lomba antologi Media Guru tersebut. Dari program-program tersebut, puluhan buku antologi menjadi koleksi pribadi yang sangat membanggakan. Kegiatan ini sudah barang tentu memberikan dampak positif. Saya bisa bersilaturahmi dengan penulis-penulis lain dan sekaligus membaca karya-karyanya. Tiga puluh judul buku antologi telah menjadi koleksi saya sejak 2020 hingga sekarang.

Jejak literasi menulis saya memang tidak sehebat penulis-penulis lain. Namun, saya tetap bersyukur dengan apa yang telah saya peroleh hingga detik ini. Dari menulis, saya mendapatkan banyak hal baru. Mulai dari teman baru, keluarga baru, asupan ilmu, dan tentunya karya.(*)

****

SumberGading, 9 Oktober 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi!

09 Oct
Balas

Trimakasih byk Pak Dede. Salam sehat

10 Oct



search

New Post