Alangkah bangganya apabila saat siswa kita mengikuti even atau perlombaan berhasil meraih kejuaraan. Saya sangat terharu ketika mengantar siswa mengikuti lomba Olimpiade mata pelajaran di sebuah sekolah lanjutan, tidak jauh dari lokasi sekolah saya, levelnya sudah tingkat kabupaten. Pesertanya sekitar 50-an di tiap mata pelajaran. Pesan WhatssAp nya masih saya simpan hingga saat ini. Kalimatnya masih saya ingat ... Pak Anwar saya Juara 1. Sambil menulis inipun perasaanku masih "deg" dan terharu (Ingat momen itu). Terima kasih Rani, selamat atas prestasimu, kalimat itu yang kukirimkan ke Rani (siswa yang meraih juara 1). Apa artinya? Itu promosi, siangnya berita itu sudah tersebar melalui grup-grup WhatssAp siswa perkelas, sudah terpasang di status-status warga sekolah. Itulah publikasi. 

Dikesempatan yang lain, tim Pramuka mengikuti lomba GSC tingkat provinsi di sekolah lanjutan di sisi timur kabupaten Magetan. Setelah berminggu-minggu latihan. Saat latihanpun itu sudah promosi, karena latihannya luar biasa. Berdarah-darah. Sampai sore. Setiap hari. Semua warga sekolah tahu. Semua warga sekolah membicarakan kemauan, motivasi dan kesungguhan mereka untuk meraih prestasi. Biaya? Pasti ada. Dan itu konsekuensi logis bagi setiap kegiatan yang akan diikuti. Hasilnya? Wow... Luar biasa. Hampir semua cabang lomba yang diikuti di GSC, memperoleh kejuaraan. Sekali lagi, itu bermanfaat bagi promosi dan publikasi.

Ketika kita mengajar di kelas dengan sungguh-sungguh. Atau sebaliknya dengan seenaknya meninggalkan kelas sehingga kelas  menjadi "jam kosong" (anak-anak memberi sebutkan jamkos). Itu juga promosi dan publikasi. Apapun yang kita lakukan di sekolah, karena obyek kita adalah siswa, pasti mereka akan menceritakan kepada siapa saja. Di jalan ketika pulang, di rumah ketika bercengkerama dengan keluarga Atau bahkan ketika nongkrong bersama teman-teman sebayanya saat sore hari. 

Sekali lagi, promosi dan publikasi tidak dapat dihentikan. Bahkan dengan leluasanya melalui media sosial kita dengan mudah melakukannya. Demikian mudahnya, sehingga berita bagus dan sebaliknya berita yang tidak bagus, bisa menjadi santapan publik tanpa kita bisa menyaringnya. Ketika kepercayaan masyarakat sudah diperoleh, ada satu hal sangat berat untuk kita lakukan, yaitu mempertahankan kepercayaan tersebut. Ketika kita sudah merasakan "jerih payah dahulu akan menjadi cerita yang manis saat kita berhasil meraihnya", tugas yang berat untuk menjaganya. Supaya kepercayaan tetap terjaga.

Apa yang kita lakukan. Sebenarnya tidak akan jauh dari tugas kita sehari-hari. Sebagai tenaga pendidik, tetap melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik minimal mencapai standar, tetapi upayakan ada inovasi-inovasi pembelajaran, sehingga siswa menjadi senang di kelas, ceria ketika menerima pelajaran. Guru selalu meng-up date kompetensinya, dengan selalu belajar. Dari segala sumber. Dari lingkungan, dari teman seprofesi, dari tetannga saat ngobrol sore, dari televisi, dari internet, dari Tik Tok, dari perpustakaan sekolah, dan masih banyak sumber yang lain. Karena dunia ini adalah sumber ilmu pengetahuan yang tanpa batas, tanpa judul sampul dan tanpa halaman. Sebagai tenaga kependidikan juga selalu meng-up date kompetensi diri, melaksanakan tugas minimal sesuai standar. Bekerja tanpa disuruh, disiplin tanpa diawasi. 

Memberi kesempata terbuka kepada siswa untuk mengikuti lomba. Itu juga promosi dan publikasi. Semakin sering, semakin banyak partisipasi, akan semakin besar peluang untuk berprestasi. Bagaikan menebar jala untuk mendapat ikan. Semakin lebar jala yang ditebar, semakin besar kemungkinan akan mendapat ikan. Tentu ada konsekuensi biaya dibaliknya. Itu semua akan menunjukkan kinerja kita, menunjukkan eksistensi kita sebagai lembaga.  Semoga kepercayaan ini tetap terjaga. Terima kasih kepada semuanya yang telah memberikan kepercayaan kepada SMP Negeri 1 Sukomoro. Semua itu adalah amanah. Semoga dalam mengemban amanah ini menjadikan ibadah yang mendapat balasan dari Allah SWT. Amin. (Anwar, 14 Maret 2023, 13:23 WIB)