Mungkin corona hanya ada di dunia maya saja. Buktinya, jalan-jalan masih penuh lalu lalang kendaraan. Orang masih melakukan aktivitas seperti biasa. Kantor tetap melayani masyarakat. Antrean berjubel di kantor kepolisian untuk mengurus SIM juga tak sepi. Tetap penuh.

Sehari sebelum seluruh sekolah ditutup, aku, suami, dan anak-anak bersepeda motor mengelilingi Bojonegoro pinggiran. Kak Fiqi menyebutnya bertualang ke desa. Dia sangat suka. Kami melewati hamparan sawah yang menguning, siap dipanen. Beberapa petak bahkan sudah dipanen. Melihat petani-petani yang damai, rasanya lupa bahwa negeri ini sedang dihantam corona. Mungkin mereka bahkan tak mengenal apa itu corona. Yang mereka tahu hanya bekerja, merawat sawah, atau besok makan apa. Tak ada raut panik dari wajahnya.

Aku iri dengan para petani, bisa tetap tenang dan damai. Entah bagaimana rasanya kalau mereka dilarang bekerja. Siapa yang akan mengurus sawahnya. Ah, tapi jika menyangkut nyawa orang banyak. Memang sebaiknya menuruti anjuran.

Tak hanya anjuran pemerintah atau WHO, tapi juga anjuran Nabi. Bagi ummat muslim, lockdown ini adalah bentuk menetapi sunnah nabi. Terbukti lockdown berhasil mengurangi jumlah kasus baru. Seperti api yang langsung padam karena kehabisan bahan bakar.

Mungkin corona hanya ada di dunia maya. Buktinya banyak orang tetap santai berlalu lalang di tempat umum. Setiap buka media sosial atau menonton televisi, ketakutan dan panik mulai muncul. Namun, saat berada di dunia nyata, sebaliknya. Semua berjalan seperti biasa.

Semoga kita selalu dilindungi Allah SWT. AAMIIN

Bojonegoro, 17 Maret 2020