Aprilia Susanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

LENS SHIFTING PERAN PEREMPUAN Tantangan Hari Ke 25

Jamak terdengar istilah seperti "di balik lelaki yang hebat, ada wanita yang hebat" di kalangan masyarakat. Jargon ini biasa ditujukan untuk memberikan apresiasi dan lens shifting dari dominasi lelaki pada peran perempuan. Pandangan bahwa lelaki hebat karena ia sendiri mulai terkikis dengan berterimanya jargon sosial itu. Masyarakat mulai percaya bahwa peran perempuan adalah vital. Tak bisa dilihat sebelah mata lagi.

Namun demikian, hal ini menunjukkan subordinasi pengakuan dan akses perempuan pada ranah di luar 'rumah'. Sederhananya begini. Coba jargon itu kita balik menjadi "di balik wanita hebat, ada lelaki hebat".

How does it sound? Bagaimana menurut Anda?

Rasanya berbeda. Ada pengakuan dan agency terhadap peran perempuan di luar 'rumah'. Perempuan ditempatkan menjadi central of discussion.

Faktanya, di struktur sosial masyarakat, perempuan masih subordinat. Semua bergantung sosok lain yang mendominasi. Jika ia seorang anak, orang tua menjadi the ones in power. Jika ia seorang istri, suami menjadi penentu masa depan (apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan).

Seorang istri yang diperbolehkan mengejar impiannya, bekerja sesuka hatinya, atau boleh memilih di rumah, tak lepas dari izin suaminya. Jika kita menemui seorang wanita yang menyandang status profesor, dipastikan bahwa suaminya memiliki hati yang luas dan sangat supportif. Contohnya menteri luar negeri Indonesia, ibu Retno Marsudi konon suaminya menjabat sebagai seorang ketua RT. Entah apa pekerjaannya. Di sini, kita melihat akses bu Retno pada karir sangat luas. Bayangkan jika suaminya ingin bu Retno menjadi ibu rumah tangga sejak dulu. Mungkin saat ini Indonesia tidak jadi anggota tidak tetap dewan keamanan PBB.

Tengok saja perempuan hebat di sekitar Anda. Ia pasti memiliki suami yang mengerti dan mendukung istrinya. Izin suami tak lepas dari hidupnya. Bahkan untuk menjadi seorang ibu rumah tangga pun, perempuan harus melalui diskusi dengan suaminya.

Contoh lain adalah pada akses pendidikan. Seorang perempuan yang sudah menikah dan dikaruniai anak akan mendapat banyak tantangan untuk sekolah tinggi di luar negeri. Pertanyaan seputar kerumah-tanggaan tak lepas dari pertimbangan. Apakah suami akan ikut? Bagaimana dengan nasib anaknya? Bagaimana kalau harus LDR?

Berbeda jika suami yang harus sekolah di luar negeri. Kemungkinan besar, istri akan diajak beserta anaknya. Walaupun ada juga yang tidak. Tetapi, sang suami akan lebih punya privilege terhadap akses di luar 'rumah'.

Inilah contoh bagaimana struktur sosial memengaruhi praktik sosial dan berbagai atribusinya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post