Aprilia Susanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MEMELUK HUJAN Tantangan Hari Ke 12

MEMELUK HUJAN Tantangan Hari Ke 12

Dinginnya air hujan menyergap senja yang turun beriringan. Pekat mulai memadamkan hingar bingar di sekitar gedung kampusku. Satu per satu mahasiswa pascasarjana meninggalkan area.

Aku masih duduk serius di bangku depan perpustakaan kampus. Masih ada sekitar 20 orang di sini, termasuk para petugas.

Gedung baru ini memang keren. Perpustakaan jadi terasa luas dan terang. Nyaman untuk mengerjakan proposal tesisku. Ya, aku harus membuat semua dari awal. Mulai bab 1. Padahal aku telah ujian proposal pada bulan Oktober tahun lalu.

Kenapa??

Itulah pertanyaan yang otomatis muncul oleh orang yang mendengar. Aku sungguh lelah bercerita kronologi dan sebabnya. Sangat lelah. Aku hanya meminta doa mereka saja.

Banyak waktu aku merasa sangat malas, blank, atau bingung. Aku sering menumpahkan kebingungan dan kegelisahanku pada dosen pembimbingku, Bu Tiwi. Beruntung beliau sangat pengertian dan bijak. Jika sudah senggang beliau selalu menyempatkan membalas chatku.

Alhamdulillah.

Walaupun berat, sangat berat untuk memulai semua dari awal, aku harus bertahan. Aku memaksakan duduk di bangku ini. Sebingung-bingungnya aku, laptop harus tetap terbuka. Walaupun aku blank dan bosan, aku harus melanjutkan semua ini. Ya, aku sangat bosan duduk membaca dan menulis dari pagi sampai masuk waktu Magrib. Sangat bosan.

But, I have to move on.

Walaupun tertatih memulai dari awal, aku tak boleh berhenti. Berhenti berarti menyerah. Menyerah artinya KALAH.

I have to move on.

Aku pasti bisa. Harus bisa. Bagaimanapun keadaannya, aku harus tetap di sini. Walaupun hanya dapat beberapa halaman saja, tak apa. Itu jauhhh lebih baik daripada memilih berhenti. Aku yakin, semua ini akan berakhir indah. Insyaallah.

I have to finish what I had started back then.

Setelah shalat Magrib di musala lantai 1, aku kembali ke perpustakaan. Aku mengemas seluruh barangku. Waktunya pulang. Perpustakaan tutup pukul tujuh malam. Aku tak ingin pulang terakhir.

Tetes air hujan terlihat berkilau di balik jendela kaca itu. Hujan sepertinya belum mau beranjak dari sini. Turun ke lantai satu, suasana terasa lain. Semua kelas gelap. Hanya ada beberapa lampu yang menyala. Aku menuju ke lahan parkir.

Hujan tak begitu deras, tapi tanpa jas hujan, aku bisa basah kuyup. Jadi kuambil jas kelelawar dari balik jok motorku. Sepatu kuletakkan di dalam jok. Aku memakai sandal yang kubawa dari rumah.

Selama perjalanan, air hujan yang dingin dan angin yang menerpa membuatku menggigil. Suamiku mengingatkan untuk berdoa saat hujan. Insyaallah makbul.

Aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu. Di atas motor, kurapal doa sebanyak-banyaknya. Kulantunkan istighfar dan shalawat. Sembari kubaca doa-doa.

Beruntung, malam itu tak begitu macet. Padahal sebelumnya aku mengira akan sangat macet di jalanan waktu pulang kerja seperti ini. Biasanya di daerah HR. Muhammad dan lainnya. Alhamdulillah semua lancar. Bahkan aku menemui beberapa lampu hijau di traffic light. Alhamdulillah.

No matter how hard this is, I NEVER STOP.

No matter how exhausted it is, I NEVER STOP.

No matter how long it is, I JUST DON'T STOP.

Bojonegoro, 26 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post