"Ini tolong dibuat SPJ nya karena mau dilaporkan, " ujar Pak Biru memberi perintah Dina bendahara sekolah. Dina hanya bisa diam dan bingung harus berbuat apa atas perintah atasannya. Jujur Dina bingung harus bagaimana membuat laporan yang sebenarnya tidak ada. Ada rasa takut yang sulit dijelaskan tentang kesalahan yang disengaja dilakukan. Meminta mundur tidak pernah disetujui bahkan diancam akan dimutasi. Tapi secara sistem apa yang dilakukannya asal sesuai juknis maka tidak ada Sanksi. Demi cuan apa pun dilakukan meskipun ia juga senang saat mendapat tips dari pekerjaannya. Kehidupannya mulai meningkat lebih dari cukup secara ekonomi. Tapi, anehnya apa yang didapati terkadang tidak tahu kemananya. Hilang tidak berbekas meskipun di rumah barang yang dibelikan banyak tapi tidak dibutuhkan hanya sekadar ingin saja.

"Hahaha, rasakan akibat dari perbuatannya kamu akan busuk dalam bui, " ujar rekan-rekannya yang sudah mengingatkan akibat perbuatan yang dilakukannya. Makanya jangan rakus dan serakah rasakan akibatnya. Dina hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang malang akibat perbuatannya sendiri terjebak dalan lingkaran korupsi tanpa sengaja. Padahal itu sudah sesuai tapi mungkin ini cara Tuhan menegurnya. Akhirnya dia hanya bisa pasrah dan menangis melihat tertawa bahak rekan-rekannya. Ia pun terjatuh dari tempat tidur dan terasa sakit semua tubuh saat tersadar ia berucap syukur bahwa barusan hanya mimpi yang nyata. Apakah ini tanda-tanda bahwa ia harus mengakhiri masa jabatan sebagai bendahara.

Pak Biru marah atas pengunduran diri Dina dan berjanji akan memindahkan dirinya. Ia pun pasrah dengan keputusan pimpinannya. Selama ia masih bekerja maka akan tetap melakukan yang terbaik sampai ada keputusan untuknya. Tuhan pasti punya rencana dan ia pun hidup semakin tenang tidak dikejar bayang-bayang kesalahan. Meskipun suasana kerja tidak nyaman tapi harus dikuat-kuatkan.