Manusia terkadang tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya dapat membuat orang lain terzalimi. Ada kalanya yang melakukannya mengatakan bahwa itu bukan sebuah kezaliman tapi itu adalah sebuah aturan yang harus diikuti yang harus ditaati dan tidak ada tawar-menawar. Demi sebuah kedisiplinan demi sebuah kemajuan. Tapi, manusia lupa dengan aturan Tuhan yang sangat fleksibel yang selalu dan dapat dijalankan oleh manusia semampunya dan tidak ada paksaan. Kan aturan tersebut sakadangkalanya dilanggar dengan tanpa merasa bersalah bahkan tanpa merasa berdosa dengan alasan banyak pekerjaan sehingga tidak sempat. Coba bayangkan ketika seorang pemimpin menerapkan sebuah aturan dengan bijak. Ah tidak semua pemimpin bisa bijak dalam mengambil kebijaksanaan. Ego seorang pemimpin ketika dia masih memimpin sangat tinggi jika tidak dilengkapi dengan karakter yang baik. Karakter itu tidak identik dengan pendidikan yang tinggi gelar yang berderet atau pergaulan yang luas. Dokter itu kaitannya dengan hati. hati berfungsi dengan baik maka karakter akan berfungsi dengan jauh lebih baik.

Bagaimana cara supaya hati berfungsi dalam menjalankan sebuah kepemimpinan. Banyak proses yang harus dilalui oleh pemimpin itu sendiri. Ketika seseorang dititipkan atau diamanahkan sebuah jabatan bukan berarti dia bisa bertindak seenak hati, bukan berarti dia bisa menghakimi, bukan berarti dia bisa bertindak seenak hatinya. Dalam sebuah kepemimpinan ada orang lain yang harus kita hormati meskipun dia adalah bawahan kita, orang lain harus kita hargai, orang lain yang harus kita beri kebijakan yang berbeda dengan kondisi yang berbeda. Aturan dengan hukum itu berbeda. Kalau hukum menikah dan punya sanksi yang berat jika dilanggar. Ampun memiliki sanksi tapi tentu dengan sanksi yang bertahap tidak sekaligus tentu dengan dilihat dulu pelanggaran yang dilakukan dan tentunya dibicarakan dikomunikasikan dengan baik. Balik lagi tadi bagaimana cara membersihkan hati supaya peka, simpati, empati pada orang lain. Saat itulah hatinya berfungsi. Menjadi pemimpin itu tidak mudah karena akan banyak bisikan-bisikan yang tidak baik yang muncul di hadapannya. Sebagai pemimpin dia harus mencari kebenaran kebenaran itu tidak dari satu sumber tapi dari banyak sumber agar tidak salah langkah dalam mengambil. Membuat aturan pun tidak asal ingin aturan dirinya sendiri tapi aturan tersebut harus dibicarakan dengan semua yang terlibat di dalamnya. Memfungsikan hati itu mudah pada dasarnya ketika kita saling menghargai, saling menghormati orang lain dan merasa bahwa kitalah yang paling di antara paling-paling yang lainnya. Di atas langit masih ada langit, jika anda kaya masih banyak orang yang kaya dan kaya dan kaya. Bukan hanya kayak secara materi tapi kayak secara hati. Jangan menghina bawahan meskipun bawahan itu tidak layak tapi justru diberi kekuatan agar bawahan tersebut menjadi percaya diri. Membanggakan materi di depan bawahan yang kesulitan. Jangan menekan bahwa mentang-mentang kita punya sederet ditinggal yang bisa menolong kita. Jangan dengan mudah berkoar-koar bahwa kitalah yang paling pintar, paling beruntung, dan paling oke. Ingat jabatan itu amanah.

Suatu saat jika anda di amanahi sebuah jabatan maka belajarlah untuk memahami banyak orang. Untuk mengenali karakter orang lain, belajarlah untuk berada di pihak orang lain dan belajarlah cara untuk menahan lisan agar tidak menyakiti orang lain. Semua itu mudah apabila kita sadar kalau perlu orang lain dalam menjalankan tampuk kepemimpinan.