Walaupun tidak bisa ikut lomba menulis bulan september karena baru siap terjatuh dari lantai 88, saya tetap menulis sesuai dengan tema lomba bulan september. Tema lomba yang diangkat luar biasa "LITERASI KELUARGA". Saya yakin siapapun penulis yang terpilih tulisannya pasti sangat bangga dan bahagia. Karena buku ini bisa jadi buku rujukan setiap rumah tangga yang ingin menumbuhkan benih-benih literasi di rumahnya.

Setiap manusia hidup di zamannya masing-masing, saat ini kita berada di abad 21. Salah satu ciri-ciri abad 21 yang paling menonjol adalah "LITERASI". Literasi memiliki makna yang sangat luas, tidak hanya membaca saja. Menulis bahkan menjadi seorang pendengar yang baik saja itu sudah dikategorikan seorang literat.

Untuk tulisan kali ini saya memilih judul "Baiti Jannati wa Literasi" kalau diterjemahkan "Rumahku Surgaku dan Literasiku". Menumbuhkan jiwa dan semangat literasi juga bisa di bangun dari rumah. Bersama anak, istri, mertua dan keluarga lainnya. Membiasakan membaca koran setiap pagi agak beberapa menit, menonton berita di TV, Mengaji bersama. Kebiasaan saya dirumah, jika mendekati waktu maghrib, saya memastikan pintu dan jendela tertutup, TV dan HP dimatikan sementara. Saya bagi tugas dengan sang istri, selesai shalat maghrib saya mengajari anak membaca iqro' setelah selesai mengaji iqro' baru dilanjutkan mengerjakan tugas yang diberikan oleh ustadzah di sekolah melalui Whatsapp grup belajar. Untuk hal ini istri yang mendampingi anak belajar.

Saya bangga karena walaupun masih TK, anak saya sudah memiliki jiwa dan semangat literasi. Apa yg dibuat dan ditulis ditempel di dinding kamar. Walaupun awalnya saya tidak mengizinkan menempel kertas di dinding karena kamar nampak kotor dan tidak beraturan, setelah saya renungkan apalah artinya keindahan rumah jika kita membatasi kreatifitas si anak. Cukup dengan satu kaleng cat saja semua sudah bersih lagi. Saya pernah baca artikel, masa-masa emas (golden age) si anak adalah disaat-saat seumurannya sekarang ini. Saya tidak mau melewati masa-masa emasnya begitu saja, apalagi dengan membatasi kreatifitasnya.

Hari ke-1

Kreatifitas Nak bujang tanpa diarahkan. murni keluar dari inspirasinya..