ARIEF WAHYU WIBOWO,M.Pd

Lulusan S-2 Jurusan Dikdas Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang tahun 2010. Mulai menjadi PNS tahun 2005 ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Peran Guru Dalam Menjalankan Revolusi Mental

Salah satu gagasan dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk perbaikan bangsa adalah “revolusi mental”. Sesuai dengan opini “Revolusi Mental” yang ditulis oleh Joko Widodo (Jokowi) yang dimuat di harian Kompas, 10 Mei 2014, beliau sangat getol dengan gagasan cerdasnya, yakni bagaimana membangun Indonesia.

Menurutnya, nation building (pembangunan bangsa) tidak saja bersifat institusional belaka. Namun, lebih jauh Capres PDIP pada Pemilu 2014 itu menegaskan pembangunan Indonesia harus dimulai dengan perubahan sikap dan perilaku setiap warga negara.

Perubahan dimaksud seiring adanya budaya-disiplin kerja, etos kerja, serta integritas para aparat pemerintah, baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif yang masih rendah. Belum lagi, kinerja aparat eksekutif, legislatif dan yudikatif yang selalu dibarengi dengan perilaku koruptif, kolutif dan nepotis (KKN).

Tak hanya itu saja, rakyat Indonesia pun dituntut agar mampu menjaga kerukunan hidup di tengah-tengah bangsa yang plural dengan menjauhkan sikap intoleransi dan mengedepankan sikap saling menghargai antaranak bangsa.

Pada saat yang sama, konsep revolusi mental pun menginginkan adanya perubahan mindset rakyat kecil, guna meningkatkan produktifitas dan/atau etos kerja di dalam setiap pekerjaan yang digeluti civilsociety (masyarakat).

Dengan demikian, Indonesia pada masa datang diharapkan bisa menjadi bangsa yang lebih sejahtera, adil, aman, dan makmur sesuai dengan amanat UUD 1945. Dan, untuk mewujudkan itu semua, maka sebut Jokowi, Indonesia butuh sebuah paradigma baru, yakni “Revolusi Mental”.

Dan, revolusi itu harus terjadi dalam setiap bidang kehidupan, baik itu kehidupan sosial (kemasyarakatan), budaya, hukum, politik, ekonomi, maupun pendidikan. Lantas, darimana dan bagaimana menumbuhkan kesadaran untuk membumikan revolusi mental dalam ranah pendidikan? Pendidikan Karakter Menurut Jokowi, dalam revolusi mental (2014) sistem pendidikan harus diarahkan untuk membangun identitas bangsa Indonesia yang berbudaya dan beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai moral agama yang hidup di negara ini.

Revolusi merupakan perubahan sosial budaya secara cepat. Sedangkan revolusi mentel dilakukan untuk mengubah mental masyarakat Indonesia kepada karakter asli bangsa ini yakni karakter asli bangsa ini merupakan bangsa yang santun, berbudi pekerti, ramah dan gotong royong.

Untuk melakukan revolusi mental adalah melalui dunia pendidikan. Peran dunia pendidikan dan guru tidak bisa dikesampingkan dalam revolusi mental. Dunia pendidikan dianggap penting karena selama belasan tahun siswa duduk di bangku sekolah dan perguruan tinggi untuk menuntut ilmu. Di sinilah bisa dilakukan pembinaan dan perubahan mindset generasi penerus bangsa. Jadi perlu dilakukan strategi untuk melakukan revolusi mental dalam dunia pendidikan.

Selama ini dunia pendidikan dan guru dirasa belum maksimal dalam pembangunan mental dan karakter peserta didik. Hal ini dikarenakan beberapa permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu guru harus bisa melakukan perubahan yang lebih baik dalam dunia pendidikan untuk menjalankan revolusi mental.

Perbaikan Mental Guru

Profesi guru tentu bernilai kebaikan dalam dirinya sendiri (das ding an sich). Tindakan mendidik amatlah luhur karena merupakan bentuk aktualisasi diri mendasar bagi manusia demi mengekalkan eksistensinya. Tujuan mulia dari tindakan mendidik untuk memanusiakan manusia menjadikan profesi ini sungguhlah tepat jika disebut sebagai ibu segala profesi (Soetjipto dan Raflis Kosasi,2007). karena mendasari persiapan semua kegiatan profesi lainnya. Maka, hakikat profesi guru yang luhur dan mulia ini tentu tidak layak disandingkan dengan motif profitasi pendidikan, dimana guru hanya mengejar kebahagian “kesejahteraan semu” (impian sertifikasi atau pengangkatan pegawai negeri sipil) dengan mengabaikan semangat pengabdian, dedikasi dan loyalitas yang seharusnya melekat pada esensi dan eksistensi profesi ini. Hal itu (kesejahteraan) memang tentulah perlu diwujudkan, Pemerintah tentu tetap harus didorong untuk menyalurkan anggaran pendidikan tepat sasaran dan mengayomi kebutuhan mendasar setiap pendidik. Namun hal ini tidak boleh menjadi hal utama yang menjadi motivasi dasar seorang guru pendidik memutuskan untuk mendidik.

Tidak dapat dipungkiri guru berperan penting memajukan suatu bangsa. Kontribusi guru sangat penting dalam pembentukan mindset generasi bangsa. Guru harus menjadi contoh karakter yang baik. Namun saat ini, masih ada oknum guru yang mencoreng dunia pendidikan dengan karakter yang tidak baik. Bahkan belum lama ini tersiar kabar tentang tertangkapnya seorang guru besar salah satu universitas ternama karena berpesta narkoba di sebuah hotel. Belum lagi beberapa kasus lainnya seperti guru yang berjudi, guru merokok di kelas dan guru yang tidak disiplin. Hal ini sungguh mencabik-cabik dunia pendidikan dalam menjalankan revolusi mental. Bagaimana mungkin melakukan revolusi mental jika mental seorang guru itu sendiri belum baik. Jadi perlu kiranya mental guru di perbaiki sehingga menjadi contoh bagi peserta didik.

Dalam riset lain, guru-guru di Indonesia masih memiliki penyakit mental. Para guru memiliki penyakit asal masuk kelas (asma), asal sampaikan materi urutan kurang akurat (asam urat), di kelas anak-anak remehkan (diare), gaji nihil jarang aktif dan terlambat (ginjal), kurang disiplin (kudis), kurang strategi (kusta), kurang trampil (kram), lemah sumber (lesu), mutu amat lemah (mual), tidak punya selera (tipus), tidak bisa computer (TBC), dan sebagainya. Guru harus memberikan contoh kepada siswa untuk mengubah beberapa penyakit di atas. Beberapa penyakit di atas harus dihapus dari diri seorang guru sebagai contoh revolusi mental guru.

Guru sebagai tokoh yang digugu dan ditiru harus menjadi teladan yang baik bagi siswa. Ada peribahasa mengatakan guru kencing berdiri siswa kencing berlari. Ini berarti guru harus menjadi contoh yang baik bagi siswa, jika gurunya memberi contoh yang tidak baik maka siswanya akan lebih tidak baik lagi. Sehingga revolusi mental yang dijalankan guru tidak akan tercapai.

Tujuan Pembelajaran Jangan Hanya Pada Nilai

Fenomena saat ini guru tidak lagi memandang keberhasilan aspek sikap terutama ketika menghadapi siswa kelas akhir. Siswa kelas akhir akan menghadapi ujian Sekolah (US) sehingga guru menerapkan tujuan hanya pada keberhasilan siswa menjawab soal US. Ketika akan masuk masa menghadapi US seluruh sekolah melakukan terobosan. Terobosan ini hanya berupa pembahasan soal-soal US tanpa menanmkan nilai sikap di dalamnya.

Dari pandangan lain kejadian-kejadian ini kita juga tidak bisa menyalahkan guru secara keseluruhan. Guru terpaksa melakukan hal tersebut karena tuntutan-tuntutan yang didapatnya. Pemerintah daerah dan dinas pendidikan memandang nilai US sebagai tolok ukur keberhasilan anak sehingga guru akan disalahkan jika siswa mendapat nilai rendah dalam US. Hal ini menjadikan guru setiap hari melakukan pembahasan soal US agar siswanya mendapat nilai yang tinggi saat US sehingga melupakan pendidikan yang paling penting yakni pendidikan sikap siswa.

Guru merupakan aktor penting dalam menjalankan revolusi mental. Sehingga mental guru dan juga sistem metode penyampaian materi dari guru ke siswa perlu diperbaiki. Revolusi mental ini tidak akan berhasil jika guru sebagai tiang negara yang membentuk karakter generasi penerus tidak mampu merevolusi mentalnya dan cara mengajarnya di kelas dan lingkungan sekolah.***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

inggih,... bu.. siap..

25 May
Balas

Keren

24 May
Balas

mohon bimbingannya pak.. biar lebih kereeen,.. hehehehe

24 May

mantappp...siiiippppp...di mulai dari diri kita...

24 May
Balas

Subhanallah seperti bapak calon penulis hebat

24 May
Balas

alhamdulillah,. ini baru belajar bu,..mohon saran dan bimbingannya bu,..

24 May

sungguh bagus tulisannya mas,. tapi sangat disayangkan jika plagiat.. coba lihat Riaupos 20 Mei 2014. bahkan saya masih menyimpan korannya. karena itu merupakan tulisan saya yang pertama di terbitkan di koran. jadi masih selalu ingat dengan setiap kata dan maksud tujuan saya dalam menulis.

24 Jan
Balas



search

New Post