Supervisi Akademik
Supervisi akademik salah satunya bertujuan untuk mengembangkan kompetensi guru agar dapat melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid, dan sebagai pendidik pola pikir untuk selalu mengembangkan kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset, serta keberpihakan pada murid dapat dilakukan dengan senantiasa mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Whitmore (2003) ungkapkan bahwa coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya sebagai pendekatan yang memberdayakan. Coaching adalah bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif. Selain coaching, ada beberapa metode pengembangan diri yang lain yang bisa jadi sudah kita praktikan selama ini di sekolah yaitu mentoring, konseling, fasilitasi dan training.
Keterampilan coaching perlu dimiliki oleh pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dalam prosesnya coaching membuka ruang emansipatif bagi coach dan coachee untuk merefleksikan kebebasan melalui kesepakatan dan pengakuan bersama terhadap norma-norma. Proses coaching juga merupakan sebuah ruang perjumpaan pribadi antara coach dan coachee yang membangun rasa percaya dalam kebebasan masing-masing melalui pertanyaan-pertanyaan yang reflektif. Pengembangan kompetensi diri tersebut dapat dijalani dengan cara pandang yang berfokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, dan mampu melihat peluang baru dan masa depan.
Pengembangan coaching dapat dilakukan dengan berpegang pada prinsip kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi. Kemitraan di sini adalah membangun kesetaraan. Proses kreatif dilakukan dengan percakapan dua arah, memicu proses berpikir coachee, dan memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru. Memaksimalkan potensi suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan.
Maka sebagai pemimpin pembelajaran kompetensi inti yang penting dipahami, diterapkan, dan dilatih secara terus menerus saat melakukan supervisi akademik dengan percakapan coaching kepada teman sejawat di sekolah adalah kehadiran penuh/presence, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot. Kehadiran penuh dilakukan dengan selalu fokus untuk bersikap terbuka, sabar, ingin tahu lebih banyak tentang coachee. Mendengarkan aktif yaitu menyimak dengan seksama dan atau membuat catatan catatan yang diungkapkan oleh coachee. Mengajukan pertanyaan berbobot pada momen yang tepat, dengan pertanyaan yang bersifat terbuka dan eksploratif yang merupakan hasil dari mendengarkan aktif sehingga dapat menggugah coachee untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikirannya. Proses lainnya yang tidak boleh ditinggalkan adalah umpan balik yang bertujuan untuk membantu pengembangan diri coachee karena tanpa umpan balik orang tidak akan mudah untuk berubah, umpan balik harus sesuai prinsip coaching, pemberian umpan balik tetap menjaga prinsip kemitraan dengan selalu mulai dengan memahami pandangan/ pendapat coachee. Umpan balik ini juga tetap dengan cara mengajukan pertanyaan yang reflektif dan menggunakan data yang valid/hasil percakapan.
Hal yang tidak bisa dilepaskan juga adalah bagaimana mengimplementasikan pembelajaran sosial emosional dalam kegiatan tersebut dengan kesadaran diri penuh pada saat memahami dan menghayati percakapan, merasakan dan menunjukan empati dari keluh kesah percakapan, membangun dan mempertahankan hubungan positif dalam membicarakan permasalahan, kemudian pengambilan keputusan yang bertanggung jawab untuk tindak lanjut yang berkesinambungan.
Dalam pelaksanaannya ada dua paradigma utama yang menjadi landasan menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yaitu paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan ke dua adalah optimalisasi potensi setiap individu. Kemudian supervisi akademik dilaksanakan oleh sesama pendidik, kepala Satuan Pendidikan, dan/atau Peserta Didik. Penerapannya menggunakan beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching yang meliputi kemitraan, konstruktif, terencana, reflektif, objektif, berkesinambungan, dan komprehensif yang umumnya meliputi tiga tahapan, yaitu pra - obsevasi, obsevasi, dan pasca obsevasi. Dalam rangka mengoptimalisasikan potensi individu ini secara teknis kecuali observasi di kelas, maka untuk pra observasi dan pasca observasi secara teknis dapat diragamkan caranya, karena setiap individu/coachee pasti memiliki perbedaan dalam profile dan kebutuhan pengembangannya.
Pertama, pra-observasi merupakan percakapan yang membangun hubungan antara guru dan supervisor sebagai mitra dalam pengembangan kompetensi diri. Ke dua, observasi, adalah ktivitas kunjungan kelas yang dilakukan oleh supervisor. Ke tiga, pasca-observasi yaitu ercakapan supervisor dan guru terkait hasil data observasi, menganalisis data, umpan balik dan rencana pengembangan kompetensi. Proses percakapan bersifat reflektif dan bertujuan perbaikan ke depan.
Dengan prinsip berkesinambungan dan memberdayakan, seorang supervisor meneruskan hasil dari tahapan pelaksanaan supervisi akademis dan klinis sebagai pijakan lanjutan bagi proses tindak lanjut yang meliputi refleksi, perencanaan pengembangan diri dan pengembangan proses pembelajaran. Kegiatan tindak lanjut dapat berupa kegiatan langsung atau tidak langsung seperti percakapan coaching, kegiatan kelompok kerja guru di sekolah, fasilitasi dan diskusi, serta kegiatan lainnya dimana para guru belajar dan memiliki ruang pengembangan diri lewat berbagai kegiatan. Semua kegiatan ini dapat dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan pengembangan diri untuk meningkatkan kompetensi.
Supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching memberikan sebuah dimensi pertumbuhan dan pengembangan diri percakapan-percakapan coaching membantu para guru berpikir lebih dalam (metakognisi) dalam menggali potensi yang ada dalam diri dan komunitas sekolahnya sekaligus menghadirkan motivasi internal sebagai individu pembelajar yang berkelanjutan yang akan diwujudnyatakan dalam buah pikir dan aksi nyata demi tercapainya pembelajaran yang berpihak pada murid.BADRA.
* Rangkuman Modul 2
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar