ARIFIN

Arifin terlahir di Jepara pada tahun 1973. Dia anak kampung. Untuk menyelesaikan pendidikan di tingkat SD, dia rela tidak memakai sepatu hingga dia duduk di kel...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEKOLAH TANGGAP KARAKTER

SEKOLAH TANGGAP KARAKTER

Sekarang ini banyak muncul fenomena kenakalan remaja yang sangat mengkhawatirkan, di mana perilaku sebagian remaja pelajar tidak lagi sehat dan tidak terkendali. Kasus-kasus kekerasan remaja yang sebagian besar masih pelajar semakin sering terjadi. Salah satu fenomena paling meresahkan adalah klithih yang terjadi di beberapa titik wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kelompok-kelompok klithih ini tidak ragu-ragu mencederai bahkan membunuh korbannya yang dipilih secara acak. Mereka seolah kehilangan sikap toleransi dan kepedulian sosial. Ini menunjukkan ada sesuatu yang kurang dalam pendidikan karakter di lingkungan pendidikan, khususnya di sekolah.

Sekolah memiliki tanggung jawab untuk ikut mengembangkan karakter yang sehat pada para remaja pelajar calon penerus cita-cita bangsa. Pelajar berkarakter sehat bukan berarti tidak pernah melakukan hal-hal negatif, melainkan perilaku itu masih wajar dan terkendali. Remaja pelajar berkarakter sehat setidaknya dicirikan dengan adanya sikap religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, cinta tanah air, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab. Inilah karakter sehat yang harus ditumbuhkan pada diri mereka.

Bagaimana sekolah harus tanggap karakter dan bisa mengembangkan karakter sehat ini pada peserta didiknya? Peraturan Presiden No. 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) bisa menjadi pembuka sinergi antara sekolah dan komunitas pendidikan lainnya sehingga pendidikan karakter bisa berbasis kelas, berbasis kultur sekolah dan berbasis komunitas.

Sekolah tanggap karakter bisa memulai membangun karakter pelajar dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter mulia ke dalam semua mata pelajaran, melalui optimalisasi muatan lokal dan manajemen kelas. Semua mata pelajaran bisa menjadi wahana pendidikan karakter melalui proses pembelajaran yang menyentuh dan berdampak pada perubahan karakter sehat, misalnya sikap jujur dan bertanggung dalam mengerjakan tugas serta sikap toleransi melalui metode belajar diskusi, debat dan presentasi. Guru bekerjasama dengan wali kelas bisa mengelola kelas dengan cara-cara yang demokratis, terbuka, dan menghargai pendapat pelajar dalam mengorganisir kelas mereka.

Pendidikan karakter berbasis kelas dikuatkan dengan proses penguatan karakter berbasis kultur sekolah, yaitu dengan pembiasaan nilai-nilai karakter mulia dalam keseharian di sekolah. Sikap religius, misalnya, bisa dibiasakan dengan mendorong pelajar aktif ibadah di tempat ibadah yang tersedia di sekitar sekolah. Sikap kepedulian sosial bisa ditanamkan dengan membiasakan program salam sapa senyum sopan dan santun serta dengan memanfaatkan kejadian-kejadian insidental di sekitar sekolah, misalnya menjenguk orang sakit atau takziyah orang yang meninggal dunia.

Dalam membangun kultur sekolah yang ramah pendidikan karakter ini memang dibutuhkan keseriusan semua warga sekolah. Hirarkhi keteladanan harus benar-benar berfungsi di mana kepala sekolah dan guru menjadi teladan utama bagi warga sekolah. Demikian pula ekosistem sekolah yang nyaman dan damai juga harus dibangun bersamaan dengan penerapan norma-norma, peraturan dan tradisi sekolah sebagai rambu-rambu sikap dan perilaku warga sekolah.

Selain berbasis kelas dan kultur sekolah, yang tidak kalah penting adalah basis komunitas. Proses pendidikan karakter di sekolah tidak bisa dilepaskan dari proses pendidikan yang ada di komunitas, maka semua stakeholder perlu dilibatkan, mulai dari orangtua, komite sekolah, komunitas pelaku seni dan budaya, serta simpul-simpul pengaruh lainnya yang ada di masyarakat. Kenakalan dengan kekerasan remaja sering terjadi diantaranya karena terputusnya komunikasi dan kerjasama antar simpul pengaruh ini.

Sekolah perlu membuka semua saluran komunikasi dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait. Teknologi informasi dan komunikasi saat ini sangat menunjang terjadinya proses saling sapa dan sinergi antara sekolah, orangtua dan semua lini pengaruh yang ada di masyarakat sehingga karakter sehat bisa terbangun pada diri para remaja pelajar. Diantara mereka dimungkinkan memiliki sarana pantau yang senada sehingga semua bentuk penyimpangan bisa segera diatasi. Dengan cara demikian, optimisme akan lahirnya remaja pelajar yang berkarakter sehat akan tetap ada dan kenakalan berbau kekerasan secara perlahan akan berkurang. Wallaahu a’lam.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post