Jainul arifin

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Adikku Sundelbolong Part 6 (Tantangan menulis hari ke-32)

Adikku Sundelbolong Part 6 (Tantangan menulis hari ke-32)

Adikku Sundelbolong

Part 6

Oleh : JA

***

Di atas pepohonan, seolah bulan sedang duduk mencari ketenangannya. Angin pun bertiup dengan santainya. Sesekali punguk berbunyi mengiringi langkah kaki anak gadis itu, yang sedang melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumahnya.

Erina tahu betul jika jalan setapak yang ia lalui, akan mengantarkannya ke pintu masuk desa, lumpur yang menempel ditubuhnya sudah agak mengering terkena angin malam yang dingin.

Tujuannya jelas untuk segera pergi ke rumahnya. Rumah kecil di ujung desa, dengan pemandangan alamnya yang eksotis menambah daya tarik misterius. Sebenarnya banyak pendatang menyempatkan diri untuk berlibur dengan menyewa cottage warga sekitar. Lumayan murah untuk kantong warga kota.

Ia tak tahu sudah berapa lama berjalan, lelah letih yang selama ini tertahan mulai ia rasakan. Sesekali ia memegang kaki kanannya, jangan sampai ia pingsan sebelum bertemu dengan ayah dan ibunya.

Ia tertegun, manakala melihat sosok di kejauhan, seperti sedang menunggunya. Sosok tua berjalan ke arahnya. Sungguh pemandangan ganjil. Ia menghentikan langkahnya. Saat berhadapan iapun mulai berbicara dengan suara beratnya.

" Neng, setelah masuk desa jangan menoleh ke belakang,"

"Eh, ii ...iiya, Nek" masih dalam keheranannya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara benda besar terjatuh.

"BUAAAAAK"

Ia menoleh ke arah suara tersebut, pohon pisang besar terjatuh dengan sendirinya. Adakah orang yang memotongnya. Ia tidak bisa berkata apa-apa, saat melihat nenek tua tersebut sudah tidak ada di sampingnya. Siapa gerangan nenek tersebut?

Ia mengingat betul pesan sang nenek, untuk tidak menoleh ke belakang saat memasuki desa. Ia yakin firasatnya membenarkan perkataan nenek misterius tersebut. Jika ia tidak menurutinya mungkin akan ada kejadian yang berbahaya.

Sejak dahulu, ia selalu yakin akan firasat yang ia rasakan. Entah itu dianggap aneh atau misterius. Sehingga acapkali oleh teman sekelasnya, saat adiknya dibuli, ia pun dapat merasakan perasaan itu. Yang pada akhirnya ia juga yang harus menolong adik kesayangannya itu dari teman-teman sok kayanya.

Dianggap teman jelas bukan, karena sering melakukan pembulian. Menganggap musuhpun juga bukan. Mereka putra dan putri sahabat ayahnya. Apabila tidak melihat riwayat tersebut, pastinya ia akan memberi pelajaran yang tidak akan mereka lupakan seumur hidup mereka.

***

Segera Erina bergegas manakala melihat gapura batu sebagai tanda ia akan memasuki desa tempat ayah dan ibunya berada. Tempat membesarkan ia dan adiknya dengan penuh kasih sayang.

Baru beberapa langkah, saat ia memasuki pintu masuk desa. Di dengarnya suara perlahan, memanggil-manggil namanya.

"Eriiinaaaa....."

"Eeeriiiinaaa...."

"Eeeriiiinaaa ..."

...

( Bersambung )

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Menarik , menanti sambungan berikut nya

15 May
Balas

Diap

16 May

Mengerikan...

15 May
Balas

Misteri yang perlu dinanti sambungannya

15 May
Balas

Silahkan, ada 10 part,

16 May



search

New Post